Profil Pengusaha Fadly Alfiansyah

Pengusaha Muda
Barulah September 2012, ia memanfaatkan sistem delivery order, dimana ia membekukan cirengnya untuk dijual. Dengan hal tersebut pasaran 6 cabangnya semakin luas. Meski tidak menggunakan sistem franchise talenta bisnisnya sudah mengaggumkan.
Setiap bungkus dibuatnya berisi lima potong. Visinya kala itu menjadikan cireng kudapan disenangi hingga jadi ikon Kota Bandung. Bahkan kalau bisa go internasional ujarnya kala itu pada sebuah artikel di situs Bisnis.com.
“Saya ingin cireng dapat menjadi makanan yang keren dan tidak diremehkan karena dimakan oleh seluruh masyarakat di berbagai kota dan negara. Sistem reseller dapat menjadi salah satu caranya,” ujarnya.
April 2013, sosoknya diperhitungkan sebagai seorang wirausahawan sukses, dan akhirnya ia bisa menjadi salah satu UKM yang bisa ikut pameran. Di Mirza, sebuah pameran bertema makanan halal dikerjakannya untuk menambah sukses.
Semuanya itu ludes diborong oleh mereka yang datang. Barang contoh itu menjadi pembukan untuk aneka pesanan sampai 100 pack per- harinya. Memanfaatkan jaringan reseller yang telah membengkak sampai ke penjuru Indonesia.
Bisnis Semua Umur
Dalam pemikiran kami, kemungkinan reseller Fadly saat itu, ialah mereka yang masih duduk di bangku sekolah. Jadilah mereka tidak bisa menjual produk- produknya untuk teman- temannya sendiri. Tak begitu populer dikalangan anak sekolah ternyata justru menjadi kelemahan.
Proses penjualan akhirnya merambah sistem online. Fokusnya disempitkan di kawasan Bandung dulu. Ia menyebut strategi bisnisnya ialah membangun brandnya di kawasan lokal. Menjadikan Cireng Kamsia jadi cemilah wajib bagi mereka orang Bandung.
Merambah produk lain, kemudian ada produk lain selain cireng goreng atau Cireng Krauk, yaitu cireng yang dimasak dengan kuah. Memang terdengar aneh tapi memang itulah kenyataanya. Caranya ialah cireng beku plus bumbu terpisaha. Jadi secara rasanya sudah ia sesuaika dulu resepnya.
Mereka akan sibuk mengambil stok untuk diedarkan ke reseller. Setidaknya para agen akan mengambil 60 pack langsung tiap harinya. Sedari awal ia mengaku menjual cireng bekunya seharga 20.000 mungkin jika dilihat harga berbeda dengan cireng lain.
Caranya ialah ia masuk ke pasar swalayan atau pasar ritel modern. “Meskipun saya memiliki reseller dan agen, tetapi ujung tombak bisnis ini adalah pasar ritel moderen atau pengembangan brand image agar lebih mudah sampai ke tangan konsumen atau pasar,” jelasnya.
Website resmi: www.cirengkamsia.com
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky