Pidi Baiq Sosok Inspiratif Dibalik Novel Dilan 1990

“Jangan rindu, berat. Biar aku saja.”

Kita semua tentunya sudah tidak asing lagi mendengarnya. Kalimat tersebut dikutip dari buku Dilan 1990 yang sudah ditampilkan di layar lebar dan saat ini sedang hangat diperbincangkan, terutama di kalangan remaja.
Kisah antara Dilan dan Milea yang diangkat dalam sebuah novel ini merupakan salah satu kisah fiksi yang paling terkenal dalam sastra Indonesia. Sosok di balik kisah cinta yang sangat romantis ini adalah seorang pria asal Kota Kembang, Pidi Baiq.

Biografi Pidi Baiq

Pria yang lebih akrab dipanggil Ayah oleh penggemarnya ini lahir pada 8 Agustus 1972. Selain menulis sastra, ternyata ayah dua orang anak ini memiliki banyak talenta, khususnya di bidang seni. Pidi ahli dalam menghasilkan karya lukis, ilustrasi buku, gambar prangko, serta menulis lagu.

Kisah Awal Pidi

Sama seperti pria pada umumnya, Pidi tidak suka membaca novel. Namun, karena tidak ada kegiatan, Pidi sering kali berbaring di sofa ruang tamu rumahnya yang terletak di sebelah deretan buku-buku. Lama-kelamaan ia mendapatkan dirinya keasyikan membaca buku karangan Sutan Takdir Alisjahbana, Taufik Ismail, Iwan Simatupang, dan WS Rendra.
Sejak saat itu, ia mulai menulis puisi, tetapi mendapat respon yang buruk dari teman-temannya di sekolah. Sejak Pidi kecil, ayahnya sering membelikan majalah Bobo untuk Pidi. Salah satu kegemaran
Pidi adalah menutup ilustrasi-ilustrasi di majalah anak-anak itu dengan ilustrasi buatannya sendiri. Hobi ini terus dikembangkan olehnya saat ia mengambil jurusan Fakultas Seni Rupa dan Desain di Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Google Menjawab Semuanya, Pidi Baiq Menjawab Semaunya”

Suatu hari, seorang teman Pidi membuatkan akun Twitter untuknya. Di sosial media ini, Pidi sering berkomunikasi dengan pengikutnya, walaupun ia harus meminjam tablet temannya untuk melakukan hal ini. Selain merespon pertanyaan pengikutnya, Pidi juga menulis kutipan dalam sosial media ini.
Penerbit Mizan membukukan beberapa kutipan Pidi di Twitter dengan judul at-Twitter: Google menjawab semuanya, Pidi Baiq Menjawab Semaunya. Pidi mengatakan bahwa para pengikutnyalah yang menstimulus ia untuk mengeluarkan pemikiran-pemikirannya.
Maka dari itu, lahirlah buku trilogi yang sangat laris di kalangan remaja. Saat ini, Pidi juga aktif di sosial media Instagram dengan akun resmi milik Pidi Baiq Sosok Inspiratif Dibalik Novel Dilan 1990 ini bisa kamu follow dengan nama @pidibaiq.

“Menulis Merupakan Proses yang Mengalir Alami”

Saat penerbit Mizan meminta Pidi untuk menulis novel untuk remaja, ia hanya membuat satu syarat. Ia ingin menerbitkannya juga di blognya. Setelah setengah dari buku itu diunggah di sosial media, penerbit Mizan memintanya untuk berhenti.
Namun, Pidi merasa kasihan kepada orang yang tidak punya cukup uang untuk membeli novelnya. Pidi baru berhenti mengunduh novelnya di sosial media pada saat ia sudah mengeluarkan 80 persen isi bukunya.
Bagi Pidi, menulis merupakan proses yang mengalir alami. Saat menulis, tidak pernah sekalipun ia memikirkan gaya bahasa yang ia gunakan, maupun konsepnya. Ia mengakui bahwa pada awal ia menulis Dilan 1990, ia tidak menyangka bahwa novel ini akan menjadi novel trilogi. Bahkan ia tidak menyangkal jika ada yang mengatakan bahwa novel trilogi ini akan menjadi novel tetralogi.
Demikianlah tulisan mengenai Pidi Baiq Sosok Inspiratif Dibalik Novel Dilan 1990 yang ditulis oleh salah satu pengagum Sastrawan ini, penulis artikel ini sendiri ialah Christa Phoebe Gilna (18) dengan judul aslinya “Pidi Baiq, penulis trilogi novel Dilan“.Trimakasih, 
Biodata Viral
Terviral
Logo
Shopping cart