
Jaenudin Karta Hadimaja tidak mau ilmunya terpenjara dalam menara gading kampus hijau. Dia tidak puas jika hanya berbagi ilmu dengan mahasiswa di kampus Politeknik Negeri Lampung (Polinela), tempat ia mengajar.
Jaenudin memutuskan turun ke pelosok-pelosok Lampung untuk mendengar keluhan dan masalah yang dihadapi para petani. Unek-unek para petani dia kumpulkan dan dibawa ke kampus untuk dibedah dan dicari jalan keluarnya.
Menurut Jaenudin, banyak permasalahan yang ada di tingkatan petani. Misalnya hasil padi yang tidak maksimal, kualitas bibit yang semakin menurun dan masalah lainnya. “Kadang petani mendapat bantuan benih padi gratis, tapi ternyata kualitasnya tidak baik. Hal inilah yang membuat produksi padi menurun,” kata dia.
Benih padi di tingkat petani, kata dia, ternyata varietas lama yang sudah berusia belasan tahun. Kondisi ini membuat resistansi padi terhadap hama dan penyakit makin menurun. Padi mudah sekali terserang hama yang sudah menyesuaikan diri dan semakin kebal.
Jaenudin pun tergerak untuk membuat varietas padi dan jagung unggul dari Polinela.
Petani Harus Pintar
Dia menekankan agar petani bangga dengan profesinya sebagai petani. Kebanggaan ini tentunya diiringi dengan keinginan untuk menjadi petani pintar. Tidak hanya sekadar menanam bibit yang sudah tersedia di pasar, tapi mampu membuat bibit unggul yang baru.
Jaenudin menggandeng beberapa instasi pemerintahan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para petani. “Kalau sudah bisa memurnikan dan menghasilkan varietas baru, petani bisa lebih maju dan produksi pun bisa meningkat,” kata dia.
Jaenudin juga selalu melibatkan mahasiswanya dalam banyak penelitian dan pengabdiannya. “Mahasiswa Politeknik berbeda dengan di universitas. Di Politeknik, mahasiswa tidak hanya mahir secara teori, tapi juga mampu dalam penerapan di lapangan. Hasilnya, lulusan Politeknik yang bisa membantu dan memberi solusi terhadap permasalahan petani di lapangan,” kata dia.
Penelitian padi dan jagung Jaenudin berhasil bersaing dalam mendapatkan hibah dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Bahkan penelitian jagung hibrida Jaenudin meraih juara I lomba teknologi terapan provinsi Lampung 2005.
Dedikasi dan sumbangsih suami dari Fatonah ini mendapat apresiasi dari Polinela. Jaenudin terpilih sebagai dosen berprestasi tahun 2006 dan 2009 dari institusi tempat dia mengabdi. Dia pun mewakili Polinela dalam ajang dosen berpretasi tingkat nasional. Namun, di ajang ini, dia belum bisa bersaing dan hanya mendapatkan piagam penghargaan saja.
Pria kelahiran Sukabumi 53 tahun lalu ini terus meneliti dan membantu petani. Bagi Jaenudin menjadi akademisi tidak hanya sebatas mengajar, tapi juga menghasilkan sesuatu yang berguna bagi petani.
“Saya ingin pengabdian di Polinela selama puluhan tahun tidak hanya sebatas mengajar saja, tapi juga ada hal lain yang bisa dihasilkan. Salah satunya adalah menghasilkan bibit yang bermanfaat bagi petani,” ujarnya. (PADLI RAMDAN/M-2)
Sumber: 
Inspirasi, Lampung Post, Minggu, 1 Juli 2012
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
 - Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
 - Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
 - Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
 - Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
 - Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
 - Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
 - Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
 - Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
 - Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
 - Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
 - Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
 - Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky
 
