![]() |
Margono Slamet (IST) |
Mantan Rektor Unila 1981-1990 itu lulus dari Institut Pertanian Bogor —waktu itu masih bernaung di bawah Universitas Indonesia—tahun 1961 sebagai dokter hewan. Namun dalam perjalanannya, ia ternyata lebih tertarik menyelesaikan S2 dan S3 di bidang penyuluhan pembangunan.
Dalam buku Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan, dia menulis alasannya banting setir dari ilmu eksakta kedokteran hewan yang ditekuni tujuh tahun ke ilmu sosial. Rupanya, kegiatan pengabdian masyarakat lah yang membuat Margono akrab dengan ilmu baru tersebut.
Setelah pensiun pun dia masih mengajar dan membimbing mahasiswa program S-3 di Institut Pertanian Bogor (IPB). ”Kalau tidak mengajar nanti saya malah cepat mati,” guraunya di rumahnya di kompleks perumahan Bogor Baru, Bogor, Jawa Barat.
Honornya tergantung jumlah mahasiswa. Kalau jumlah mahasiswa ada 15 orang dalam satu kelas, honornya bisa Rp1,5 juta per semester, 16 kali mengajar. ”Saya bukan orang yang bisa cari uang dengan mengajar sehingga mengajar bukan untuk mencari uang,” ungkapnya dalam laman IPB.
Sesekali mantan Dekan Fakultas Peternakan IPB itu, masih diminta menjadi pembicara dalam seminar di luar kota. Namun, waktu luangnya selalu diisi dengan membaca buku berbagai topik, tetapi bukan novel.
”Sudah lewat masa saya membaca novel,” kata Margono yang namanya kerap ditulis H.R. Margono Slamet. ”Itu singkatan dari haji dan raden karena nama saya di akta kelahiran memakai kata raden. Tetapi, saya sendiri tidak pernah menggunakan HR itu,” terusnya.
Di antara berbagai bacaan, yang dia usahakan untuk tidak absen membaca setelah salat magrib adalah hadis Nabi Muhammad. Isi hadis menurut dia, lebih membumi karena menyangkut apa yang dilakukan Nabi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menjalani kehidupan, termasuk kehidupan beragama, Margono mengaku menerima keberagaman dan tidak menghendaki keseragaman. Agama, demikian kakek sembilan cucu dari empat putrinya itu, adalah urusan kepercayaan yang merupakan hak individu.
Selamat jalan Profesor. Jasa-jasamu tak akan pernah bisa kami lupakan! (ade)
Sumber:
Radar Lampung, Jumat, 25 Maret 2016
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky