Bang Fauzi pun Berkesenian

Oleh Aris Susanto

Wakil Bupati Tulangbawang Barat Fauzi Hasan

DEWAN Kesenian Tulangbawang Barat (Tubaba) memang belum lama terbentuk. Namun, semangat untuk berkembang, melestarikan budaya lokal, serta menggali budaya kesenian yang telah lama hilang cukup tinggi. Wajar saja jika para seniman dari kabupaten baru pecahan Tulangbawang ini berlomba-lomba untuk meraih sejumlah prestasi yang membanggakan.

Dinakhodai Ketua Umum Fauzi Hasan yang juga Wakil Bupati Tubaba yang mendapat dukungan penuh dari Bupati Umar Ahmad, dalam waktu tidak lama lagi mereka memiliki gedung kesenian yang dapat digunakan untuk pembinaan dan kepentingan lainnya para insan seni.
“Sampai sekarang mereka berkumpul dan mengikuti berbagai pelatihan, mulai dari seni rupa, musik, teater dan kegiatan lainnya di sini,“ ujar Fauzi Hasan didampingi Sekretaris Dewan Kesenian Tubaba Wawan, sambil menunjuk aula yang luas di rumah dinasnya, Senin (23/5/2016) lalu.

Fauzi Hasan yang akrab disapa Bang Fauzi oleh kalangan seniman ini mengakui di Tubaba para remaja banyak yang berbakat di bidang seni secara autodidak. Melihat semangat para remaja bergabung di Dewan Kesenian Tubaba, jiwa Fauzi Hasan tergerak untuk membina, berbagi pengetahuan dan mengajak mereka untuk mengembangkan minat-bakatnya di bidang seni.

Beberapa prestasi yang telah diraih para seniman, penulis buku di Tubaba, menggelitik sanubari Bang Fauzi yang memiliki bakat melukis secara serius membina bakat seni. Ia pun turut memegang kuas mencoret-coret kanvas. “Saya sejak dari sekolah dan tinggal di Kotabumi, hobinya memang melukis,” ujarnya sambil menunjukkan hasil goresan tangannya di atas kanvas.

Pernah suatu hari, ujar Bang Fauzi, mendapati sejumlah anak-anak melukis pada tripleks dan kadus bekas mi instan. Namun, hasilnya bagus. “Ini yang saya katakan mereka memiliki semangat yang tinggi. Di tripleks dan kardus bekas saja hasilnya bagus. Bisa kita bayangkan jika di kanvas. Jelas hasilnya lebih bagus lagi,” kata dia.

Di sisi lain, hati pria kelahiran Kotabumi itu terusik ketika tidak melihat lagi budaya-budaya lokal yang cukup menarik dan berisi filosofi jarang terdengar dan terlihat sejak puluhan tahun silam, seperti permainan gobak sodor. “Itu permainan yang saya kenal sejak kecil, tapi sekarang tidak lagi saya lihat dimainkan anak-anak.“

Filosofi yang berada dalam permainan gobak sodor merupakan warisan budaya nenek moyang. Dalam permainan itu membutuhkan kekompakan dan kejelian serta keuletan.

Masing-masing pemain gobak bisa meniru dengan mudah gerakan lawan mainnya. Sifat gotong royong dalam permainan ini merupakan budaya nenek moyang yang harus dilestarikan. Selain itu, saat ini Dewan Kesenian juga sedang membuat naga lumping yang sama seperti kuda lumping. “Ini juga kreasi anak muda di sini yang saya ajungi jempol,” kata Bang Fauzi.

Terkait pembinaan terhadap para seniman, saat ini Dewan Kesenian memiliki beberapa komite, di antaranya komite musik, komite seni rupa, komite fotografi, teater, dan ini sudah mulai jalan.
Di bidang fotografi, Bang Fauzi sering mengajak fotografer hunting bareng di sejumlah tempat. Hasilnya didiskusikan lalu bedah karya. Sedangkan di bidang senirupa atau melukis, kami pernah mendatangkan pelukis internasional. Pelukis terkenal, Hanafi, yang datang ke Tubaba untuk memberikan pelatihan melukis.

”Kami juga pernah ajak para pelukis binaan dewan kesenian melihat pameran lukisan Hanafi di Bandung. Sekarang pelukis Hanafi sedang membuka galeri pada pameran lukis di Houston,” ujarnya.

Kemudian dalam seni teater, ia juga mendatangkan pelatih nasional yang kini baru saja pulang. Semua ini dilakukan agar para remaja yang memiliki potensi seni olah tubuh bisa mengembangkan diri dan bakatnya tersebut. Selain itu, agar mereka lebih bersemangat dalam seni teater.

Jumlah mereka di sana ratusan yang tersebar di tiga kecamatan. “Kami juga sedang menciptakan alat musik Lampung, seperti cetik. Tapi beda dengan cetik yang ada. Cetik yang baru dibuat ada juga basnya seperti kolintang.”

Ia mejelaskan alat musik tradisional yang baru dibuat bukan untuk merusak cetik yang lama. Tidak seperti itu. “Sekarang ini lucu ya, menciptakan yang baru dianggap merusak yang lama. Ini enggak. Namanya juga budaya. Inilah idenya Pak Umar (Umar Ahmad, Bupati Tulangbawang Barat, red),” kata dia. []

Sumber:
Lampung Post,  Minggu, 12 Juni 2016

Biodata Viral
Terviral
Logo
Shopping cart