Kebodohan Pangkal Kemiskinan

Ketua Dewan Pendidikan Lampung Mahfud Santoso

KEMISKINAN berkolerasi dengan kebodohan sehingga hal ini menjadi persoalan serius di Provinsi Lampung yang hingga 2014 berdasarkan data Badan Pusat Statristiki (BPS) berada di posisi ketiga termiskin di Sumatera dan urutan delapan secara nasional.

Data lain yang menunjukkan pendidikan Lampung masih sangat jauh tertinggal adalah angka partisipasi kasar (APK) dan indeks pembangunan manusia (IPM) Bumi Ruwa Jurai masih berada di urutan buntut, yakni posisi 28 dari 33 provinsi di Indionesia.

Hal tersebut yang kemudian menjadi fokus sekaligus pekerjaan berat Dewan Pendidikan Provinsi Lampung periode 2015—2019 yang baru dilantik Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo di Balai Keratun, pertengahan April lalu.

Ketua Dewan Pendidikan Lampung Mahfud Santoso berjanji siap bekerja keras mengurangi angka kemiskinan di Lampung melalui pendidikan, dimulai dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi.

Berikut ini petikan wawancara wartawan Lampung Post Rudiyansyah dengan Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Lampung Mahfud Santoso, pekan kemarin.

Apa yang menjadi prioritas Dewan Pendidikan Lampung?

Setelah saya pelajari dari filosofi, fakta, dan data, masalah utama kita adalah kemiskinan. Kalau miskin itu pasti karena bodoh. Karena kalau bodoh pasti jadi pengangguran. Sampai sekarang Lampung masih menjadi provinsi termiskin ketiga di Sumatera, untuk pendidikan kita jauh tertinggal sesuai APK dan IPM kita urutan 28 dari 33 provinsi. Lalu kalau masalahnya seperti ini, menurut saya, untuk membenahinya ya harus dimulai dari SDM. Dengan pendidikan mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi.

Permasalahan pendidikan apa yang menurut Anda cukup penting untuk segara dibenahi?

Masalah kualitas pendidikan dan karakter yang harus seimbang. Kami semaksimal mungkin akan meningkatkan kualitas pendidikan di Lampung dengan bekerja sama menggandeng dunia usaha. Kami ingin pendidikan merata dan dinikmati hingga desa-desa karena sampai saat ini kami menilai pendidikan belum merata. Ibarat main bola, jangan sampai kita hanya menjadi penonton, apalagi sebentar lagi akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Di luar negeri beberapa negara sudah mengajarkan bahasa Indonesia ke masyarakatnya, jangan sampai kita jadi sasaran karena dianggap bodoh. Jadi kita juga harus menguasai bahasa asing. Jadi pendidikan bahasa juga penting.

Langkah konkret yang akan dilakukan?

Saya akan coba bekerja sama menggandeng dunia usaha, akan saya datangi teman-teman saya para pengusaha di Lampung untuk ikut peduli pendidikan.

Selama ini apakah perusahaan tidak berkontribusi?

Ada, tetapi masih minim. Jadi saya ingin mengajak semua perusahaan untuk peduli pendidikan. Selain itu, saya juga saat ini Ketua Baznas Lampung akan coba menyinergikan pendidikan dengan zakat. Karena ini permasalahan kemiskinan dan kebodohan.

Bagaimana caranya?

Sampai saat ini pendapatan zakat mal yang dihimpun Baznas Lampung masih sangat minim, di beberapa daerah lain seperti Jawa Timur dan Jawa Barat bisa mencapai Rp90 miliar, bahkan Rp1 triliun. Kalau di Lampung masih sangat jauh, kemarin kami telah berkoordinasi dengan seluruh Baznas kabupaten/kota di Lampung ada beberapa daerah yang sudah bisa mendapatkan penghasilan zakat mencapai Rp7 miliar. Berarti sebenarnya Lampung juga bisa.

Jadi, nanti uang zakat tersebut yang akan digunakan untuk biaya pendidikan di Lampung?

Ya, kami ingin seluruh masyarakat peduli pendidikan. Target kami seluruh perusahaan hingga perseorangan seperti PNS dan masyarakat umum akan membayar zakatnya ke Baznas. Karena orang yang peduli pada orang miskin itu tidak akan pernah miskin. Kami akan melakukannya dengan transparan awal Juni ini bersamaan dengan momen Ramadan. Akan kami publikasikan di koran-koran termasuk Lampung Post dana yang terhimpun. Jadi masyarakat benar-benar yakin.

Bagaimana dengan permasalahan guru di Lampung?

Sekarang saya mendapatkan informasi akan banyak guru SD yang pensiun tetapi belum ada penggantinya, kami akan coba rekomendasikan kepada provinsi untuk menyiapkannya. Selain itu, masih banyak guru honorer yang belum mendapatkan upah layak, mereka hanya diupah Rp100 ribu—Rp300 ribu. Untuk makan sehari-hari saja tidak cukup.

Kabarnya ada program menguliahkan guru honorer?

Ya benar, kami ingin guru-guru honorer yang belum S-1 bisa melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Semua akan kami biayai mulai dari uang kuliah sampai uang tinggal selama empat tahun. Semuanya dari dana zakat yang terkumpul dari masing-masing daerah.

Jadi akan kami hitung berapa pemasukan zakat dari daerah lalu akan kami berikan kembali ke daerah itu dalam beasaiswa kuliah anak-anak kurang mampu dan beasiswa kuliah guru honorernya. Silakan mendaftar ke Baznas dan Dewan Pendidikan.

Rekomendasi apa yang akan Anda sampaikan khusus untuk permasalahan guru?

Tentang kesejahteraan tadi, karena kalau guru mengajar masih berpikir besok makan apa jadi kurang maksimal. Kami juga akan merekomendasikan tentang pemenuhan kekurangan tenaga guru dan persiapan memenuhi kebutuhan guru yang pensiun.

Terkait anggaran pendidikan di Lampung yang dianggap tidak transparan. Tanggapan Anda?

Pemerintah sudah berkomitmen cukup baik, menganggarkan 20% anggaran untuk pendidikan, kami siap mengontrol anggaran itu apakah tepat sasaran atau tidak. Semuanya harus transparan.

Sebagai lembaga yang dibentuk pemerintah, banyak yang pesimistis Dewan Pendidikan tidak akan berani mengkritik pemerintah. Tanggapan Anda?

Biarkan saja, mungkin tidak semua orang suka, tetapi kami akan tetap kritis karena kami dipilih untuk mengkritisi pemerintah, mengontrol dan memberikan rekomendasi untuk dunia pendidikan Anggota Dewan Pendidikan saya rasa bagus semua di sini orang–orang pilihan mulai dari profesor, rektor, guru, dan lainnya yang punya komitmen.

BIODATA
Nama : Ir H Mahfud Santoso MM
Kelahiran : Madiun, 9 Juni 1956
Agama : Islam
Alamat : Jalan Alam Hijau No. 20, Way Halim, Bandar Lampung
Istri : Hj. Dini Wahyuningsih
Anak :
1. dr Canggih Dian Hidayah
2. dr Icmi Dian Rochmawati
Pendidikan Formal:
1. S-2 Jurusan Manajemen SDM Program Pascasarjana STIE Jakarta, 2000—2002
2. S-1 Universitas Brawijaya Malang, 1976—1981
Jabatan:
1. Ketua Dewan Pendidikan Lampung
2. Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Provinsi Lampung

Sumber:
Wawancara, Lampung Post, Minggu, 31 Mei 2015

Biodata Viral
Terviral
Logo
Shopping cart