Mutia Sari Wirman: Putri Pariwisata dengan Gagasan Besar

Oleh Syafnizal Datuk Sinaro

Bandar Lampung – Lampung kini boleh berbangga karena memiliki duta wisata yang diharapkan berperan besar dalam mempromosikan destinasi-destinasi wisata di daerah ini ke mancanegara.

Mutiasari Wirman pada acara malam final pemilihan putri pariwisata Lampung di Bandar Lampung, beberapa waktu lalu. (Dok. Pribadi)

Mutia Sari Wirman namanya. Mahasiswi semester akhir Universitas Yarsi, Jakarta ini berhasil meraih prestasi gemilang sebagai runner-up Putri Pariwisata Indonesia 2010 pada ajang pemilihan Putri Pariwisata tingkat Nasional di Jakarta International Event and Convention Centre (JITEC), Mangga Dua Square, Jakarta, baru-baru ini.

Bagi Lampung, prestasi ini amat membanggakan. Betapa tidak, dalam berbagai ajang pemilihan, baik putri Indonesia, putri pariwisata, dan pemilihan lainnya, peserta dari Sai Bumi Ruwa Jurai ini belum pernah masuk dalam peringkat tiga besar, apalagi sampai mencapai posisi runner-up. Ia kalah beruntung dari Cynthia Sandra Tidayoh dari Sulawesi Utara yang menjadi Putri Pariwisata Indonesia 2010.

Oleh karena itu, baik pemerintah maupun masyarakat menyambut antusias prestasi yang telah ditorehkan Mutia bagi keharuman nama daerahnya. Apalagi, setelah berhasil meraih prestasi tersebut, ia diutus untuk mengikuti ajang pemilihan Queen Internasional dalam tahun ini juga.

Ketika diterima Wakil Gubernur (Wagub) Lampung Joko Umar Said dan pejabat lainnya, beberapa hari lalu di komplek kantor Pemprov Lampung–seusai pemilihan putri pariwisata–Mutia tidak segan-segan menasihati Wagub dan pejabat lainnya agar jika berlibur jangan ke luar negeri. Alasannya, selain menguras devisa, ternyata masih banyak pula destinasi wisata di dalam negeri yang tak kalah menariknya dibandingkan luar negeri.

Persoalannya selama ini, ungkap Mutia, pejabat atau orang Indonesia lebih bangga jika sudah berkunjung ke berbagai destinasi wisata di mancanegara ketimbang di dalam negeri. Selain itu, promosinya lebih gencar sehingga orang tertarik untuk mengunjunginya. Padahal, jika saja orang Indonesia lebih bangga dan senang bepergian ke berbagai pelosok di negaranya, ketimbang di luar negeri, sektor pariwisata di Tanah Air akan lebih cepat maju.

Wisata Alam dan Bahari


Menurut Mutia, promosi memegang peranan penting dalam pengembangan pariwisata. Untuk itu, ia sadar betul bahwa tugas berat yang dibebankan kepadanya untuk mempromosikan wisata Lampung akan ia jalankan dengan penuh tanggung jawab.

Oleh karena itu, dara molek ini juga mengajak seluruh komponen masyarakat bersama-sama untuk mengembangkan objek wisata di Sai Bumi Ruwa Jurai. Juga objek wisata bahari, seperti di Pantai Tanjung Setia, Krui, Lampung Barat, dan Teluk Kiluan, Kecamatan Kelumbayan, dan Tanggamus.

Selain destinasi wisata dan warisan budaya, Muti melihat Lampung juga memiliki potensi wisata alam yang sebenarnya juga dapat diarahkan pada medical tourism. Di Lampung terdapat sejumlah sumber air panas, seperti di wilayah Natar dan Kalianda, Lampung Selatan dan Suoh di Lampung Barat yang bisa dikembangkan menjadi tujuan wisata pengobatan.

Bandar Lampung, tanggal 28 April 1989 ini, peranan masyarakat sangat penting untuk membantu mempromosikan wisata Lampung. Misalnya, melalui sarana jejaring sosial seperti Twitter, Facebook, dan blog. “Jadi masyarakat bisa membantu memperkenalkan dan memasarkan promosi wisata secara horizontal marketing,” ujarnya.

Sebelumnya, mayoritas promosi wisata hanya dilakukan melalui vertical marketing, seperti brosur dan pamflet. “Untuk masyarakat yang tinggal di daerah wisata, juga bisa berperan dengan membangun daerah tersebut sehingga menjadi daerah tujuan wisata,” kata putri pertama pasangan dr Wirman dan Alzawati ini.

Mutia menilai Lampung memiliki objek wisata yang sangat prospektif dijual kepada wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, khususnya wisata bahari. “Bahkan Teluk Kiluan bisa menjadi objek wisata primadona Lampung. Objek wisata itu seperti tempat wisata Lovina di Bali. Sebab, keduanya sama-sama memiliki daya tarik atraksi lumba-lumba,” ujar alumnus SMAN 9 Bandar Lampung tahun 2007 ini. n


“Saya Siap Pakai Kain Tapis”

MUTIA dibesarkan dalam keluarga yang berkecimpung di bidang kesehatan. Ayahnya, Wirman, seorang dokter, yang kini menjabat Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Ibunya, Azlawati, juga bertugas sebagai tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdoel Moeloek, Bandar Lampung. Mahasiswi semester tujuh Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi ini merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Adiknya yaitu M Ari Yunanda dan Ani Putri.

Meskipun menekuni ilmu kedokteran, Mutia berkonsentrasi dengan dunia pariwisata. Ia tidak saja mengenal baik berbagai objek wisata Lampung, budaya, dan adat istiadatnya, tetapi juga bisa memainkan sejumlah tarian khas dari Lampung.

Untuk wisata kuliner, bagi Mutia yang kerap disapa Muti itu, Bandar Lampung memiliki hal masakan dan panganan menarik selain objek wisata alam dan budayanya. Misalnya, aneka makanan yang khas dan enak seperti seruit, pindang ikan, keripik pisang, keripik singkong, lempok, dan manisan.

Ia mencontohkan apa yang dilakukan di Bali. Pemerintah beserta masyarakat Bali berhasil mengembangkan sejumlah spa yang kini menjadi incaran para turis luar negeri. Padahal, dulu, jika ke Bali, orang hanya ingin melihat keindahan pantai dan kekayaan budayanya saja. ‘Tapi kini banyak turis asing ke Bali untuk menikmati spanya, yang bahkan disebut-sebut terbaik di dunia,” ungkapnya.

Bahkan, ia berjanji akan mengenakan pakaian khas Lampung, seperti batik sebagi, tapis, dan sulaman usus, ketika berkunjung ke daerah lain di Indonesia ataupun mancanegara. “Saya akan berusaha selalu menggunakan ciri khas Lampung seperti batik, bukan saja dalam hal pakaian, tetapi juga penggunaan aksesori tambahan seperti syal,” kata dia.

Ia juga mengajak seluruh masyarakat Lampung agar mencintai produk dan ciri khas Lampung. Sebab, untuk mengenalkan semua potensi yang ada perlu peran serta dari berbagai pihak, terutama dari masyarakat. “Pokoknya, jangan malu untuk menggunakan produk khas Lampung,” katanya mengimbau.

Selain itu, ia juga akan ke Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata untuk mengajukan kain tapis Lampung menjadi warisan budaya dunia ke UNESCO. Hingga kini, ujar Mutia, belum ada warisan budaya Lampung yang diajukan ke UNESCO agar ditetapkan menjadi warisan budaya dunia. Padahal, Lampung memiliki warisan budaya yang demikian beragam.

Bahkan, daerah ini merupakan satu dari sedikit suku di Indonesia yang memiliki budaya tulisan. Namun, selama ini hal itu kurang begitu dikenal karena minimnya promosi dan kurangnya apresiasi masyarakat pendukung budaya tersebut. “Untuk mengembangkan potensi wisata di Lampung harus ada kesadaran yang tinggi dari masyarakat,” ujar Mutia. (dat)


Sumber:

Sinar Harapan, Rabu, 10 November 2010

Biodata Viral
Terviral
Logo
Shopping cart