
KOMISARIS Besar Edward Syah Pernong termasuk salah satu raja di Nusantara yang memiliki kiprah di dunia publik. Edward adalah pemegang takhta Kepaksian Pernong Kerajaan Adat Skala Beghak di Batubrak, Lampung Barat. Sebagai pemimpin tertinggi, Edward adalah penerus kekuasaan Kepaksian Pernong yang berdiri sejak abad ke-12 Masehi.
Tokoh kelahiran Jakarta, 27 Januari 1958 ini dikukuhkan sebagai raja Kepaksian Pernong 19 tahun lalu. Tepatnya 19 Mei 1989.
Surat wasiat Paksi Buay Pernong yang disalin dan diterjemahkan Pangeran Soehaimi tahun 1975 (sumber: Aldrinsyah, www.wisata.multiply) menyebutkan Kepaksian Pernong merupakan satu dari empat Kerajaan Skala Beghak di Lampung Barat. Tiga lain adalah Kerajaan Ratu Buay Belunguh, Kerajaan Ratu Buay Nyekhupa, dan Kerajaan Ratu Buay Bejalan Diway. Keempat kepaksian ini (Paksi Pak) keturunan Ratu Ngegalang Paksi.
Edward Syah Pernong adalah raja Kepaksian Pernong yang bergelar Sultan Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi Sekala Beghak Yang Dipertuan Agung ke-23. Sekalipun memiliki jabatan dan pangkat tinggi di kepolisian, Edward bertekad meneruskan adat istiadat yang diterimanya turun-temurun.
Semangat ini terucap ketika Edward memberikan pengarahan pada para raja di gedung Dalom Kepaksian Sekala Beghak, 19 Mei lalu. Pengarahan itu disampaikan dalam rangkaian prosesi syukuran putra mahkota Kepaksian Pernong, Alprinse Syah Pernong.
Saat itu, Edward meminta para raja bekerja sesuai dengan tugas dan fungsi. Prosesi syukuran ini merupakan kegiatan terbesar yang digelar kerajaan tersebut selama kepemimpinannya. “Syukuran ini sekaligus memperingati 19 tahun kepemimpinan menjadi panutan di Kepaksian Pernong,” kata suami Nurul Adiati gelar Ratu Mas Inton Dalom Ratu Paksi Buay Pernong.
Komitmen Edward pada adat dan masyarakat adat juga secara terbuka disampaikan saat menjadi pembicara Seminar Budaya Lampung yang diselenggarakan Lembaga Peduli Budaya Lampung (LPBL). Acara itu berlangsung 29 Juni lalu di GSG IAIN Radin Intan, Bandar Lampung.
Edward yang membawakan makalah Upaya Memperkuat Kearifan Budaya Lokal mengajak masyarakat adat Lampung memperjuangkan adat istiadat. Jika masyarakat adat sendiri tidak peduli, siapa yang akan memperjuangkan, demikian Edward menyampaikan pada forum ketika itu.
Pernyataan penting juga disampaikan Edward. Dengan terbuka, ia mengajak masyarakat meluruskan pemahaman tentang budaya Lampung. Bagi Edward, sistem nilai dalam kultur Lampung itu satu, yakni Pepadun. “Kita harus meninjau dari sudut geografis bahwa pepadun yang sarat nilai kepenyimbangan merupakan sistem masyarakat adat yang hidup di bagian tengah provinsi ini,” papar Edward dalam makalahnya. Sedangkan Saibatin adalah sistem komunitas adat yang hidup di bagian pesisir Lampung.
“Masyarakat Lampung hanya memiliki satu budaya, yaitu Pepadun,” ujarnya. Namun, ada dua tradisi yang mengkristal: Pepadun hidup dengan sistem nilai yang kental demokratis, Saibatin cenderung aristokratis.
Bagi budayawan Anshori Djausal, yang juga hadir sebagai pembicara seminar, pernyataan Edward Syah Pernong ini sesuatu yang luar biasa. Sebagai orang yang mempunyai legitimasi, ujar Pembantu Rektor VI Unila ini, pernyataan itu sesuatu yang membuka kesadaran pada masyarakat adat Lampung. Selama ini, masyarakat Lampung selalu dikatakan terdiri dari dua jurai: Saibatin dan Pepadun. Edward menyatukan hal itu dengan menyatakan Lampung hanya memiliki satu budaya, yakni Pepadun! “Pernyataan itu baru keluar sekarang, setelah 20 tahun menunggu,” ujar Anshori.
Perwira Berprestasi
Bukan hanya di Kepaksian Pernong, kekuatan sosok Edward yang kini bertugas di Mabes Polri juga tercatat di kesatuan Polri. Alumnus S-1 Hukum UGM ini termasuk salah satu perwira menengah Polri yang berprestasi. Ia memulai karier di kepolisian melalui Sepamilsuk atau PPSS (Penerimaan Perwira Sumber Polisi). Selesai S-1 Hukum tahun 1983, ia lulus tes Sepamilsuk.
Perjalanan kariernya fantastik. Pertama ditempatkan di PTIK tahun 1984. Setelah itu disekolahkan gubernur PTIK di Serse. Saat sekolah di Selapa, prestasi Edward juga terlihat. Ia lulus nomor satu.
Saat bertugas di Bekasi sebagai kasatserse, sosok Edward mengundang perhatian publik. Edward dan timnya berhasil mengungkap kasus perampokan-pemerkosaan yang membetot perhatian massa dan di-blow up media massa cetak maupun elektronik. Kasus pembantaian keluarga Acan tahun 1995 itu berhasil diungkap dalam waktu sebelas hari.
Pembunuhan keluarga Acan tidak luput dari perhatian Presiden Soeharto–kala itu. Kepala Negara pun memanggil Edward ke Istana Negara.
Presiden memberikan Lencana Adhi Satya Bhakti pada perwira Polri berpretasi itu.
Edward kembali jadi perhatian publik ketika November 2006 menangkap Hercules dan 100 lebih anak buahnya. Untuk kawasan Jakarta dan sekitarnya, Hercules dikenal salah satu nama besar di dunia preman. Saat itu, Edward menjabat kapolres Kota Besar Jakarta Barat.
Nyali menjadi salah satu kunci kekuatan Edward sebagai polisi. Bagi Edward, polisi tidak cukup memiliki otot, otak, dan nurani. Tapi juga nyali! Tanpa nyali, ketiga hal itu tidak ada gunanya.
“Yang paling utama harus punya nyali karena dia (polisi) akan berhadapan dengan situasi yang tidak terprediksi. Situasi-situasi seketika. Situasi yang kadangkalanya tidak tahu harus mengambil keputusan yang bagaimana. Tapi dia sudah punya naluri, sudah punya pola harus begini. Dan itu hanya bisa dilakukan orang-orang yang punya nyali,” ujarnya seperti dikutip dari www.selapa-polri.com. n
BIODATA
Nama: Kombes Pol. Drs. Edward Syah Pernong gelar Sultan Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi Sekala Beghak Yang Dipertuan Agung ke-23
Lahir: Jakarta, 27 Januari 1958
Istri: Nurul Adiati gelar Ratu Mas Inton Dalom Ratu Paksi Buay Pernong
Pendidikan:
– S-1 Fakultas Hukum UGM (1983)
– Sepamilsuk atau PPSS (penerimaan perwira sumber polisi) tahun 1983
– Dikjur Serse
– Selapa Dikreg XX tahun 1992
– Sespim tahun 2000
Karier Polri
– PTIK tahun 1984
– Sat Idik Khusus Reserse Mabes Polri
– Kasubnit Reserse Umum Polda Metro Jaya
– Kasat Serse Polres Metro Bekasi tahun 1992
– Kasat Serse Polres Metro Jakarta Pusat
– Wakapolres Metro Jakata Utara
– Kabag Reserse Tipiter Polda Jawa Barat
– Kabag Reserse Polwiltabes Bandung
– Kapolres Bandung Tengah (2001–2002)
– Kapolres Bandung
– Wakapoltabes Palembang
– Kapolres Metro Bekasi
– Kapolres Kota Besar Jakarta Barat
– Perwira di Mabes Polri
Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 324-327
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky