Profil Pengusaha Nazmah Armadhani

Menjadi pengusaha harus siap mengambil resiko. Begitu juga sukses Nazmah Armadhani, masih saja dia teringat cemooh tetangga. Waktu itu Nazmah sudah bekerja kantoran. Sebagai lulusan Sarjana, kok, gaji Nazmah tidak sebesar gaji babysitter.
Musibah bisnis
Diantara perjuangannya menjadi pengusaha. Kabar buruk terjadi yakni dua toko suaminya terbakar. Alhasil dia kehilangan banyak modal usaha. Padahal satu toko tersebut merupakan toko baru. Tetapi memang itu sudah menurun pendapatannya dan akhirnya terbakar. Tahun 2007 kerugian ratusan juta diterima dia dan suami.
Memulai bisnis kembali memang susah. Tapi Nazmah membuktikan dirinya mampu. “Dua toko kita habis, pas mau bulan puasa. Dua tahun kita bingung karena nggak ada pemasukan,” ia mengenang. Dan suatu saat, sang anak mulai membuat lukisan di atas sepatu polos, Nuzmah lantas menjajal masuk ke pameran.
“Ternyata ibu gubernur suka,” jelasnya.
Padahal bisnis dijalankan Nuzmah terbilang pasaran. Banyak sudah pengusaha masuk di bisnis tersebut. Tapi ia meyakinkan diri bahwa produknya berbeda. Pengalaman merupakan hal terpenting. Namun, disisi lain, Nuzmah merupakan sosok pelajar mengamti pasar dan juga kemampuan pegawainya.
Jika pengusaha lain sudah percaya diri. Nuzmah yang tidak bisa melukis. Mempercayakan kepada mereka yang cuma lulusan SD. Mereka mungkin tidak berpendidikan tinggi. Tetapi justru disana ada ketelatenan. Dan darah seni tidak memandang jenjang pendidikan.
Hasilnya produk Nazmah seperti buatan pabrik. Garisnya rapih bukan sembarang goresan. Karyawannya cukup lima orang asal Jawa Timur. Bahan cukup cat sablon atau cat akrilik, kemudian sepatu polos didapat dari Surabaya, Sidoarjo, hingga Bandung juga.
Omzet sampai Rp.20 juta kalau ikutan pameran. Sedangkan kalau tidak mengantungi omzet Rp.6 jutaan. Ia menambahkan masalahnya karena produknya nyempil di toko orang. Tidak terlihat mencolok namun pasti menarik pembeli. Ada 60 pasang dijamin laku ketika sudah keluar dari rumah produksinya.
Harga bervariatif antara cewek dan cowok beda. Harga mulai Rp.100- 300 ribuan, dan kalau cowok kan medianya besar jadi harganya lebih mahal. Nuzmah sendiri belum merambah pasar ekspor. Alasanya ya karena prosesnya berbelit. Walaupun sudah ada penawaran tetapi masih dia tolak buat memenuhi pasar.
Ia membayangkan keribetan ekspor. Sudah lagi ada kendala bahasa, dan ditambah lagi keharusan merapikan manajemen dulu. Bagi pengusaha sepatu lukis waktu empat tahun dianggapnya kurang. Mungkin 10 tahun lagi. Pemasan bisa memesan dengan model sendiri inilah kelebihan dia.
Warna cerah menjadi andalan brand Dhona Dani ini. Tips sukses buat kita? Nazmah mengatakan bagi kita pengusaha pemula, tidak khusus pengusaha sepatu lukis ya, harus percaya diri akan karya kita sendiri. Dia mengatakan kita harus selalu optimis ada masa depan di bisnis kita jalankan.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky