
“MENEMUKAN” Siti Nurbaya, Sekretaris Jenderal Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), tidak ubahnya menelusuri sehampar jejak panjang, berliku, tersebar ke berbagai penjuru. Karier wanita yang “amat dipengaruhi Lampung”, dalam perjalanannya 10 tahun terakhir di Jakarta ini, lebih sering terasa melebar dan meluas, daripada meninggi.
Kini, Siti Nurbaya lebih dikenal sebagai birokrat senior, aktif dalam seminar, diskusi, ®MDRV¯talk show®MDNM¯, pembicara dalam subjek birokrasi, kebangsaan/jati diri bangsa, politik lokal, otonomi daerah, peran perempuan, pengelolaan sumber daya alam, dan sistem data spasial/sistem infomasi geografi.
Namun, langkahnya ke sana bukanlah sepotong jalan yang mulus dan karier tinggal digelindingkan. Pengajar pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPS-IPB) tersebut sempat diadang beragam konflik hingga “gempa-politik” paling hebat mengguncang daerah ini. Tapi, badai itu justru seperti telah memilahkan mana loyang mana besi. Tidak sejengkal pun ia surut melangkah.
Keuletan, kegigihan, dan–lebih dari semua itu–kecerdasannya dalam kepemimpinan plus kecermatan kalkulasi setiap mengambil keputusan dan kebijakan penting, telah ditunjukkannya saat ia menjadi orang teras di Bappeda Lampung.
Tahun ini, perempuan kelahiran 28 Agustus 1956 ini terpilih satu dari 100 Wanita Terinspiratif 2008 (bersama Ibu Ani Yudhoyono, Marie Pangestu, Sri Mulyani, G.K.R. Hemas, dll.) oleh majalah Kartini edisi khusus 21 April–5 Mei 2008. Tahun lalu, ia termasuk The 99 Most Powerful Women in Indonesia 2007 (bersama Megawati Soekarnoputri, Ibu Ani Yudhoyono, Sri Mulyani, dll.) oleh majalah Globe Asia Oktober 2007. Tahun 2004, Siti Nurbaya terpilih sebagai PNS Teladan Nasional oleh Presiden RI dan Prestasi Kerja Yang Luar Biasa oleh Mendagri.
Kendati cukup lama menderu di pentas nasional, Siti Nurbaya selalu merasa “ada sebentuk ikatan yang senantiasa menghubungkannya” dengan provinsi ini. Ia amat menyukai dan mengagumi keragaman budaya dan masyarakat Lampung. Dan kondisi ini, bagi Mbak Baya (demikian ia biasa disapa) bak laboratorium bagi gagasan-gagasannya dalam banyak hal.
Lampung, di mata salah seorang perancang otonomi daerah ini, memiliki kekayaan nilai dan dinamika sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang seharusnya terangkat dalam tataran riil dan mampu menginspirasi masyarakat tumbuh dan berkembang secara dinamis dan sehat.
Di Lampung, Siti Nurbaya merasakan nilai-nilai yang dibawa pendatang (Jawa, Sunda, Padang, Batak, Semendo, Palembang, Bali, dan etnik lain) tidak sekadar tumbuh dalam ruang-ruang privat masyarakat pemilik etnik tertentu. Tapi juga teraktualkan dalam kehidupan sehari-hari berbaur dengan nilai-nilai asli masyarakat Lampung.
Artinya, sejak awal perkembangannya, masyarakat asli Lampung telah terbiasa bersentuhan dengan berbagai karakter budaya yang pada taraf tertentu ikut mewarnai kondisi geopolitis, sosial-budaya, dan pranata-pranata sosial dalam lingkup sistem.
Dengan situasi masyarakat serupa itu, fenomena-fenomena sosial, politik, budaya, dan ekonomi yang mengemuka pun menjadi cukup beragam, unik, dan memiliki dimensi filosofis. Semuanya amat penting didedahkan dan dikelola sebagai sumber kekuatan dan lokomotif yang dapat menggerakkan masyarakat Lampung.
Maka, setiap elemen kekuasaan dan pemerintahan harus mempertimbangkan visi yang tepat dan jitu dalam menerapkan kebijakan. Dengan begitu, kondisi ini tidak menggerus apa pun yang menjadi potensi dan kekuatan lokal. Demikian permenungan yang pernah melintas di benak Siti Nurbaya ketika ia masih suntuk mengurusi berbagai lembaga dan organisasi kepemudaan di Lampung pada era 90-an.
Meskipun kecerdasan dan kemampuannya di atas rata-rata, mantan Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri ini tidak pernah membuat siapa pun merasa sungkan berdiskusi bahkan berdebat. Mbak Baya malah dengan cerdik membuat setiap orang merasa “tertular” kepintarannya.
Ia juga mampu bekerja bahkan 24 jam dengan jeda hanya beberapa puluh menit dan tak merasa kelelahan. Kerja itu sendiri amat penting baginya sebagai pemenuhan diri. Tidak heran bila Ryaas Rasyid, atasannya waktu itu, amat mengandalkannya saat gagasan otonomi daerah baru disosialisasikan di berbagai provinsi di Indonesia.
Membayangkan intensitasnya bekerja dan memikirkan beragam persoalan menyangkut hajat hidup orang banyak rasanya akan membuat “keder” kebanyakan orang. Pada durasi yang realtif pendek saja, 2007–2008, ibu dari Meitra Mivida (27) dan Ananda Tohpati (25), ini merampungkan sembilan tugas internasional. Pada 2008, alumnus International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences (ITC), Enschede Belanda, ini dipercaya sebagai anggota delegasi RI pada Konferensi IV World Islamic Economic Forum Kuwait. Dari sana ia terbang lagi ke Jenewa untuk mempresentasikan ihwal DPD RI di Sekretariat Jenderal International Parliamentary Union (IPU), Swiss. Tahun sebelumnya, 2007, ia pun harus mondar-mandir di Benua Asia dan Timur Jauh sebagai anggota delegasi bilateral Maroko, anggota delegasi bilateral Mesir, anggota delegasi bilateral Uni Emirat Arab, Konferensi Internasional Perubahan Iklim Bali, Konferensi Parlemen Internasional (IPU) Bali, studi banding parlemen dan pembangunan ekonomi daerah Jepang di Tokyo dan Kyoto.
Menyimak perjalanan hidup istri dari Rusli Rachman (59), laki-laki yang menikahinya 28 tahun lalu itu, seperti melihat lokomotif kereta cepat yang melaju tanpa jeda. Gerbong demi gerbong bermuatan tugas-tugas sipil dan kenegaraan ditariknya melintasi berbagai sektor dan disiplin keilmuan.
Ia pun dikenal sebagai “birokrat senior”, aktif dalam seminar, diskusi, talk show sebagai pembicara dalam subjek birokrasi, kebangsaan/jati diri bangsa, politik lokal, otonomi daerah, peran perempuan, pengelolaan sumber daya alam dan sistem data spasial/sistem infomasi geografi. Ia juga merambah sektor kesehatan dan pendidikan dan menjadi anggota delegasi Indonesia untuk negosiasi proyek dengan ADB pada 1998.
Mantan Ketua Umum DPD AMPI Lampung (1989–1994) ini juga sempat mengurusi soal tata ruang kota hingga ke Siegen, Jerman, dan mempelajari perihal penataan sistem pelabuhan laut di Singapura. Bahkan, ia juga masih bisa membagi otak kanannya untuk ngopeni masalah pariwisata.
Semua tugas dan pekerjaannya itu ia lakukan lebih sebagai seorang pemikir, peneliti atau ahli daripada sebagai “pejabat” umumnya di Indonesia. Mbak Baya melakukannya karena ia memang memiliki kapasitas dan kapabilats menangani berbagai bidang disiplin ilmu. Seabrek jabatan penting pernah ia raih di provinsi dan negeri ini bukan lantaran karier politik melainkan intelektualitas.
Kemampuan kognitifnya itu berimbang pula dengan kecerdasan emosionalnya. Mbak Baya menyukai puisi, lukisan, dan memiliki kepekaan terhadap bahasa. Suatu ketika, saat Lampung Post menyodorkan buku Hujan Bulan Juni milik Sapardi Djoko Damono, dengan antusiasme Mbak Baya meraih buku itu dan menyimak sajak demi sajak yang terdapat di dalamnya. Seketika rona wajahnya berubah, mata yang biasa nyalang dan penuh gelora hidup itu tiba-tiba menjadi redup.
Ia merasakan “sihir” puisi merambati urat darahnya. Meskipun tidak mampu menulis puisi, kemahirbahasaannya tidak perlu diragukan. Saat ia menulis sejumlah halaman panjang pleidoi pembelaannya dalam kasus Gempa Liwa, baris demi baris kalimat yang dibacakannya membuat Ketua Majelis Hakim berlinangan air mata.
Siti Nurbaya memang perempuan paripurna. n
BIODATA
Nama: Dr. Ir. Siti Nurbaya, M.Sc.
Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 28 Agustus 1956
Agama: Islam
Jabatan dan pangkat: Sekretaris Jenderal DPD RI/Pembina Utama (IV/e) dan Pengajar Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPS-IPB).
Alamat: Jalan Mampang Prapatan XIV 9 Jakarta Selatan Telepon (021) 799 5339 Ponsel 0812 111 6061 Faksimile 08121109613 E-mail: sitinurbaya_bakar@yahoo.co.id , siti_nurbaya@dpd.go.id
Pendidikan
1. SD Muhammadiyah III Matraman Jakarta, 1968
2. SMP Negeri 50 Slamet Riyadi Jakarta, 1971
3. SMA Negeri 8 Bukitduri Jakarta 1974
4. Institut Pertanian Bogor 1979
5. S-2 dan S-3: Institut Pertanian Bogor, kolaborasi dengan Siegen University, Jerman, 1998
Pelatihan
– SPAMEN Jakarta, 1995 LAN-RI
– SPADYA Bandung 1992 Depdagri
– Kursus Orientasi Manajemen Strategik Bandar Lampung, 1996 Paguyuban TIBTA/Lemhanas
-Perencanaan Tenaga Kerja Daerah Jakarta, 1983 Depnaker
– Perencanaan Energi Regional/Pedesaan Bogor, 1983 Deptamben
– Analisa Proyek Pertanian dan Industri Pertanian, Jakarta, 1983 LPEM-UI
– Penyuluhan Pertanian Yogyakarta, 1980 UGM-Deptan
– P4-TIPE A Bandar Lampung, 1980 Pemda Lampung
Tanda Jasa Kehormatan
– 100 Wanita Terinspiratif 2008 (bersama-sama Ibu Ani Yudhoyono, Marie Pangestu, Sri Mulyani, GKR Hemas, dll), 2008 Majalah Kartini edisi khusus 21 April-5 Mei 2008
– The 99 Most Powerful women in Indonesia 2007 (bersama-sama Ibu Megawati Soekarnoputri, Ibu Ani Yudhoyono, Sri Mulyani dll). 2007 Majalah Globe Asia, edisi October 2007
– PNS Teladan Nasional 2004 Presiden RI
– Prestasi Kerja Yang Luar Biasa 2004 Mendagri
– Satya Lencana Wirakarya 2004 Presiden RI
– Satya Lencana Karya satya XX 2001 Presiden RI
– Penghargaan sebagai penerus Generasi 45 1996 DHD 45 Lampung
– Medali Perjuangan Angkatan 45 1995 DHD 45 Lampung
– Peserta terbaik ke-2 SPAMEN 1995 LAN RI
– Prestasi Kerja 1995 LAN RI
– Penghargaan Nasional Dalam Aplikasi Sistem Informasi Geografi 1993 Ikatan Surveyor Indonesia
– Program Dewan Produktivitas Daerah 1989 Depnaker
– Peserta Terbaik No 2 Penataran P4 1980 Pemda Lampung
Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 313-316.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky