Satono (1953-…): Bupati yang Mendalang dan Bertani

DI kalangan penikmat seni campursari dan wayang kulit, Satono bukan nama yang asing. Bupati Lampung Timur ini dikenal mampu mendalang, bahkan dalam dua bahasa.

Karena kepiawaian mengolaborasikan wayang kulit purwa (Jawa) dan wayang golek (Sunda) itu, ia pun masuk catatan Museum untuk Rekor Dunia-Indonesia (MURI) untuk kategori pertunjukan unik.

Ki Satono pernah memadukan pergelaran wayang dalam dua bahasa sekaligus dengan menampilkan wayang kulit dan wayang golek dalam satu pergelaran.

TVRI Jakarta bahkan berkali-kali menampilkan Ki Satono secara langsung saat mendalang agar bisa ditonton masyarakat se-Tanah Air.

Suami dari Rice Megawati ini pun sudah menelurkan album SAE Campursari. Karena besarnya perhatian terhadap budaya, terutama campursari dan wayang, Satono pun dipercaya menjadi ketua umum Paguyuban Campursari Indonesia (Pancasindo).

Adalah sederet artis nasional yang biasa melantunkan tembang Jawa atau campursari–seperti Mamik Prakoso, Waljinah, Indah Laras, Dedi Kempot, Manthos, dan Soni Jos–yang mendaulatnya sebagai ketua umum.

Dalam acara Jenaka di TVRI Lampung, Satono sedikitnya sudah tampil dalam 34 episode. Acara itu digagas Persatuan Seniman Komedi Indonesia (PaSKI) Provinsi Lampung.

“Seni komedi menurut saya merupakan sarana hiburan yang mampu memberikan pendidikan luas, kritik dan saran dengan cara humor segar,” kata pembina PasKI Provinsi Lampung itu.

Bagi Satono, mendalang merupakan bagian dari pengabdian terhadap masyarakat. Sebab, melalui aktivitasnya mendalang, ia bisa menyampaikan pesan, sosialisasi, dakwah, dan lain-lain. Dan, menurut dia, aktivitasnya di bidang seni tidak mengganggu kegiatan dalam bidang pemerintahan.

Dalam dunia pewayangan ada beberapa tokoh yang dikaguminya. Namun, ada satu yang benar-benar ia jadikan panutan. Kresna, raja dari Kerajaan Dwarawati. Mengapa? Karena sebagai titisan Dewa Wisnu, Kresna memiliki sifat pengayom dan terkenal dengan strateginya yang jitu. Dan sifat-sifat Kresna ini diterapkan Satono dalam kepemimpinannya.

Satono juga punya prinsip, “Hidup itu tidak ubahnya seperti menanam dan memetik hasilnya. Menanam pada diri kita sendiri atau ke orang lain. Selanjutnya, kita menentukan sendiri apa yang akan kita tanam dan kita panen.”

Analogi hidup yang dipegang Satono ini barangkali tidak lepas dari apa yang selalu dilakukannya dari kecil, yaitu bercocok tanam. Sejak masih duduk di bangku SMP, Satono sudah biasa bergulat dengan tanah, cangkul, dan tanaman dengan membantu orang-tuanya di kebun.

Setelah menuntaskan SMP-nya, Satono memilih melanjutkan studi ke sekolah pertanian. Begitu lulus, ia langsung diterima sebagai PNS dan di instansi yang mengurusi bidang yang tidak asing lagi dengannya, yaitu di Dinas Perkebunan Lampung Tengah. Posisi awalnya sebagai staf teknis.

Selama kurang lebih 10 tahun ia menjadi staf teknis. Meski sudah bekerja, Satono tetap ingin melanjutkan studi di perguruan tinggi. Maka, ia memilih Fakultas Hukum Universitas Lampung.

“Ada kejadian menarik saat akan kuliah, tahun 1975. Saya ditanya seorang teman, buat apa kuliah hukum? Lalu, enteng saja saya jawab, mau jadi sekda (sekretaris daerah). Karena kalau mau menjawab jadi bupati saat itu tidak mungkin. Posisi eksekutif saat itu masih ‘milik’ nonsipil,” kata Satono sambil tertawa. Gelar sarjana hukum didapat tahun 1982 dan tahun 1995 Satono juga mendapat gelar sarjana pertanian.
Jawaban Satono pada temannya ternyata menjadi kenyataan. Meski harus melewati kurun waktu dan perjalanan karier yang berliku pada November 2000, Satono benar-benar dilantik menjadi sekda Kabupaten Lampung Timur.

Jabatan terakhirnya sebelum menjabat sekda adalah kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Utara. “Saya tidak pernah menyangka akan ditunjuk menjadi sekda di tempat kelahiran saya. Terlebih, menurut kebiasaan, seorang yang baru menjabat satu kali sebagai kepala dinas belum bisa ditunjuk menjadi Sesda. Ya, anggap saja saya beruntung dan dibutuhkan,” kata anak keempat dari tujuh bersaudara, putra pasangan H. Harmosusiwo dan Hj. Markamah itu.

Adanya pilkada langsung membuka peluang bagi siapa saja untuk mencalonkan diri menjadi kepala daerah. Atas dorongan koleganya Satono maju menjadi salah satu calon dan berhasil terpilih. “Menjadi sekda saat itu sudah saya anggap jabatan tertinggi, tapi ternyata fakta berbicara lain. Dan menjadi bupati di tanah kelahiran sendiri juga melengkapi kebahagiaan saya,” kata pria yang memiliki seabrek jabatan tersebut.

Meski terbilang orang yang paling sibuk di Kabupaten Lampung Timur, Satono tidak pernah melupakan kehidupan keluarganya. Di waktu senggang, ia dan keluarga sering makan bersama. Terkadang di rumah atau mencari warung makan. Untuk urusan makanan, baik Satono maupun anggota keluarga lain menyukai makanan-makanan yang sederhana, tidak perlu neko-neko. Cukup sayur dan lauk-pauk, seperti tempe dan tahu sudah cukup mengundang selera.

Terkadang ia mengantar istri ke pasar. Tidak dengan mobil, tapi cukup jalan kaki. “Kebetulan rumah kami tidak jauh dari pasar, ya jalan saja sekalian olahraga,” ucap suami dari Rice Megawati ini. Untuk menambah kebugaran, setiap pagi ia biasa minum air jeruk. Setelah itu, ia menyalurkan “kebiasaan” lamanya bercocok tanam. Namun, kini ia sudah cukup terpuaskan dengan menata tanaman hias di halaman rumah. Sedikit kegiatan di luar aktivitas pemerintahan, bagi Satono cukup membuat pikiran fresh. “Apalagi kalau semua yang dilakukan didasari dengan perasaan senang, menghadapi persoalan tidak akan terasa berat,” kata dia.
Di luar itu, Satono memanfaatkan waktu luangnya untuk memperdalam ilmu pedalangannya dan mengarang lagu. “Ilmu itu jika tidak diasah terus akan sulit dikeluarkan dari pikiran kita,” wejang Satono.

Kedua orang tua Satono yang berasal dari Jawa Tengah, berpengaruh kuat pada nilai kepemimpinan yang dipegangnya. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Nilai inilah yang dipegang Satono selama ia menjadi pemimpin dan akan diterapkan dalam keseharian seterusnya. Arti dari filosofi kepemimpinan di atas adalah sebagai pemimpin harus selalu memberi contoh lebih dahulu. Kemudian, bekerja bersama-sama dengan semua orang yang berada di kepemimpinannya. Dan terakhir selalu memompa semangat orang-orang yang dipimpinnya. n

BIODATA


Nama: H. Satono, S.H., S.P.
Tempat, tanggal lahir: Pekalongan, 8 Juli 1953
Agama: Islam
Nama istri: Rice Megawati
Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 2 Oktober 1962
Nama anak: 1. Risano Awaludin Wiryawan, SP, PNS
2. Doni Mahesa Praja, SH, PNS
3. Fiki Fernandes
Alamat rumah: Jalan Pangeran Antasari, Gang Langgar,
Kedamaian, Tanjungkarang Timur,
Bandar Lampung

Pengalaman Pekerjaan:
1. Staf Teknik Disbun Lampung Tengah (1972–1979)
2. PUMK Disbun Lampung Tengah (1979–1981)
3. Kasubbag TU Disbun Lampung Tengah (1981–1982)
4. Kasi Umum Subdin Penyuluhan Lampung (1982–1983)
5. Kasubbag Kepegawaian Disbun Lampung (1983–1992)
6. Kabag Tata Usaha Disbun Lampung (1992–1996)
7. Kasubdin RPP Disbun Lampung (1996–1997)
8. Kepala Dinas Perkebunan Lampung Utara (1997–2000)
6. Sekretaris Kabupaten Lampung Timur (2001–2005)
7. Bupati Lampung Timur (2005–2010)

Pendidikan Formal:
1. SDN Adirejo (lulus 1965)
2. SMPN Metro (1968)
3. SPMA Hajimena (1971)
4. S-1 Jurusan Hukum Perdata FH Unila (1981)
5. S-1 Pertanian Stiper Surya Dharma (1995)

Pengalaman Organisasi:
1. Pengurus AMPI Lampung Tengah (1982)
2. Sekretaris Korpri Disbun Lampung (1985–1995)
3. Ketua Umum Korpri Lampung Timur (2001–sekarang)
4. Ketua Pepadi (Perhimpunan Pendalang Indonesia) Provinsi Lampung 2006–2009
5. Ketua PMPSBQ (Paguyuban Masyarakat Pencinta Seni Baca Quran) Lampung (2007-2012)
6. Ketua Umum Pancasindo (Paguyuban Campursari Indonesia) (2007–2010)
7. Ketua Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) Lamtim (2008–2012)
8. Ketua ICMI Kabupaten Lampung Timur (2006–2011)

Penghargaan:
1. Satyalancana Karya Satya XXX tahun 2002 dari Presiden RI
2. MURI (Museum untuk Rekor Dunia-Indonesia) 2008: Penghargaan kategori unik kolaborasi wayang kulit purwa (Jawa) dan dan wayang golek (Sunda).

Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 282-285.

Biodata Viral
Terviral
Logo
Shopping cart