Profil Pengusaha Siti Maria Ghozali

Penulis pengusaha keripik singkong gadung. Penulis bernama Siti Maria Ghozali tidak familiar di telinga. Atau, kamu akan lebih kenal nama penanya Maria Bo Niok. Meski kamu tidak mengenalnya, penulis meyakinkan dia adalah sosok wanita hebat.
Menjadi Penulis dan Pengusaha
Tiga majalah yang dikhususkan untuk buruh migran, seperti Intermezo, Berita Indonesia, dan Rose Mawar. Kebanyakan ceritanya tidak jauh dari pengalaman pribadi. A Ne Ge , contohnya, merupakan cerita pendek tentang kehidupan buruh migran Hong Kong.
“Mereka menggunakan tiga kata A, Ne, Ge yang menjelaskan 1001 kosa kata dengan pekerja migran,” tuturnya.
Karya lainnya meliputi Embun Pagi di Hong Kong (A Morning Dew in Hong Kong), Desah Keluh Pejuang Devisa (Grievance by Foreign Exchange Fighters), Batik, dan Kelobot Tembakau Kasih (Love of Klobot Cigarette).
Sekembalinya ke Indonesia, Maria memutuskan tidak kembali ke Hong Kong. Tepatnya waktu itu, tahun 2004, dia kembali ke kampunya di desa Pasunten, Lipursari, Wonosobo Jawa Tengah. Disana pula ia bisa menemukan cara lain untuk hidup.
Pengusaha Keripik Singkong Gadung
Sekembalinya, ia bersekolah kembali hingga lulus sekolah menengah atas. Dia lantas dinikahkan diumur 17 tahun. Untuk bertahan hidup, memenuhi kebutuhan sehari- hari yang bisa dilakukan adalah menjual burung di pasar.
Tidak cuma bercerai tetapi ia (sang suami) meninggalkan hutang menumpuk.
Itulah Maria memilih menjadi buruh migran di negara orang. Dia meninggalkan anaknya kepada keluarga. Ia mempunya lima orang anak. Dimana yang termuda masih bayi empat bulan, dimana Maria meminta bantuan seorang babysitter untuk menjaganya di Jakarta.
Hingga, suatu hari di 2002, dia bertemu sosok Stevi Yean Marie, seorang penulis puisi asal Yogyakarta. Dimana semenjak itu ia menjadi guru Maria Bo Niok secara online.
“Dia adalah orang yang menemukan bakat menulis saya. Dia selalu berani mengoreksi saya ketika saya membuat kesalahan,” kata Maria.
“Bahan bakunya gampang dicari, kok. Di sekitar desa saya banyak ketela,” celetuknya. Jikalau kurang pun, ia bisa membeli dari desa lain. Perbulan usaha UD Mari memproduksi satu ton ketela. Usahanya ternyata bisa menjadi rezeki buat warga sekitar.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky