Kisah Penemuan Metode Matematika

Penemu metode Jarimatika bukan sembarang ibu rumah tangga. Perempuan asli Salatiga yang menghabiskan sekolah menengah disana. Ia lantas hijrah sampai Semarang berkuliah di Universitas Dipenogoro. Septi Peni Wulandani mengambil jurusan Ilmu Gizi.
Ide Jarimatika
Tahun 1995, Septi diboyong suami yang pegawai bank ke Jakarta. Mereka harus menetap di Depok, Jawa Barat. Ia sendiri sebenernya selalu iri melihat kehidupan wanita karir. Sudah setahun tidak lagi bekerja, Septi masih ingin bekerja. Diskusi panjang pun terjadi diantara pasangan ini.
Hasrat bekerja meredup ketika putri pertama lahir. Dialah Nurul Syahid Kusuma, mulai membuat Septi jadi menikmati peran ibu rumah tangga. Pekerjaan yang tidak bisa disepelekan. Tidak semua orang bisa menjadi ibu yang baik. Ibu menurut Septi bukan golongan second class.
“Bayangkan kita harus mengelola semua urusan rumah,” ujarnya.
“Bekerja” menjadi ibu rumah tangga bukan berarti diam. Dia aktif mencari tau soal beraneka macam. Tujuan akhirnya bagaimana agar menjadikan rumah kantor. Septi mulai menyusun jadwal kerja. Dia mulai banyak baca buku tentang parenting.
Jiwa Entrepreneurship
Hal pertama dibenaknya adalah berdagang. Berbisnis merupakan pilihan tepat. Untuk membantu ekonomi keluarga jadilah Septi berjualan pakaian muslim. Ini sesuai passion -nya di pakaian muslim. Wanita berjilbab ini mulai keluar berjualan door- to- door.
“Sampai kami pernah merasakan rekening yang ada di bank semua zaro,” kenang Septi.
Sang anak pertama sebenarnya telah membuka kesuksesan. Lewat putri pertamanya menjadi jalan pembuka lahirnya Jarimatika. Ya siapa Septi Peni Wulandari adalah penemu metode Jarimatika. Ketika Enes (nama panggilan putrinya) mulai dewasa dan mampu menggerakan jarinya.
“Sampai kami pernah merasakan rekening yang ada di bank zero,” beber dia.
Sambil berdagang sambil mengajari anak. Dia mengajari Enes membaca menghitung. Enes menggerakan jari- jari kecil itu mengeja angka. Langkah awal ialah bagaimana menghitung angka satuan.
Perjalanan tiga tahun lewat trial and error. Aneka cara sudah pernah dicoba seorang Septi. “…tapi kami tetap semangat,” kenang dia. Tahun 2000 barulah konsep Jarimatika mulai diajarkan. Jarimatika terlahir dari rasa sayang terhadap sang anak.
Dia naik turun bus berkeliling kota. Keluar masuk sekolah atau lembaga pendidikan. Adapun prinsip metode ini ialah belajar bertahap. Tahap awal, anak Septi diajarkan metode membaca menyenangkan. Anak tidak diajarkan membaca, duduk, kemudian membaca lagi.
Metode membaca tersebut lantas dikembangkan lebih lanjut. Nama metode ini adalah Abaca Baca. Kini ibu lebih gampang mengajarkan membaca. Tahap kedua yakni mengajarkan berhitung. Inilah awal metode utama Jarimatika.
“Setiap ada ide baru, kami tulis diatas kertas dan ditempel,” jelasnya.
Septi selalu mengganti cara berhitung anak. Banyak metode telah digunakan termasuk lewat peraga. Cuma masalahnya si anak itu tidak aktif. Ketika alat peraga rusak anak akan enggan memakai lagi. Ketika jari anak mulai terlihat aktif.
Usia nol sampai 12 tahun masa tepat membangun karakter. Terutama diawal ketika kita masih bisa pegang sendiri. Umur 13 tahun anak sudah siap bersekolah di luar rumah. Singkat, anak akan bisa hidup mandiri jika sudah berumur 15 tahu.
Dia menulis “ibu rumah tangga profesional”. Lewat kartu nama unik inilah bisa mengikuti sampai anaka kuliah umum. Tambahan lain menurut dia kalau anak dari kelas 1-6 di SD sama; ini bukan sosialisasi. Menurutnya anak akan minder jikalau masuk ke lingkungan baru.
Merintis Usaha
Melalui marketing dibukukan Jarimatika menyebar. Bak virus tanggapan masyarakat luas ternyata antusias. Tapi apakah menguntungkan? Tentu, lewat buku tersebut metode ini menjual, di tahun 2003 bertemulah dia dengan seorang wanita.
Dia mulai mengumpulkan flip card berisi rumus. Jadilah sebuah buku dan mulai dijual ke masyarakat luas. Sampai kita sekarang mengenal apa itu Jarimatika. Lewat buku Jarimatika, Septi mulai diminati untuk maju menjadi pembicara aneka seminar.
Di tahun 2006, kabar tidak enak datang, ketika itu sang ibu mertua sakit. Dia harus dibawa ke rumah sakit Elizabeth Semarang. Didasari karena keluarga Septi lebih mudah bergerak. Septi kembali ke Salatiga untuk merawat sang ayah selama satu bulan.
Beruntung media mulai meliput sukses Jarimatika. Beruntung lagi, suami menenangkan berkata, “Bersungguh-sungguhlah kamu pada Allah, Rasulullah, bapak dan ibu. Ketika kamu bersungguh-sungguh, maka masalah dunia, Allah yang mengatur.”
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky