Profil Pengusaha Bregas Harrimardoyo

Keberadaan mereka dianggap kurang. Banyaknya mesim mampu mencetak ratusan. Pengrajin keramik bisa dibilang dihitung jari. Kerajinan keramik dianggap terlalu sukar. Detailnya yang beda dari sekedar caranya membuat keramik. Perajin keramik mengalami kesulitan dalam regenerasi.
Bisnis seni
Kalau orang asing kan begitu liat seni langsung tertarik. Orang Indonesia mikir dulu baru memutuskan mau beli atau tidak. Kalaupun ada pasti dari kalangan tingkat pendidikan dan ekonomi atas. Lima persen ia anggap memang kurang. Bregas tetap menggali pasar 5% ini melalui aneka upaya inovatif.
Turun temurun
Sang ayah terlahir di daerah bernama Pakunden, Semarang. Ibunya Ating, kelahiran sana asli dan ketika berjalan waktu Pakunden menjadi bagian Kota Semarang. Nama Pakunden ternyata berarti kendi atau juga disebut pot.
Sementara ayah Bregas aslinya dekat situ. Kemudian menikah dan ide bisnis tentang membuat kerajinan berbahan tanah liat muncul. Hasilnya sebuah aneka benda kecil- kecil berbekal tanah liat belakang rumah. Kemudian ayah yakin memperdalam ilmu otodidak, menghasilkan studio kecil bernama Pakunden.
Nama Pakunden juga merupakan persembahan buat sang istri. Lambat laun keahlian ayah Bregas makinlah terasah. Kemudian anak kecil bernama Bregas Harrimardoyo mulai membuat pernik kecil berbahan tanah liat.
Ketika mereka pindah ke Jakarta, ibu Bregas masuk kuliah IKJ jurusan batik. Kemudian dia ditawari oleh kampus mempelajari tentang pembuatan keramik. Namun dia menyerah karena terlalu teknikal. Disitulah ayah Bregas masuk mengambil alih kuliah tersebut. Padahal jurusan ayahnya adalah teknik mesin waktu itu.
Kemudian keterarikan akan membuat keramik makin kuat. Dipadukan akan kemampuan teknikal mesin. Ia membuat studio dengan mesin sendiri. Berjalan waktu dia dikenal menjadi pengrajin, maestro, dalam hal pembuatan keramik. Dia mulai mengikuti aneka pameran kesenian keramik.
Umur 14 tahun Bregas banyak ketemu sesama perajin keramik (teman ayah). Ketika lulus SMA dia dapat kesempatan masuk Arkeologi. Melalui arkeologi dia memasuki pemahaman akan keramik. Aneka bentuk karya orang dulu sesuai passion -nya akan membuat kesenian keramik.
Ibu Bregas sangat tertarik akan batik. Dia pembuat kroset. Dan idenya selaras dengan keahlian membuat macam pola etnik. Sementara itu sang ayah juga masih aktif. Dia akan setiap hari terlihat menggambar, lalu membentuk desain pola, membentuk keramik, dan memberika saran jika diperlukan oleh Bregas.
Dia punya saudara laki- laki, seorang arsitek. Sang anak, Yuka, suka ikutan Bregas mengerjakan keramik. Tanah liat datang dari Jawa Barat. Yang mana sumbernya sangat diteliti benar. Dia memilih membeli buat distok untuk enam tahun. Bahan bumbunya datang dari lokal sekitar. Sumber: www.ajourneybespoke.com
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky
