
INDONESIA mengenalnya sebagai penulis cerita yang kuat. Karyanya menegaskan jejak kepiawaian menyusun cerita dan mewarnai multigenerasi.
Motinggo Busye dilahirkan di Kupangkota, Telukbetung, Lampung, pada 21 November 1937. Sastrawan yang amat populer ini meninggal di Jakarta, 18 Juni 1999. Selain menulis banyak novel, menyutradarai film, dan melukis, Motinggo meninggalkan banyak “sidik jari” dalam panggung kesenian Republik ini.
Naskah dramanya, Malam Jahanam, merupakan salah satu karya yang paling banyak dipentaskan di panggung-panggung teater Indonesia sejak kali pertama diterbitkan pada 1958.
Barangkali tidak satu pun seniman teater di Indonesia yang dapat membantah kekuatan cerita, watak tokoh, latar peristiwa, dan sejumlah anasir seni peran lainnya yang terdapat dalam karya Motinggo ini. Tidak salah bila Departemen P & K Republik Indonesia mengganjarnya dengan hadiah pertama Sayembara Penulisan Naskah Drama 1958.
Dalam lakon ini pula aroma perkampungan nelayan di kawasan Telukbetung bisa dirasakan. Malam Jahanam merupakan potret masyarakat kelas bawah dengan berbagai konflik psikologis dan sosial yang tidak terjebak pada sentimentalitas. Dengan piawai Motinggo mengangkat ke permukaan interioritas manusia menjadi cerita yang tidak stereotip, hitam-putih.
Tokoh-tokoh dalam Malam Jahanam terasa hidup dan ada di tengah-tengah masyarakat. Inilah yang menjadi ciri kuat pada karya-karya Motinggo, baik berupa naskah drama, cerita pendek, novel atau skenario film.
Novel Tujuh Manusia Harimau sempat difilmkan era 80-an dengan judul Tujuh Manusia Harimau, mengambil latar peristiwa Lampung. Novel ini juga menegaskan kedekatan Motinggo dengan kosmologi masyarakat Indonesia kebanyakan yang masih lekat dengan mitos dan legenda. Inilah salah satu kekayaan yang senantiasa digali Motinggo dan telah menginspirasi sekian banyak ceritanya.
Tegangan antara hasrat dan naluri-naluri alamiah manusia dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, perubahan, dan kekuatan yang lebih besar yang menguasai alam semesta menjadi adonan cerita yang senantiasa mampu memompa adrenalin pembaca untuk terus hanyut dengan karyanya yang nikmat-memikat itu.
Situasi serupa ini juga bisa disimak pada karya-karyanya seperti: Badai Sampai Sore (1962), Tidak Menyerah (1962), Keberanian Manusia (1962), 1949 (1963), Bibi Marsiti (1963), Hari Ini Tidak Ada Cinta (1963), Perempuan Itu Bernama Barabah (1963), Dosa Kita Semua (1963), Tiada Belas Kasihan (1963), Nyonya dan Nyonya (1963), Sejuta Matahari (1963), Matahari dalam Kelam (1963), Nasehat untuk Anakku (1963), Malam Pengantin di Bukit Kera (1963), Cross Mama (1966), Tante Maryati (1967), Sri Ayati (1968), Retno Lestari (1968), Dia Musuh Keluarga (1968), dan Madu Prahara (1985).
Cerita pendeknya, Dua Tengkorak Kepala, terpilih sebagai cerita pendek terbaik Kompas dan dipublikasikan dalam kumpulan cerita pendek berjudul sama (2000).
Pada paro pertama 1970-an, Motinggo Busye menyutradarai beberapa film. Selain itu, dia juga aktif di bidang seni lukis.
Masa muda Motinggo Busye dihabiskan di banyak tempat. Dia menamatkan SMA di Bukittinggi, kemudian melanjutkan pendidikan ke Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (tidak tamat). Pernah menjadi redaktur kepala Penerbitan Nusantara (1961–1964) dan ketua II Koperasi Seniman Indonesia. Dramanya, Malam Jahanam (1958), mendapat Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama Bagian Kesenian Departemen P & K tahun 1958 dan cerpennya, Nasehat buat Anakku, mendapat hadiah majalah Sastra tahun 1962.
Daftar karyanya: Malam Jahanam (novel, 1962), Badai Sampai Sore (drama, 1962), Tidak Menyerah (novel, 1963), Hari Ini Tak Ada Cinta (novel, 1963), Perempuan Itu Bernama Barabah (novel, 1963), Dosa Kita Semua (novel, 1963), Tiada Belas Kasihan (novel, 1963), Nyonya dan Nyonya (drama, 1963).
Yang lain, Sejuta Matahari (novel, 1963), Nasehat buat Anakku (kumpulan cerpen, 1963), Malam Pengantin di Bukit Kera (drama, 1963), Buang Tonjam (legenda, 1963), Ahim-Ha (legenda, 1963), Batu Serampok (legenda, 1963), Penerobosan di Bawah Laut (novel, 1964), dan Titian Dosa di Atasnya (novel, 1964).
Selain itu, Motinggo Busye juga menulis Cross Mama (novel, 1966), Tante Maryati (novel, 1967), Sri Ayati (novel, 1968), Retno Lestari (novel, 1968), Dia Musuh Keluarga (novel, 1968), Sanu, Infita Kembar (novel, 1985), Madu Prahara (novel, 1985), Dosa Kita Semua (novel, 1986), Aura Para Aulia: Puisi-Puisi Islami (1990), dan Dua Tengkorak Kepala (1999). n
BIODATA
Nama: Motinggo Busye
Lahir: Kupangkota, Telukbetung, Lampung, 21 November 1937
Meninggal: Jakarta, 18 Juni 1999.
Pendidikan terakhir: Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (tidak tamat)
Karya:
– Malam Jahanam (novel, 1962)
– Badai Sampai Sore (drama, 1962)
– Tidak Menyerah (novel, 1963)
– Hari Ini Tak Ada Cinta (novel, 1963)
– Perempuan Itu Bernama Barabah (novel, 1963)
– Dosa Kita Semua (novel, 1963)
– Tiada Belas Kasihan (novel, 1963)
– Nyonya dan Nyonya (drama, 1963).
– Sejuta Matahari (novel, 1963),
– Nasehat buat Anakku (kumpulan cerpen, 1963),
– Malam Pengantin di Bukit Kera (drama, 1963),
– Buang Tonjam (legenda, 1963),
– Ahim-Ha (legenda, 1963)
– Batu Serampok (legenda, 1963),
– Penerobosan di Bawah Laut (novel, 1964)
– Titian Dosa di Atasnya (novel, 1964).
– Cross Mama (novel, 1966)
– Tante Maryati (novel, 1967),
– Sri Ayati (novel, 1968)
– Retno Lestari (novel, 1968),
– Dia Musuh Keluarga (novel, 1968)
– Sanu, Infita Kembar (novel, 1985)
– Madu Prahara (novel, 1985)
– Dosa Kita Semua (novel, 1986)
– Aura Para Aulia: Puisi-Puisi Islami (1990)
– Dua Tengkorak Kepala (1999).
Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 136-138.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky