
ASLINYA, dia birokrat yang malang melintang di Jakarta. Tapi, Mawardi Harirama juga pengusaha yang amat memahami budaya serta kebudayaan; dan di atas itu dia tergetar-nanar dengan tasawuf.
Mawardi, kelahiran Lampung, 12 Juni 1951, berpengalaman dalam konsep sister city untuk kota-kota metropolitan seperti Bangkok, Tokyo, Frankfurt, Beijing, Hong Kong, Los Angeles, Paris, Amsterdam, Roma, Bonn, dan London.
Di mata master of science lulusan APP, Departemen Perindustrian RI yang menghabiskan SD–SMA-nya di Lampung ini, Lampung memiliki sejarah budaya yang panjang dan tinggi. Meskipun tidak mengenyam pendidikan formal, nenek moyang orang Lampung mampu menciptakan huruf sendiri.
Namun, masyarakat Lampung tetap terbuka terhadap budaya luar, terutama Islam. “Lihatlah ke-19 huruf dalam aksara Lampung: Jumlahnya persis sama dengan huruf dalam bismillahi-rahmanirrahim,” kata dia. Budaya Lampung berdiri di atas lima pilar: Piil pesinggiri, bejuluk beadeh, nemui nyimah, nengah nyappur, dan sakai sembayan. Hal ini juga melambangkan lima rukun Islam. Adat Lampung mengenal burung garuda; sedangkan Alquran juga memetaforkan kegagahan burung ababil saat membebaskan Mekah.
Begitu pun perkasanya burung hud-hud ketika menaklukkan Ratu Balqis. Namun, kata dia, “Sisi budaya dalam konteks ketatapemerintahan ini belum banyak diungkap. Pemerintahan dengan basis budaya dan agama mampu menjadi pemerintahan yang bersih.”
Menurut dia, sistem yang terbukti berhasil di kota-kota dunia sebagian bisa di-bench mark di Lampung; apalagi daerah ini memiliki potensi persis sama seperti beberapa kota besar dunia. Bagi Ketua DPW Shiddiqiyah (Tasawuf) Provinsi Lampung dan Pembina Yayasan Pesirah Marga (lembaga yang bergerak di bidang sosial dan keagamaan) ini, Lampung punya banyak modal untuk sepesat kota-kota dunia.
Lampung pernah tercatat sebagai jalan sutra (silky road) sejak awal Masehi sampai abad ke-16. Silky road menjadi jalur perdagangan internasional yang menghubungkan negara-negara timur dan barat. Lampung, dengan akses kepelabuhanan yang mampu menjangkau pantai-pantai di Afrika, bisa menjadi pijakan merambah market global yang pasarnya masih bisa kita kuasai. Pesisir Lampung berhadapan dengan Selat Malaka; selat tersibuk dengan perdagangan internasionalnya. Selat Sunda cuma “subpelabuhannya” dan itu pun baru muncul berbilang abad kemudian.
Mawardi mengajak kita jauh lebih ke belakang, ke zaman Kerajaan Tulangbawang, ratusan tahun silam. Kerajaan ini tercatat pernah mengirim dutanya ke China pada abad ke-5 dan ke-6. Saat itu, Kerajaan Tulangbawang menjadi salah satu pusat kekuasaan dan perdagangan internasional di Lampung.
Demikian pula Selat Sunda. Pada abad ke-16, selat penghubung Sumatera–Jawa ini telah dikunjungi musafir dan para pedagang dari China, India, serta rombongan pedagang-pedagang dari Timur Tengah. Banyak hasil bumi daerah ini, seperti lada dan pala, yang diekspor ke mancanegara lewat Sungai Tulangbawang dan Pelabuhan Panjang. Demikian pula sebaliknya; banyak negara asing menjual aneka kerajinan antara lain keramik dan sutra ke sini. Perkebunan yang luas kala itu menjadikan masyarakat Lampung makmur dan memiliki rumah besar dengan perabotan dari China dan Eropa.
Bagi Mawardi, kita perlu mengenangkan kejayaan masa lalu, setidaknya untuk menginspirasi. Ratusan tahun lalu saja kita mampu merambah mancanegara dengan keunggulan-keunggulan geografis dan kemampuan diplomasi serta perniagaan internasional. Sekarang dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat ini, dan tetap dengan keunggulan geografis, kita harus mampu berbuat demi kesejahteraan semua.
Lampung ini tetangga terdekat Jakarta; pusat ekonomi, keuangan, dan kekuasaan di negara ini. Ibu Kota itu tempat berpusarnya 70 persen uang secara nasional. Selain itu, Lampung adalah pintu gerbang ke Pulau Sumatera, pulau dengan kemajuan nomor dua setelah Pulau Jawa, pulau yang sejak abad-abad lalu terkenal dengan hasil buminya.
Masyarakat Lampung memiliki sejarah budaya yang panjang dan tinggi. Meskipun tidak mengenyam pendidikan formal, nenek moyang orang Lampung mampu menciptakan huruf sendiri. Namun, masyarakat Lampung tetap terbuka terhadap budaya luar, terutama Islam. Lihatlah ke-19 huruf dalam aksara Lampung: Jumlahnya persis sama dengan huruf dalam bismillahi-rahmanirrahim.
Budaya Lampung berdiri di atas lima pilar: Piil pesinggiri, bejuluk beadeh, nemui nyimah, nengah nyappur, dan sakai sembayan. Hal ini juga melambangkan lima rukun Islam. Adat Lampung mengenal burung garuda; sedangkan Alquran juga memetaforkan kegagahan burung Ababil saat membebaskan Mekah. Begitupun perkasanya burung hud-hud ketika menaklukkan Ratu Balqis. Namun, sisi budaya dalam konteks ketatapemerintahan ini belum banyak diungkap. “Saya yakin pemerintahan dengan basis budaya dan agama mampu menjadi pemerintahan yang bersih,” kata Presiden Direktur PT Kedatun Keagungan yang bergerak di bidang eskpor kerajinan, galeri, dan flooring ini.
Mawardi yakin jika mengingat sejarah, Lampung bisa “melesat” ke orbit terbaiknya. Sejak dahulu, Lampung sudah dikenal sebagai Bumi Agro. Berbagai hasil bumi seperti kopi, gula, nanas, damar, tapioka, kelapa sawit, karet, pisang, dan sumber daya kelautan seperti udang, mutiara, serta ikan laut mengalir ke luar negeri melalui Pelabuhan Panjang. Sementara itu, hasil bumi kita memasok kebutuhan kota-kota penting di Jawa.
Bahan tambang juga berperan penting dalam menaikkan derajat perekonomian daerah ini. Lihatlah tambang minyak bumi di lepas pantai Lampung Timur, gunung marmer di Lampung Tengah, uranium di Bukit Arahan, Tanggamus, serta Bukit Lematang di Telukbetung dan Pulau Tabuan.
Ada pula batu bara muda (brown coal) di hulu Way Tulangbawang, mineral besi di Labuhan Meringgai, emas dan perak di pesisir barat (baratdaya Way Semangka), di hulu Way Rilau dan Pemerihan. Sumber air panas dan gas bumi di Kotaagung dan Kalianda. Potensi bumi yang paling potensial, berdasar pada penelitian konsultan dari Selandia Baru, ada di Suoh, Lampung Barat.
Pariwisata Lampung tinggal menunggu sentuhan kreatif. Kecantikan Bumi Ruwa Jurai ini masih tersembunyi dari tangan-tangan industri kepariwisataan modern. “Saya menawarkan konsep pariwisata yang dikelola badan otorita. Pemerintah tinggal kerja samakan dengan swasta. Badan otorita, yang dimiliki semua kabupaten/kota dengan saham 60:40 untuk pemerintah-swasta, yang mengoordinasikan dengan para investor.
Berbeda dengan Badan Otorita Batam yang bersifat top down, karena itu muncul kesan dualisme pemda-otorita, badan otorita yang saya tawarkan akan bersifat top down karena dimiliki pemda kabupaten/kota. Bupati atau wali kota menjadi pengawas badan tersebut,” kata dia. n
BIODATA
Nama: Mawardi Harirama
Gelar: – Suttan Pangiran Pesirah Marga
– Suttan Pangiran Dilappung
Tempat, tanggal lahir: Lampung, 12 Juni 1951
Nama istri: Hj. Sofia Hanum (Suttan Mahkota Suttan)
Kepenyimbangan: Dilam Adat Pepadun Subing dan Keratun Nuban
Alamat rumah:
1. Jalan Sultan Haji 45, Sepangjaya, Kedaton, Bandar Lampung
2. Jalan Raya Jatibening Estate 35 Pondok Gede, Jakarta
3. Kampung Gedong Dalem Nuban, Terbanggibesar Lampung Tengah
Pendidikan:
– SDN Padang Cermin, 1964
– SMPN 1 Telukbetung, 1967
– SMAN 2 Tanjungkarang
– APP Jakarta 1973 (S-1)
– STIA LAN, Jakarta (S-2)
Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 254-257.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky