Kiai Abdul Jamil (1940-…): Penemu Singkong Raksasa Daarul Hidayah

PENAMPILANNYA sangat sederhana. Bahkan, saat bepergian, kiai satu ini lebih sering memakai sarung. Namanya menasional setelah menemukan singkong unggul berukuran besar yang populer dengan sebutan singkong Daarul Hidayah, seperti nama pesantrennya.

Karena temuannya itu juga, ia pernah mendapat penghargaan dari Menteri Pertanian Soleh Solahudin tahun 1999 di Auditorium Departemen Pertanian Jakarta.

Dialah Kiai Abdul Jamil (62), pengasuh Pondok Pesantren Daarul Hidayah di Dusun V Banyuwangi, Kampung Panaraganjaya, Kecamatan Tulangbawang Tengah, Kabupaten Tulangbawang. Di pesantren itu, kini sang kiai bersama anak-anaknya mendidik para santri sambil melayani pemesanan bibit singkong temuannya.
Singkong temuannya itu, bisa menghasilkan 100–250 ton/hektare. Kiai Abdul Jamil, yang ditemui 25 Juli 2008 malam, juga menegaskan temuannya itu bukan dari mimpi, melainkan hasil percobaan.

Sang kiai menuturkan tahun 1990–1991, jebolan pesantren salafiah Al Falah Kediri, Jatim itu sengaja datang ke Lampung untuk mengajar mengaji. Di Lampung, ia tinggal di Dusun V Banyuwangi, Panaragan Jaya. Saat itu, ia membeli sebidang tanah di Tulung Sawo, Dusun V, Banyuwangi.

Saat mau membuka lahan, tiba-tiba ia melihat batang singkong menjalar di pohon layaknya ubi jalar. Karena heran melihat keanehan singkong itu, Abdul Jamil pun bertanya kepada masyarakat sekitar apa nama singkong tersebut.

Namun, masyarakat tidak tahu nama singkong tersebut. Karena penasaran, singkong itu dicabutnya lalu batangnya dibawa pulang. Saat itu, singkong yang ditemukan menjalar itu umbinya kecil hanya sebesar jari-jari tangan, tetapi panjangnya mencapai 1–2 meter.

Setelah dibawa pulang, batang singkong itu disambung dengan batang singkong karet. Batang singkong karet di bawah sedangkan singkong temuannya di atas.

Pada umur enam bulan, pohon singkong itu berbunga dan menghasilkan buah. Dari empat butir buah singkong itu disemai, tapi hanya tumbuh satu batang dan dipelihara hingga besar.

Saat dicabut, umbi singkong hasil dari penyemaian biji itu ternyata bulat sebesar buah kelapa. Batangnya tidak lagi menjalar, tetapi tegak seperti batang singkong umumnya.

Abdul Jamil lalu memotong batang singkong itu menjadi empat batang kemudian ditanam lagi. Dari empat batang singkong yang ditanam itu, ternyata hanya dua batang yang tumbuh.

Saat hampir berusia dua tahun, barulah singkong itu dicabut. Saat itulah, Sang Kiai kaget karena satu batang singkong bisa menghasilkan 1,25 kuintal.

Buah pertama hasil uji coba itu sempat dipamerkan saat MTQ di Tulangbawang Tengah, yang saat itu masih masuk wilayah Kabupaten Lampung Utara.

Karena hasilnya sangat memuaskan, dua batang itu dipotong-potong dengan panjang 20 cm untuk dijadikan bibit. Dari dua batang pertama itu dihasilkan 240 batang bibit yang ditanam di areal seperempat hektar (2.500 meter persegi).

Tahun 1996, Ir. Sujadi dari Balai Benih Tegineneng meneliti singkongnya. Dari hasil penelitian, kandungan acinya mencapai 32,521 persen.

Setelah mulai banyak bibit singkong tersebut, Abdul Jamil memberi nama singkong itu Daarul Hidayah seperti pesantrennya. Kemudian, saat Gubernur Lampung waktu itu, Pudjono Pranyoto, Abdul Jamil pernah mendapatkan penghargaan terkait temuannya.

Tahun 1999, saat Habibie menjabat presiden RI, Abdul Jamil kembali mendapatkan penghargaan dari Menteri Pertanian Soleh Solahudin. Penghargaan itu diterima bersamaan dengan Rektor Unila Muhajir Utomo yang mendapat penghargaan karena menemukan teknik tanam tanpa olah tanah (TOT).

Kiai Abdul Jamil menegaskan penemuan singkong varietas unggul itu bukan dari mimpi. Sejak mendirikan Pesantren Daarul Hidayah tahun 1990-an, dia terus berdoa agar pesantrennya cepat maju. “Dan, alhamdulillah, singkong ini bisa menghidupi santri dan mengurusi pesantren,” ujarnya.

Setelah menerima penghargaan, namanya makin dikenal. Tapi, Abdul Jamil tidak langsung mengembangkan sendiri karena keterbatasan modal. Sekadar melayani kebutuhan masyarakat, pihaknya telah menyiapkan bibit yang ditanam pada lahan seluas 3 hektare.

Tahun 1996, Niti Soedigdo, petani dari Lampung Timur, memesan bibit untuk 100 hektare. Lalu, tahun 1997, Cucu Solehah, warga dari Sukabumi, Jawa Barat, juga datang membeli bibit bahkan sampai 12 truk dan L-300.

Abdul Jamil sempat kaget karena yang mencari bibit bukan orang Lampung malah orang Jawa Barat. Cucu Solehah mengaku tahu dari internet bahwa singkong Daarul Hidayah bisa menghasilkan 250 ton per hektare dengan biaya produksi Rp13 juta dan usia satu tahun lebih. Selain itu, juga ada pesanan satu truk dari Medan untuk dikembangkan di sana.

Menanam singkong itu tidak sulit, seperti menanam singkong kebanyakan. Sebelum ditanam, lahan harus digemburkan dan kemudian ditaburi pupuk kandang 2–5 kg atau satu ember dalam setiap tempat yang akan ditancapi batang singkong.

Setelah mulai tumbuh, baru menggunakan pupuk kimia. Untuk tahap pertama, cukup satu sendok dengan jarak sekitar 10 cm.

Pemupukan selanjutnya disesuaikan kesuburan tanaman. Bibit yang siap tanam usianya tidak boleh lebih dari 6 bulan dan calon bibit tidak boleh batang yang menghasilkan buah agar bisa maksimal.

Batang bibit singkong, sebesar jari-jari tangan, panjangnya 20 cm. Saat menanam, 10 cm masuk tanah. Jika sudah ditanam, dalam waktu satu bulan, bibit kecil itu bisa sebesar lengan.

Jarak tanamnya 1 x 2 meter sehingga dalam satu hektare cukup dengan bibit 5.000 batang. Kini, pihaknya menjual bibit singkong Rp500/batang dan siap melayani berapapun luas areal yang akan ditanami.
Menurut pensiunan PNS Departemen Agama ini, masyarakat Tulangbawang justru kurang berminat mengusahakan singkong tersebut. Mungkin karena biaya penanamannya cukup mahal. Sebab, kini dalam satu hektare, biaya tanam sampai panen bisa mencapai Rp15 juta.

Pesantrennya hanya menyiapkan bibit dan singkong percontohan yang ditanam di depan sekolah dengan beberapa lajur. Umur empat bulan, tinggi batang singkong ini sudah mencapai 2 meter dan mulai berbuah.
Kiai Abdul Jamil mengaku siap membantu masyarakat meningkatkan ekonomi dari singkong, tetapi harus benar-benar serius karena biaya untuk tanam sangat mahal. n

BIODATA


Nama: Abdul Jamil
Istri: Siti Mas Muah
Anak:
1. Qomarul Huda, S.Ag.
2. Mah Mudah Ulin Nikmah
3. Tri Hamidah Fasya
4. M. Uli Nuha
5. Khurotun Insyiah

Pendidikan:
1. Sekolah rakyat (SR) tamat tahun 1952
2. Pesantren Al-Falah Kediri (1966)
3. PGAN (1968)
4. Sempat di IKIP PGRI Kediri Jatim

Pekerjaan:
1. Mendirikan Pesantren di Jawa
2. Diangkat PNS 1952 dengan ijazah SR
3. Menjadi kepala desa di Jawa selama 12 tahun hingga 1989
4. Hijrah ke Lampung dan mendirikan pesantren pada 1990-an hingga sekarang
5. Anggota DPRD Lampung hasil PAW dari PKB 2003–2004
6. Ketua Rais NU Tulangbawang 2008

Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 166-169.

Biodata Viral
Terviral
Logo
Shopping cart