Profil Pengusaha Wiarwan dan Istri

Ketika kopi blue mountain asal Jamaikan populer. Wiarwan seolah ingin membuktikan sesuatu. Hasratnya ialah ingin menjadikan kopi asli Indonesia, layaknya kopi Jamaika. Pengalaman bekerja dengan kopi telah memberikan ide mengenai bisnis ke depan tetapi tidak seketika.
Berbisnis sendiri
Sukses dia mampu mengangkat kualitas biji kopi petani. Tidak puas, Wiarwan ingin juga berbisnis sampai ke pengolahan. Dibeli satu mesin roaster asal Taiwan. Dia mengatakan sudah terbukti lewat pengalaman bekerja dulu. Dia mengolah kopi arabica dan berharap mampu sejajar dengan kopi blue mountain itu.
Kelebihan kopi dia olah menjadi arabica dan luwak. Dua kopi premium coba disuguhkan Wiarwan kepada masyarakat lokal. Nama kopi miliknya Optimum Prime, menawarkan kopi gayo premium untuk pecinta kopi sejati. Pembeli sudah sampai ke luar negeri seperti Korea, Taiwan, Australia, dan China.
Ia baru mengirim dalam jumlah kecil. Maklum usaha Wiarwan masih tergolong kecil. Untuk satu pemesan dia menjual maksimal 18kg. Produksi kopi gayo arabica dia menghasilkan 400kg sedangkan untuk kopi luwaknya 45kg. Harga Rp.1,5 juta per- kg untuk kopi luwak dan kopi premium arabica dihargai Rp.250 per- kg.
Perjalanan bisnis Wiarwan tidak semudah dibayangkan. Kopi miliknya belum mendapatkan rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. Namun, uniknya, dia malah mendapatkan penilaian baik dari badan asing Kamar Dagang dan Industri Malaysia.
Bisnis maju terus
Kopi Indonesia sebenarnya bagus- bagus. Agar semakin dikenal oleh masyarakat, ia kemudian mengikuti aneka pameran. Dia memberi contoh gratis. Lewat acara pameran nasional maupun internasional. Disaat orang mencoba langsung nyeletuk kalau kopi luwat Wiarwan enak.
“Saya bilang itu arabica premium, bukan luwak. Kopi luwak kami lebih enak lagi,” ujarnya.
Wiarwan juga mengambil kredit di Bank Rakyat Indonesia. Tahap awal, lewat suntikan modal, dia mulai mengembangkan bisnisnya. Lewat bank milik negara tersebut juga mendapatkan kesempatan. Sekali dia ikutan pameran kopi di Belanda mewakili BRI.
Istri Wiarwan, Nini, mengeluh memang susahnya mendapatkan perhatian pemerintah setempat. Padahal ia sudah mewakili kopi gayo dari Aceh ke acara internasional. Masalah kenapa mereka tidak mendapatkan sertifikat BP POM, kata Nini bangunan pabrik dilarang memiliki sudut- sudut karena berpengaruh ke kebersihan.
Padahal kalau soal kebersihan dalam pembuatan, ia menjamin perusahaanya sudah sesuai standar, itupun kalau dibandingkan home industry lainnya; Perusahaan dijalankan mereka lebih baik. Anehnya justru lah mereka yang kesulitan mendapatkan sertifikat. Bahkan Nini ingin berkunjung ke pabrikan teh botol Sosro nanti,
Tujuannya guna membuktikan apakah aturan tersebut adil. Apakah pabrikan besar juga mendapatkan syarat sama. Karena BP POM belum keluar alhasil, Nini kesulitan mendapatkan label Halal MUI, mungkin sulit tetapi Nini tidak patah semangat terus membangun bisnis mereka.
Obsesi Nini seperti halnya Wiarwan, yakni memperkenalkan kopi gayo sebagai identitas Aceh. Bagaimana agar kekhasan kopi lokal tersebut tidak hilang. Ia prihatin ketika kopi gayo dijadikan bahan campuran dari daerah lain. Contoh lah ada kopi Sidikalang, padahal bahan bakunya ya kopi gayo dari dataran tinggi gayo.
“…kemudian berubah menjadi kopi Sidangkalang, karena diproduksi di Sumatra Utara, jadilah dia kopi Sidangkalang,” runut Nini.
Nama kopi Optimus Prime sudah tercatat di HAKI. Dipatenkan atas nama CV. Mutiara Gayo, dimana dia menggunakan kemasan standar internasional impor dari Taiwan. Usaha dilakukan lainnya adalah bagaimana caranya mendapatkan SNI.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky