![]() |
Hasyimkan |
Pria ini telah mendatangi rumah-rumah warga Lampung Barat yang masih memainkan alat musik gamolan pering demi menuntaskan perjuangannya.
LELAKI dengan jas biru tua itu terlihat serius memberi instruksi kepada sekelompok mahasiswa paduan suara di hadapannya. Beberapa personel band pengiring juga tak luput dari arahannya. Sepertinya Hasyimkan belum begitu puas dengan persiapan anak didiknya.
Arlojinya menunjukkan pukul 07.00. Masih ada waktu kira-kira 60 menit ke depan agar pementasan hari itu tampil sempurna. Hasyimkan sengaja datang lebih pagi untuk memantau langsung persiapan mahasiswanya. Mereka akan ambil bagian pada acara perpisahan tiga dosen FKIP Unila yang telah memasuki masa purnabakti.
Dunia seni pertunjukan, terutama bidang musik, bukanlah hal asing bagi Hasyimkan. Berbagai pertunjukan musik telah ia pentaskan. Namun, hampir semua pertunjukan musik garapannya punya satu ciri khas yang sama, citarasa seni budaya Lampung selalu hadir di dalamnya. Begitu pula dengan pertunjukannya hari itu.
![]() |
Hasyimkan (ketiga dari kiri) bersama rekan-rekan. |
Dalam pertunjukan kala itu, Hasyimkan bersama mahasiswanya mengolaborasikan gamolan pering, alat musik tradisional masyarakat Lampung, dengan berbagai alat musik kontemporer, seperti drum, gitar akustik, dan pianika sebagai instrumen pengiring grup paduan suara yang membawakan Cangget Agung dan beberapa lagu daerah Lampung lainnya.
“Berjuang dalam ranah seni budaya, terutama seni budaya daerah, harus dengan hati. Jika kita sudah memilih jalan ini, tiada kata lain dedikasi penuh harus diberikan tanpa embel-embel apa pun,” ujar pria yang telah mendatangi rumah-rumah warga di Lampung Barat yang masih memainkan alat musik gamolan pering demi menuntaskan perjuangannya tersebut.
Perkenalan lelaki kelahiran 13 Februari 1971 ini dengan gamolan pering terjadi saat dia masih menjadi guru seni di SMAN 9 Bandar Lampung pada 1998. Saat itu ada pelatihan memainkan gamolan di Taman Budaya Lampung. Momen itu memberinya ilham untuk menjadikan alat musik asal Lampung Barat ini sebagai bahan tesisnya berkuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Sehubungan dengan tesisnya itu, Hasyimkan melakukan penelitian langsung di Lampung Barat. Tak hanya mereka yang masih memainkan alat musik dari bambu itu saja yang ia datangi, Gunung Pesagi pun ia jajaki demi menelusuri jejak sejarah gamolan pering. Selain itu, berbagai studi literatur ia dalami guna menjawab hipotesisnya tentang gamolan yang terbuat dari bambu ini.
Dari penelitiannya itu, Hasyim berkesimpulan gamolan Lampung yang terbuat dari bambu merupakan awal dari gamolan perunggu yang ada saat ini. “Sesuatu yang sederhana mengawali suatu yang rumit. Dapat dikatakan pula kebudayaan bambu merupakan awal dari kebudayaan perunggu. Hal ini didukung oleh teori H. Stewart, Hal sederhana lebih dahulu dari yang rumit,” kata dia.
Kesimpulannya yang lain, gamolan merupakan perpaduan dari budaya India dan China yang masuk ke Sumatera. Gamolan berasal dari bahasa Sanskerta, yakni gamel yang berati memukul. Kemudian, saat China masuk, kata gamol diartikan sebagai berkumpul dan kemudian dikenallah gamolan.
Jebolan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta 2000 silam ini menambahkan budaya asli masyarakat Lampung Barat dahulu kala hanya berupa bambu bulat yang berfungsi sebagai kentongan. Setelah China masuk dan membawa kebudayan bambu, terjadilah akulturasi dan membuat gamolan seperti saat ini, perpaduan antara bambu bulat dan lempengan.
Buah dari penelitian Hasyim tentang gamolan tak hanya predikat kesarjanaan, jauh lebih penting dari itu, penelitiannya justru membangkitkan kesadarannya untuk merawat kekayaan lokal dari tanah kelahirannya. “Gamolan harus dilestarikan jangan sampai ketika peneliti datang ke Lampung, alat musik khas Sang Bumi Ruwa Jurai ini sudah tak dimainkan lagi,” ujarnya.
Bagi Hasyim, tesisnya tentang gamolan belum tuntas. Tesis sekadar syarat formal saja untuk lulus S-2. Namun, masih perlu penelitian tambahan dan berkelanjutan. Saat ini pun dia masih terus merambahi berbagai daerah di Lampung Barat dan Way Kanan untuk meneruskan penelitiannya. Teruslah berjuang Hasyim.
Potensi Budaya dan Pendidikan
Perjuangan merawat seni budaya Lampung Hasyimkan lakoni dengan berbagai cara, sebagai praktisi seni, akademisi, hingga jalur birokasi ia tempuh. Saat ini dirinya juga menjabat sebagai tim ahli gubernur Lampung. Semua itu dia lakukan agar kerja kerasnya itu dapat berhasil baik di masa mendatang.
Dalam waktu dekat, ia dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lampung punya hajat besar menyibak potensi seni budaya Lampung, terutama dari sisi ekonomi. “Secara makroekonomi menunjukkan kebutuhan masyarakat di bidang seni budaya di Lampung masih kurang berkembang,” ujarnya.
Rencananya, para ahli dan Pemerintah Daerah Lampung akan mengekspos ekraft seni budaya dan pariwisata daerah ini hingga tingkat nasional.
Hasyim menjadi salah seorang yang terlibat di dalamnya. Untuk itu, ia akan memulainya pada pengenalan alat musik tradisional Lampung. “Terkait rencana ini, kami akan menggandeng banyak tokoh berbagai kalangan untuk menyatukan visi dan misi dalam mengekspos dan mempertahankan segala objek ekraft seni budaya Lampung,” kata dia.
Tak hanya itu, dia akan meneliti potensi seni budaya Lampung dalam bentuk kesenian, tarian, musik, pakaian, permainan, dan upacara yang menggambarkan jati diri masyarakat Lampung. Dari sisi antropologi budaya, teori, maupun praktiknya seni budaya Lampung sudah tertata dengan baik sejak dulu, tapi jarang terekspos banyak orang.
Dirinya beranggapan peran media massa harus dapat menyalurkan impelementasi seni budaya Lampung. Hingga saat ini, beberapa media lokal telah mengekspos seni budaya Lampung, tapi intensitasnya masih kurang. “Peran ini harus diambil lebih oleh Lampung Post yang konsisten terus mengangkat seni budaya Lampung,” ujarnya.
Selain itu, Hasyim menyatakan ranah pendidikan juga punya andil besar dalam merawat dan mengembangkan seni budaya lokal. Hal ini harus ditopang peran guru sebagai ujung tombak pendidikan. Kemampuan tenaga pendidik di daerah ini harus ditingkatkan, terutama pada pehamanan terhadap seni budaya Lampung.
“Tentu semua ini juga berpulang pada peranan perguruan tinggi dalam memberi perhatian terhadap pelestarian dan pengembangan seni budaya Lampung. Perguruan tinggi harus menjadi pihak yang ekstrakeras dalam hal ini. Walau dalam perguruan tinggi memiliki jurusan keilmuan yang berbeda-beda, setiap orang punya tase seni budaya dalam dirinya, itu harus dikembangkan,” kata dia.
Oleh sebab itu, Hasyim berpikiran perlu adanya perumusan khusus terkait strategi bidang pendidikan dalam merawat seni budaya Lampung. Pemerintah Daerah, anggota Dewan, hingga pihak perguruan tinggi harus duduk bersama merumuskan hal ini. Baginya, anggaran yang dioptimalisasikan dalam pengembangan seni budaya tidak akan rugi, bahkan bisa untung lebih banyak karena implementasi seni budaya akan masuk ke tiap sendi kehidupan masyarakat.
“Salah satu bentuk konkret dari strategi ini adalah dengan membuat perguruan tinggi, baik bentuknya institut, universitas, maupun akademi seni budaya Lampung. Agar seni budaya suatu masyarakat dapat terjaga dan terus berkembang, keberadaan fakultas, jurusan, hingga program studi yang menaungi seni budaya tersebut haruslah ada,” ujarnya.
Hasyimkan pun mengupayakan agar Lampung mencontoh daerah lain yang sudah mempunyai lembaga pendidikan tinggi khusus seni budaya, seperti Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung, Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia Telkom atau STISI Telkom, serta Institut Seni Sumatera (Ismetra).
“Ini kebutuhan di daerah karena dapat meningkatkan harkat, martabat, derajat, dan bukti entitas-identitas masyarakat,” kata dia lagi.
Dari implementasi kurikulum 2013, Hasyim cukup kecewa dengan pemerintah karena menghilangkan pelajaan seni budaya dalam sistem kurikulum dan pembelajaran di kelas. Padahal, pelajaran seni budaya dapat masuk ke berbagai disiplin ilmu yang lain.
Bahkan, pelajaran ini menjadi favorit para siswa karena mampu mengaktualisasi bakat, skill, dan kemampuan seni budaya hingga kepada khalayak sosial. (S3)
BIODATA
Nama : Hasyimkan, S.Sn., M.A.
Kelahiran : Tegineneng, 13 Februari 1971
Pekerjaan : Dosen Musik FKIP Universitas Lampung dan Tenaga Ahli Gubernur Lampung Bidang Kebudayaan
Alamat : Jl. Panglima Polim No. 40, Segalamider, Tanjungkarang Barat, Bandar Lampung
Ponsel : 081369023721
E-mail : hasyimkan@gmail.com
Facebook : hasyimkangamolan
Keluarga:
Ayah : M. Salik
Ibu : Namsubah
Istri : Yenni Purnamasari, S.Pd.
Anak :
1. Arwina Indira Purnama
2. Alfarabi Rahmawan
3. Annisa Sinar Alam
Pendidikan:
– SDN 1 Sumberrejo, Lampung Selatan (1984)
– MTS Al Khairiyah Teluk Padang (1988)
– PGAN Tanjungkarang (1991)
– S-1 Jurusan Musik Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta (2000)
– S-2 Prodi Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Jurusan Ilmu Antar Bidang, Fakultas Multi Disiplin, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (2011)
Prestasi :
1. Pembicara seminar internasional gamolan di Lampung (2011)
2. Wakil Ketua Panitia Pemecahan Rekor Muri Gamolan di Lampung (2011)
3. Kunjungan kerja ke Australia dalam rangka pembangunan Provinsi Lampung ditinjau dari seni budaya (2011)
4. Ketua Panitia Road Show Prof. Margaret J. Kartomi dalam rangka pendokumentasian budaya Lampung (2012)
5. Kunjungan kerja ke Hong Kong dan China dalam rangka menambah wawasan mengenai seni dan budaya setempat (2012)
6. Pembicara seminar internasional gamolan II di Monash University, Melbourne, Australia (2013)
Penelitian:
1. Penggarapan aransemen lagu Pung-pung karya Andi Achmad untuk gitar dan ansambel gesek (2000)
2. Gamolan: Instrumen Musik Tradisional Lampung, Bentuk Fungsi dan Perkembangannya (2011)
Pengabdian:
1. Pelatihan musik bagi siswa SMP Terbuka di Gedongtataan (2008)
2. Pelatihan instrumen gamolan bagi siswa kelas VII SMPN 10 Bandar Lampung (2012)
Sumber:
Inspirasi, Lampung Post, Rabu, 5 Februari 2014
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky