![]() |
|
Soleman B. Taneko |
Buku karya akademisi Fakultas Hukum (FH) Universitas Lampung (Unila) ini, antara lain Hukum Adat Indonesia (1981) ditulis bersama Prof. Soerjono Soekanto, Konsepsi Sistem Sosial dan Sistem Sosial Indonesia (1986), Hukum Adat: Suatu Pengantar Awal dan Prediksi Masa Depan (1987), Struktur dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan (1993), dan Pokok-pokok Studi Hukum dalam Masyarakat (1993).
Bukan jago kandang. Karya-karya Soleman juga menjadi rujukan berbagai pihak dan tersedia di perpustakaan-perpustakaan dalam dan luar negeri. Antara lain di Ohio State University Library, University of Wisconsin-Madison Libraries, dan National Library of Australia.
Pria kelahiran Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, 30 Maret 1947, ini adalah alumnus FH Unila dan kemudian langsung dipercaya untuk menjadi pengajar pada almamater tempatnya menimba Ilmu. Selama menjadi dosen di Unila dia juga dipercaya sebagai Pembantu Dekan (PD) FH dan Ketua Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Putra pasangan Muhammad Biasane dan Siti Aisyah ini juga sering diundang sebagai narasumber untuk seminar dan lokakarya di dalam dan di luar negeri. Dia pun banyak melakukan penelitian dengan masuk ke kampung-kampung di Lampung.
Meskipun sibuk mengajar dan melakukan penelitian, Soleman berhasil menyelesaikan studi S2 di Universitas Indonesia (UI).
![]() |
Soleman B. Taneko (tengah) dalam sebuah acara. (Foto: Dok. Keluarga) |
Soleman dekat dengan sosiolog ternama Prof. Soerjono Soekanto, yang kerap diundang menjadi dosen tamu di Unila. Dia pun banyak berdiskusi dan tukar pikiran dengan guru besar UI itu hingga akhirnya melakukan penelitian dan menulis buku bersama. Soerjono kemudian menjadi pembimbing Soleman saat menyelesaikan studi di UI.
Ayah empat anak itu merantau ke Lampung setelah menyelesaikan pendidikan SMA di Sulawesi Utara. Dia pergi mengikuti kakak tertuanya, Syamsiah, yang menikah dengan Prof. Abdulkadir Muhammad, merantau ke Lampung.
Merantau ke Bumi Ruwa Jurai mengantarkannya berjodoh dengan muli Lampung, Meita Djohan Oelangan, yang berasal dari keluarga besar Doeloe Boemi, Kedaton. Dia pun diangkat anak secara adat oleh keluarga Puspawijaya dari Terbanggi Besar.
Karir panjang sebagai akademisi, peneliti, dan penulis buku yang produktif ditekuni hingga akhir hayat Soleman. Pada usia 50 tahun, Tuhan menyayanginya dan memanggil untuk menghadap untuk selamanya pada 30 Maret 1997. Soleman meninggal di Madinah, Saudi Arabia. Dia dimakamkan di Pekuburan Baqi, tak jauh dari Masjid Nabawi.
Kenangan Indah
Banyak kenangan indah dan haru yang ditinggalkan Soleman. Tidak hanya di keluarga tapi juga pada sahabat dan mahasiswanya.
Didit B. Sulistyowati, putri Prof. Soerjono Soekanto, mengenang Soleman sebagai seorang yang baik, sabar, dan tidak pernah marah. “Setiap saya ke Lampung, beliau pasti menyempatkan diri untuk bertemu dan biasanya kami diskusi macam-macam dan sharing ilmu. Pokoknya beliau bukan orang lain, seperti paman saya saja. Soleman sudah menjadi bagian dari keluarga Soerjono,” ungkap peneliti dan pengajar di UI.
Hermansyah, mahasiswa yang pernah diajar Soleman, mengatakan sosok dosennya itu sebagai pendidik sejati. Sebagai pengajar, dia lebih mengutamakan penalaran dari pada hafalan. Tugas-tugas mahasiswa seperti membuat makalah, karya tulis dan kliping dihargai dengan nilai lebih tinggi daripada hasil ujian. “Mahasiswa sering diajak berdiskusi, ketimbang menyalin atau mencatat. Saya juga kerap diajak untuk melakukan penelitian bersama,” kata Kabag TU Lembaga Penelitian Unila ini.
Pembantu Dekan III FISIP Unila, Ikram Baadilla, mengingat Soleman sebagai dosen senior yang baik. “Bang Leman, sebagai pembimbing mahasiswa, sangat membela mahasiswa. Beliau, dengan ikhlas, menanggung beban dapat juga bertanggungjawab atas ketidakmampuan atau kekurangan atas karya tulis yang dibuat oleh mahasiswa sebagai bimbingannya.
Ikram melanjutkan, sosok dosen semacam itu saat ini sulit didapatkan. Soleman mempertahankan sosok dosen yang seharusnya, yakni ikut bertanggung jawab atas prestasi siswanya.
Ketika awal Ikram menjadi dosen muda, dia banyak berinteraksi dengan Soleman. Dia kerap mengajak diskusi dosen baru. Bahkan, tidak segan-segan meminta masukan kepada dosen yang lebih muda. “Saya diajak diskusi akan tesis beliau. Beliau sangat banyak mendiskusikan akan metode penelitian yang digunakan, terkait indikator yang dirumuskannya dan analisis datanya. Inilah gambaran yang sebenarnya sebagai seorang akademisi yang tidak pernah menganggap dosen muda adalah dosen yang tidak banyak tahu,” ujar Ikram.
Staf pengajar Fakultas Pertanian Mintarsih Adimihardja mengenal Soleman Taneko sejak 1974. Namun baru sepulangnya Mintarsih dari USA dan menjadi Kepala Balai Penelitian Unila hubungan di antara mereka menjadi cukup dekat. “Kantor Pak Soleman dan saya bersebelahan. Kami sering berdiskusi tentang banyak hal yang berhubungan dengan peningkatan mutu Unila,” tuturnya.
“Ada kenangan manis dari Pak Soleman, yaitu kesabaran beliau terhadap kecerewetan saya dalam pencetakan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Unila yang penulisannya ditugaskan Pak Haris Hasyim (alm) kepada saya,” kata Mintarsih.
Saat itu, Soleman menjabat Kepala Badan Penerbit Unila. Pedoman itu, setelah disetujui para ketua jurusan dan Senat Unila diserahkan kepadanya untuk diperbanyak.
Waktu itu, belum ada penggunaan komputer. Leman bekerja secara profesional. Beliau memberikan proof cetakan sebelum dicetak untuk diperbanyak. Dengan sabar beliau mengarahkan pegawainya untuk sebanyak tujuh kali memperbaiki bahan cetakan. Karena beliau sebagai dosen FH banyak menyimpan kulit buku berwarna merah, buku itu dicetak dengan bersampul merah. Sejak itulah, buku itu dikenal dengan nama “Buku Merah”.
Begitu terbiasanya dengan nama itu, Rektor Alhusniduki Hamim mempertahankan warna sampul merah itu. “Untuk saya pribadi, warna itu merupakan kenangan saya untuk beliau. Dia mulai sakit, waktu saya menjadi Pembantu Rektor I (1991-1996) dan buku itu masih dijuluki ‘Buku Merah’,” kenang Mintarsih.
Sampul buku itu berubah menjadi hijau saat Muhajir Utomo menjadi rektor Unila dan menjadi kuning, warna universitas, waktu Sugeng P. Harianto menjadi Rektor.
Soleman memang telah berpulang ke hadirat-Nya 16 tahun silam, tetapi ia banyak meninggalkan jejak intelektual dalam buku-buku, tulisan-tulisan, dan dalam ingatan mahasiswa, rekan, dan karib-kerabatnya.
(PADLI RAMDAN/P-1)
BIOGRAFI
Nama lengkap: Soleman Biasane Taneko, S.H, M.A.
Lahir: Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, 30 Maret 1947
Meninggal: Madinah, Arab Saudi, 30 Maret 1997
Orang tua: Muhammad Biasane – Siti Aisyah
Istri: Meita Djohan Oelangan, S.H, M.H.
Anak:
1. Akhmad Arief Ariesta, S.Sos.
2. Rilda Aprisanti, S.Sos, M.A.
3. Oktaviani Sarahswati, S.E.
4. Githa Destania, S.H.
Cucu: 5 orang
Pendidikan:
– SD-SMA di Tahuna, Sulawesi Utara
– S1 Fakultas Hukum Universitas Lampung (1968)
– S2 Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Indonesia (1987)
Pekerjaan:
– Dosen Fakultas Hukum Unila
– Pembantu Dekan (PD) Fakultas Hukum Unila
– Ketua Badan Pelaksana Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unila
– Kepala Badan Penerbit Unila
Penghargaan:
Dosen Teladan 1 Universitas Lampung (1982)
Karya-karya:
– Hukum Adat Indonesia (ditulis bersama Prof. Soerjono Soekanto, 1981)
– Konsepsi Sistem Sosial dan Sistem Sosial Indonesia (1986)
– Hukum Adat: Suatu Pengantar Awal dan Prediksi Masa Depan (1987)
– Struktur dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan (1993)
– Pokok-pokok Studi Hukum dalam Masyarakat (1993).
Sumber:
Lentera, Lampung Post, Minggu, 7 April 2013
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky