Ari Pahala Hutabarat

Ari Pahala Hutabarat, penyair berdarah Medan dan Lampung, dilahirkan di Palembang, pada 24 Agustus 1975. Putra Arman Hutabarat dan Ringgasui ini adalah anak pertama dari empat bersaudara. Ayah dan ibunya bekerja di bidang wiraswasta.

Ari memulai pendidikannya di SDN Mariana di Palembang sampai dengan kelas 5, lalu ia pindah dan melanjutkan pendidikan dasarnya di SD Negeri di Terbanggi Agung, Lampung Tengah hingga lulus pada tahun 1986. Pendidikan SLTP di SMP Muhammadiyah 35 Jakarta hingga kelas 2, dilanjutkan di SMP Budaya Kemiling dan lulus pada tahun 1989. Pendidikan SLTA lulus pada tahun 1992 dari SMAN 7 Bandarlampung. Pada tahun 1993, ia melanjutkan studinya ke Unila Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia lulus pada tahun 2000.

Ketertarikan Ari terhadap sastra sudah timbul sejak ia duduk di bangku sekolah dasar, tetapi mulai menulis (terutama puisi) pada saat ia berada di bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sekitar 1992. Ia sangat menyukai sajak-sajak penyair dalam negeri, di antaranya karya Sutardji dan Rendra. Karya-karya luar negeri, seperti Matsuo Basho, Octavio Paz, atau Pablo Neruda. Karya-karya itu memengaruhi pemikirannya, yang kemudian ia jadikan pengalaman dalam setiap karya yang akan ditulis. Menurutnya, puisi Sutardji dan Rendra memiliki dan menempatkan pemikiran, gagasan, ide dalam pembebasan kata-kata untuk mendapatkan pemaknaan. Untuk penyair lokalnya, adalah Isbedy Stiawan ZS dan Iswadi Pratama.

Putra Arman Hutabarat dan Ringgasui ini mulai aktif bergelut dalam dunia kesastraan pada awal masuk kuliah. Ia bergabung dengan UKMBS (Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni) di Universitas Lampung.
Pada 1997, untuk pertama kalinya karyanya dimuat di Lampung Post, mulai pada waktu itulah ia semakin produktif menulis puisi. Puisi-puisinya pernah dimuat di Kompas, Republika, Trans Sumatra, Lampung Post, Media Indonesia, Koran Tempo, Jurnal Kebudayaan Kalam dan Antologi Bersama Gerimis.

Dalam menulis puisi, Ari Pahala Hutabarat banyak dipengaruhi oleh kehidupan dan lingkungan sekitarnya. Bidang studi di Bahasa dan Seni, tempat ia menimba ilmu, adalah salah satu hal yang memengaruhi setiap kelahiran karyanya.

Setelah menyelesaikan kuliahnya, Ari Pahala Hutabarat benar-benar total berkesenian. Ia aktif di dalam setiap organisasi seni dan budaya yang ada di Lampung. Ia merupakan salah satu pengurus di Dewan Kesenian Lampung. Ari Pahala Hutabarat juga bergabung dalam komunitas Berkat Yakin di Taman Budaya Lampung.
Ari Pahala Hutabarat juga bergelut di bidang teater. Sejak bergabung dengan kelompok pecinta seni di Unila, Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS). Di situ dia secara total bergelut dengan seni. Ada beberapa pementasan teater yang telah disutradarai dan dimainkannnya. Menurutnya ekspresi diri di atas panggung adalah salah satu bentuk aktualisasi nyata dari apa dan bagaimana yang telah dialami tokoh dalam kesehariaannya.

Hal yang sangat menggembirakan dan menjadi angin segar bagi kehidupan budaya dan kontinuitas kesastraan di Lampung, ketika Ari berhasil menembus media Jakarta. Menurut Ari Pahala Hutabarat, keterpusatan media di Jakarta telah mengalami pergeseran, hal itu disebabkan adanya perubahan perkembangan dunia baru terutama perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Perubahan itu juga didukung oleh situasi reformasi informasi dan kondisi daerah Lampung sebagai pintu gerbang Jawa-Sumatera.

Ari Pahala Hutabarat juga memiliki peran dengan kapasitas sebagai individu pemerhati sastra, yaitu dengan berbagi pengalaman melalui acara-acara kesusastaan dalam bentuk workshop. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa pembedahan sastra, analisis puisi, dan persoalan budaya serta lainnya.

Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan kreativitas individunya dalam berkarya dan masukan bagi para pemerhati sastra. Selain itu juga akan mempengaruhi perkembangan budaya Lampung sebagai bagian dari perbendaharaan sastra di Indonesia. Berikut ini beberapa karya Ari Pahala Hutabarat.

1. Puisi
1) Daun-daun Jatuh Tunas-tunas Tumbuh (Antologi Bersama), 1995.
2) Dari Huma Lada (Antologi Bersama), 1996.
3) Menikam Senja membidik Cakrawala (Antologi Bersama), 1997.
4) Pesta Sastra Internasional TUK (Antologi Bersama), 2003.
5) Konser Penyair Ujung Pulau (Antologi Bersama), Dewan Kesenian Lampung, Januari 2003.
6) Gerimis (Antologi Bersama), Logung Pustaka, 2005.
7) Perjamuan Senja (Antologi Bersama, DKJ), 2005.
9) Monolog Sungai-Sungai, Buku Perjalanan, Sungai Bapak 2, Ziarah ke Muasal Luka, Jurnal Kalam, 2007.

2. Esai
1) “Puisi, Menangkap Makna Melalui Kata” (Radar Lampung, 2007).
2) “Citraan, Jendela dalam Puisi” (Lampung Post, 2007).

3. Naskah Drama yang Pernah Disutradarai.
1) “Hamlet” karya William Shakespeare.
2) “Inspektur Jenderal” karya Nikolai Gogol, (2004).
3) “Rashomon” karya Ryunosuke Akutagawa, (1999) dan (2005).
4) “Gerr” karya Ari Pahala Hutabarat, (1996).
5) “Pinangan” karya Anton Chekov, (2006).
6) “Dag Dig Dug” karya Ari Pahala Hutabarat (1998).
7) “Ke” karya Ari Pahala Hutabarat (1999).
8) “Malam Jahanam” karya Motinggo Busye.
9) “Kisah Cinta Hari Rabu” karya Ari Pahala Hutabarat (2002).
10) “Wu Wei dan Siapa Nama Aslimu” karya Ari Pahala Hutabarat.

4. Lain-lain:
1) Pembacaan puisi (Lampion Sastra III “Sastra Erotis”, Tanggal 10 November 2006).
2) Peserta Ubud Writers & Readers Festival di Bali (2006).
3) Pembacaan Puisi di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Universitas Lampung, Sabtu (9-2) pukul 19.00.
4) Sajak “Penjaga Palang Kereta, Sungai Bapak, dan Cermin” (Lampung Post, 2 April 2006).
5) Sajak “Di Beranda Hari Raya” (Lampung Post, 23 Oktober 2006).
6) Puisi “Perahu Ibu” sebagai 15 Terbaik (Lomba Cipta Puisi oleh Ministry of Culture and Tourism, Republic of Indonesia, 2006).

Sumber:
Agus Sri Danardana dkk. 2008. EnsiklopediaSastra Lampung. Bandarlampung: Kantor Bahasa Provinsi Lampung. Hlm. 6-9.

Biodata Viral
Terviral
Logo
Shopping cart