
SIAPA tak kenal Aan Ibrahim. Nama desainer kondang asal Lampung itu bukan hanya tersohor di Tanah Air, melainkan juga internasional. Karya etnik adibusana sulaman ususnya tidak hanya dikenakan oleh mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, tetapi juga Miss Universe 2006 Zulyka Rivera.
Setiap menggelar pergelaran busana, karyanya selalu mendapat pujian. Seperti awal 2012 lalu, tepatnya di Hotel Borobudur, Jakarta. Bersama Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Bandar Lampung, Aan memukau pengunjung dalam acara Pesona Tapis dan Sulaman Usus Lampung.
Bahkan, Wakil Menteri Pariwisata, Kebudayaan, dan Ekonomi Kreatif RI Sapta Nirwanda sangat mengagumi karya busana sulaman usus Aan. Juga Ketua Dekranasda Kota Bandar Lampung Eva Dwiana Herman H.N. Ia memuji kepiawaian Aan dalam membuat busana dari sulaman usus dengan kreasi-kreasi baru.
“Kami hanya mencoba bagaimana sulaman usus semakin dikenal masyarakat. Bukan hanya di dalam negeri, melainkan hingga ke luar negeri,” kata pria kelahiran Pagardewa, Tulangbawang, 12 Juni 1955 itu kemarin.
Ia mengakui membangun sebuah mode, terutama busana khas daerah, tidak seperti membalikkan telapak tangan. Perlu niatan yang kuat dan promosi besar-besaran agar produk busana yang dihasilkan dapat dilirik penikmat mode.
Tak heran, setelah lebih dari 20 tahun malang-melintang di dunia mode daerah dan nasional, namanya kini disejajarkan dengan desainer kondang Tanah Air, seperti Ramli dan Ghea Sukasah.

Etnik Lampung
Rancangan Aan memang dikenal sangat unik dan khas. Sulaman usus yang dimodifikasi dengan berbagai motif kain tapis menjadi karya adibusana Aan. Detailnya begitu unik dan menarik. Tak pelak, Aan menjadi langganan ibu-ibu dan pejabat Lampung. Tidak sedikit busana sulaman usus yang dipakai istri Wali Kota Bandar Lampung adalah karya Aan. Bahkan, ia juga menjadi langganan Guruh Soekarnoputra hingga para istri-istri menteri.
Bicara dunia fashion Lampung memang tidak bisa lepas dari seorang Aan Ibrahim. Demi memajukan pakaian khas Lampung (tapis dan sulaman usus), Bang Aan, begitu biasa ia dipanggil, rela mengorbankan pekerjaannya sebagai pegawai negeri sipil (PNS), yakni tenaga medis di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek pada 1989.
Dia memang dikenal sebagai desainer yang penuh dedikasi dan totalitas. Tak heran, jika saat ini kerajaan bisnis fashion-nya semakin besar. Melalui galerinya di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 5, Tanjungkarang Timur, Bandar Lampung, Aan makin membuktikan kalau dia kini telah menjadi desainer yang sangat diperhitungkan di kancah nasional.
Mengawali kariernya sebagai seorang desainer pada 1990. Aan menggelar peragaan busana pertamanya dengan memperkenalkan kain tapis di Jakarta. Hasilnya mendapat sambutan luar biasa. Bahkan, desainer nasional mengagumi karya Aan.
Keberhasilan peragaan busana saat itu, sangat memotivasinya untuk menggali kebudayaan Lampung melalui dunia fashion. Pasalnya, pada 1995, sulaman usus hanya untuk hiasan peralatan rumah tangga, seperti taplak meja dan tutup gelas. Lewat kejelian dan kemahirannya, sulaman usus tersebut akhirnya dirancang menjadi karya busana yang apik dan memiliki estetika tinggi.
“Lampung memiliki kebudayaan yang sangat tinggi. Saat ini, bagaimana kita menggali peninggalan budaya itu agar semakin dikenal orang,” kata Direktur CV Aan Ibrahim Brother itu.
Perjuangan Aan memperkenalkan sulaman usus kini membuahkan hasil. Bukanlah seorang Aan Ibrahim jika tidak mampu memperkaya khazanah budaya Lampung yang sudah ada itu. Dia pun bertekad mengembangkan sulaman usus dengan berbagai cara. Mulai dari studi ke daerah asal sulaman usus (Menggala) sampai menciptakan kreasi-kreasi lain dari sulaman usus itu sendiri.
Pada akhirnya, sulaman usus saat ini dikenal masyarakat luas sebagai busana khas Lampung yang memiliki nilai jual tinggi. Bukan hanya jutaan rupiah, bahkan sampai puluhan juta rupiah.
Saat ini peraih penghargaan doctor honoris causa bidang seni budaya dari Chicago University itu, bertekad agar sulaman usus semakin go international. Bahkan, dia memimpikan agar sulaman usus mendapatkan pengakuan internasional dengan mendaftarkan hak paten, seperti batik yang sudah menjadi kain nasional Indonesia.
Masuk Museum Tekstil Indonesia
Tahun 1995, Aan Ibrahim mulai mengembangkan busana khas Lampung yang dikenal dengan nama sulaman usus. Waktu itu, dalam suatu seminar nasional, Aan sempat berbincang-bincang dengan seorang dekan perempuan di Pulau Jawa. Sang dekan meminta Aan mengembangkan sulaman usus.
Saat itu tidak ada referensi dalam pengembangan sulaman usus. Bentuk sulaman usus sangat monoton dan hanya dibuat pernak-pernik hiasana peralatan rumah tangga, misalnya tempat tisu.
Namun, dengan kreativitas dan kemampuannya di bidang desainer dan seni budaya, Aan mampu membuat terobosan dengan memperkenalkan kreasi-kreasi baru dari sulaman usus.
Tak heran, memalui proses panjang, setelah menyelami karakteristik dari sulaman usus itu sendiri, Aan semakin dikenal sebagai perancang busana sulaman usus Lampung.
Rancangannya bahkan pernah dipakai oleh Miss Universe 2006 Zulyka Rivera dari Puerto Rico dan Putri Indonesia 2006 Agni Prastistha.
Bahkan, sulaman usus kini mulai dikenal di tingkat nasional dan internasional sehingga hasil karya putra terbaik Provinsi Lampung Aan Ibrahim mendapat penghargaan dari Museum Tekstil Indonesia sebagai salah satu warisan budaya nusantara yang harus dilestarikan.
“Ini penghargaan yang sangat surprise bagi Bandar Lampung. Terlebih, sulaman usus yang dihasilkan perajin adalah binaan Dekranasda Kota Bandar Lampung,” kata Ketua Dekranasda Kota Bandar Lampung Eva Dwiana Herman H.N. beberapa waktu lalu. (LUKMAN HAKIM/S-1)
BIODATA
Nama : Aan Ibrahim
Tempat/tanggal Lahir : Pagardewa, Tulangbawang, 12 Juni 1955
Istri : Rosidasari Murad
Anak :
– Dewi Sophy Septika Jismar
– Mawar Indah Lestari Jismar
Rumah : Jalan Mr. Gele Harun Atas No. 40 Bandar Lampung
Galeri/Kantor : Jalan Perintis Kemerdekaan No. 5, Tanjungkarang Timur, Bandar Lampung
Profesi : Desainer
Jabatan :
– Direktur CV Aan Ibrahim Brother
– Direktur Koperasi Way Agow – Direktur Sekolah Kepribadian Aan Ibrahim Modeling School
Penghargaan :
– Doctor Honoris Causa Bidang Seni Budaya dari Chicago University Amerika
– Seni Budaya dari ASEAN Intertaiment
– Indonesia Award
– ASEAN Program Consultant 1997
– Pengusaha kecil terbaik dari Perindustrian Lampung (1995-2000)
– Pengusaha menengah terbaik dari Disperindag Lampung (2001-2004)
– Shiddakarya dari Disnaker Lampung (1997)
Sumber:
Inspirasi, Lampung Post, Kamis, 3 Januari 2013
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky