
Bambang ‘Bob’ Mustari Sadino
meninggal 19 Januari 2015 di Jakarta
istri: Soelami Soejoed
anak: Myra Andiani & Shanti Dwi Ratih
GOSIPNYA
Sejak kecil hidup Bob berkecukupan karena keluarganya adalah pegawai pemerintahan Hindia Belanda. Ia adalah anak bungsu dari 5 bersaudara. Ayahnya yang merupakan kepala sekolah SMA di Lampung meninggal tahun 1952. Ia mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena semua saudara kandungnya kala itu dianggap sudah hidup mapan. Setelah lulus SMA di Jakarta tahun 1953, Bob bekerja di Unilever selama beberapa bulan. Karena ajakan temannya, ia berhenti bekerja dan kuliah di Fakultas Hukum UI. Ia hanya kuliah beberapa bulan dan lalu bekerja kembali di Unilever.
Ia lalu bekerja di perusahaan pelayaran Djakarta Lloyd pada tahun 1958-1967 dan tinggal di Hamburg dan Amsterdam. Ia rindu kampung halaman dan memutuskan kembali ke Indonesia tapi tidak mau jadi karyawan. Ia membawa modal dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang sedangkan mobil satunya lagi ia jadikan taksi yang ia kemudikan sendiri.
Suatu waktu, mobil itu disewakan tapi mobilnya malah tabrakan dan hancur. Untuk bertahan hidup ia menjadi kuli bangunan dengan upah harian Rp. 100 yang membuatnya depresi. Kondisi tersebut diketahui teman-temannya di Eropa dan juga keluarganya. Mereka menawarkan berbagai bantuan tapi Bob menolaknya. GOSIPNYA istrinya pernah bekerja sebagai sekretaris Bank Indonesia di New York dan bisa ikut mencari nafkah tapi Bob bersikeras bahwa sebagai kepala keluarga ia yang harus mencari nafkah. GOSIPNYA ia juga jadi berhenti merokok karena membeli beras saja kesulitan.
Temannya, Sri Mulyono Herlambang memberinya 50 ekor ayam yang diimpor dari Belanda agar ia tidak depresi. Ketika itu ayam kampung masih mendominasi pasar Indonesia. Setiap hari ia menjual beberapa kilogram telur ayam negeri yang berukuran 1,5 kali lebih besar dari ayam kampung. Dalam satu setengah tahun Bob dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Saat itu di kawasan Kemang banyak orang asing menetap.
Bisnisnya yang sukses membuatnya mendirikan berbagai perusahaan. Tahun 1969 ia mendirikan supermarket Kem Chicks di Kemang. Tahun 1970 ia mendirikan Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung yang menghasilkan merek Villadorp, Villa, Kemfood, Yangini, Chami dan Chiefs. Tahun 1980 ia mendirikan Kem Farm yang bergerak di bidang perkebunan. Tahun 1992 ia mendirikan Kem Travel. GOSIPNYA tahun 1985 perusahaannya per bulan rata-rata menjual 40-50 ton daging segar, 60-70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.
Bob tidak berambisi memperbanyak gerai tokonya tapi ketika Ranch 99 Market berdiri dan ia berkenalan dengan Susiawati Darmawan (anak Hari Darmawan sang pendiri Matahari) pada tahun 1998, prinsipnya berubah. Mereka lalu bekerjasama membuka cabang Kem Chicks di Pacific Place. Kini Kem Chicks harus bersaing dengan Ranch 99 Market yang terus menggerogoti pelanggannya itu yang hingga akhir tahun 2011 telah memiliki 8 gerai di Jakarta dan 2 gerai di Surabaya.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky
