Profil Pengusaha Nasrudin

Sosok Nasrudin tetaplah bersahaja, sederhana dan murah senyum, meski telah berkecukupan dari lele saja. Ia selalu siggap untuk membantu anda yang ingin berbisnis lele Sangkuriang. Keberhasilan membudidaya ikan lele tak pernah ia rahasiakan.
Sejarah Lele Sangkuriang
Bersama- sama mereka ikut nyemplung di kolam ikan lele Sangkuriang. Nasrudin memang pekerja keras. Dia yang tekun mengerjakan budidaya, sukses mewujudkan mimpinya. Kini setiap hari akan banyak orang berbondong- bondong datang kepadanya.
Sebuah tempat Nasrudin membudidaya ikan lele, sekaligus tempat pelatihan. “Training Center” bagi anda yang ingin belajar budidaya lele dengan ahlinya. Selain itu Nasrudin juga aktif menjadi pembicara di berbagai seminar wirausaha.
BBAT tengah mengerjakan perbaikan mutu untuk lele dumbo. Waktu itu tengah ada penelitian peningkatan mutu lele dumbo melalui perkawinan silang- balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan indukan jantan generasi keenam (F6).
Bagi Nasrudin tak ada yang tidak mungkin. Ia kemudian membuat dua buah kolam. Satu kolam ada dibawah rumahnya, dan satu lagi yang ditempatkan di belakang rumah. Dua kolam alami yang dibuat dengan lubang- lubang, bebatuan serta beberapa sikat ijuk.
Dari bagian parut ikan- ikan kecil itu nampak tumbuh kaki. Ternyata, yang selama ini dikira anakan lele itu, hanyalah anak katak atau kecebong. Nasrudin tak menyerah. Ia membuang kecebong itu lalu mengganti air dalam kolam dengan air jernih.
Mulai dari pengaturan Suhu, racun tanah, polusi udara serta pakan, memiliki pra-syarat yang cukup rumit. Ditambah lagi, di zamanya, tidak ada informasi mudah seperti halnya internet. Meski begitu melalui serangkai percobaan akhirnya Nasrudin kokoh sebagai peternak lele mumpuni.
Bisnis Sosial
Dia selalu mencari tahu perihal budidayanya. Sampai suatu saat ia akhirnya menemukan kunci suksesnya. Kunci sukses yang masih diburu para pembudidaya lele sekarang. Nasrudin menemukan kunci pakan herbal untuk lelenya.
“Mereka, para peternak lele beraninya di dalam ruangan. Kalau saya enggak. Di lapangan yang terkena hujan, suhu dingin atau panas, lele saya enggak mati,” kata Nasrudin.
Waktu itu karena lele itu belum bernama, banyak orang bertanya kepadanya. Setengah bercanda ia pun lalu menyebut “Sangkuriang”. Alasannya waktu itu karena tempat lelenya dibudidaya terkenal akan satu legenda, legenda Sangkuriang.
Akhir tahun 2003, Departemen Kelautan dan Perikanan mengundang Nasrudin untuk mengisi seminar lele Sangkuriang. Dia berbicara dihadapan peserta dari 28 provinsi.
“Benih lele sangkuriang dengan ukuran 7 – 8 cm hanya memerlukan waktu sekitar 50 hari untuk mencapai panen, sedang lele dumbo mencapai tiga bulan,” tambahnya.
Selain itu, Nasrudin menambahkan kandungan protein lele Sangkuriang sangat tinggi, rasanya gurih, dan tidak amis. Bahkan ada beberapa orang menyandingkan rasanya dengan udang yang berkualitas. Masyarakat pun sangat tertarik mengkonsumsi lele Sangkuriang.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky