Cerita Dibalik Kesuksesan Pengusaha Burger Klenger

Profil Pengusaha Velly Kristanti 

profil pengusaha burger klenger

Tidak mudah bagi Velly Kristanti memulai bisnis. Pengusaha wanita ini pernah merasakan jatuh dan bangun membangun satu bisnis. Dari bisnis yang gagal, dia tetap percaya diri memulai bisnis lain hingga sukses seperti sekarang. Pengusaha yang punya puluhan franchise ini menceritakan kisahnya.

Tahun 2002, dia hanyalah pegawai kantoran dan sang suami, Gatut Cahyadi, sok jualan berbisnis kuliner bernama Pondok Sayur Asem. Mereka waktu itu mengerjakan sambil tetap bekerja. Sayang bisnis tersebut gagal. Velly sempat frustasi karena gagal berwirausaha.
Tahun 2004, Velly memilih mengundurkan diri, kemudian fokus mengejar wirausaha. Waktu itu dia menjalankan bisnis advertising syariah. Lagi- lagi kegagalan menemui Velly. Dilanjut bisnis IT yang tidak jauh berbeda nasibnya.
Kesuksesan belum menghampiri wanita berhijab ini. Memulai bisnis dari nol kembali memang tidak mudah. Sempat gagal berulang kali, satu- satunya sisa adalah bisnis Pondok Sayur Asem. Meskipun masih berdiri tetapi tidak menghasilkan. Dia tidak peduli akan keberadaan bisnis tersebut hingga satu hari.

Bisnis Burger Klenger

Dia ingin berbisnis kuliner kembali. Ide tentang makanan anak muda membayangi. Dalam benaknya bagaimana membuat makanan khas kekinian. Bagaimana meracik makanan burger menjadi sedap. Makanan berat yang di Indonesia dijadikan cemilan ini butuh sentuhan.
Dia ingin cita rasa khas Indonesia disini. Aneka buku kemudian dia pelajari. Tujuannya menciptakan satu cita rasa cocok dilidah kita.
Pondok Sayur Asem berdiri tahun 2002. Dimana dia masih bekerja sebagai account manager BBDO Komunikas. Bisnisnya terletak di Pekayon, Bekasi, Jawa Barat. Memang bisnis tidak total karena mereka tidak turun tangan sendiri. Alhasil sempat ada percecokan dengan juru masak usaha mereka.
Karena memang juru masak dianggap tidak sesuai, baik cara memasak sampai menu makan. “Ilmu kasak didapat dari ibu saya,” jelasnya.
Dua tahun kemudian sang suami bekerja ke Jepang. Mungkin karena jabatan yang sudah mapan. Ia membujuk Velly untuk fokus. Dia menyarankan mengejar mimpi wirausaha. Velly setuju. Dia lalu mendirikan perusahaan advertising hingga IT.
Dia menawarkan bisnis marketing mobil. Mungkin istilah sekarang marketing online. Sayangnya, waktu itu, orang belum banyak berminat. Lulusan D3 Sastra Belanda UI tersebut, tidak putus asa dan mencoba bisnis kerajinan tangan.
Sayang, bisnis kerajinan tangan juga gagal, keberuntungan seolah menuntunya kembali ke bisnis kuliner. Modal sewa rumah PSA masih sisah 1,5 tahun, ada karyawan 15 orang, hingga peralatan masak. Uang dikantong tinggal 30 juta. Akhirnya pasangan ini sepakat melanjutkan bisnis PSA meski seadanya.
Terbersit pikiran membuka usaha burger. Karena tidak cukup uang maka pinjam uang. Velly pinjam uang atasannya Pak Aris Budiharjo. Karena tidak punya keahlian membuat burger. Aneka buku masakan dia borong. Dia membuat sendiri resep daging khas Indonesia.
Marketing pertama dijualnya ke kerabat dan teman. Responnya bagus. Bahkan teman yang semula tidak suka burger, kini menjadi pelanggan Velly. Terdiri roti lembut dan daging spesial berbumbuh khas. Burger buatannya memang bikin klepek- klepek. 
“Kata suami Klenger berarti keenakan atau klepek- klepek,” inilah awal nama bisnis tersebut. Nama tersebut dianggap mewakili rasa, dan juga harapan agar mudah diingat.
Sesudah mendapatkan nama tinggal dipasarkan. Sebagai pakar advertising, mudah baginya langsung mendesain logo dan memilih warna logo. Logo burger bertuliskan nama Klenger Burger diatas ikon burger, tidak disamping seperti nama burger lain.

Filosofi dibalik penemapatan nama itu ada. Kata Velly menuliskan nama tersebut berarti tidak boleh memandang sebelah sisi. Istilahnya beyond burger atau lihatlah ke segala aspek. Berdiri sejak 10 Februari 2006, sudah ada hak paten, ada ijin SIUP peroranganya, sudah ada sertifikat halan MUI nya.

Sudah memiliki pembeli franchise, mampu menghasilkan 38 outlet cepat. Sayangnya, cobaan hadir kembali ketika rekan kerjanya berniat buruk. Satu mitra menjanjikan investasi dan pengembangan lebih besar. Dia yang tidak punya pengalaman setuju mengikuti usulan.

Ditipu orang, modalnya terkuras, hampir frustasi, namun sang suami meyakinkan Velly agar menjadi sosok ikhlas. Kepercayaan bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Ikhlaskan kasus tetapi memilih jadi sosok positif melanjutkan berbisnis.

Gara- gara kasus tersebut penggunaan nama Klenger Burger masih berselisih. Jadi jangan kaget kalau kamu melihat nama bisnis sama. Walaupun, akhirnya, nama Klenger ditinggalkan kemudian berubah menjadi “D” jadi Klender Burger. Terkadang adapula orang yang sembarangan memakai nama tetapi diacuhkan.

Dia enggan mengungkit kasus lama. Yang terpenting bagaimana mengembangkan bisnis. Dibawah satu panji bendera, PT. Karya Anak Negeri (KAN), dari Februari 2011, ada 82 outlet di Jabodetabek, Bandung, Kuningan, Bali, dan Medan. Adapun 20 outlet waralaba sisanya bersifat investasi pribadi KAN.

Sebulan, bisnis Klenger Burger, mampu menjual 100 ribu burger. Harga rata- rata adalah Rp.17.500 ribu. Omzet direguk bisnis mereka mencapai Rp.1,75 miliar rupiah. Bisnis mereka tidak berhenti di sana. Olahan baru dikembangkan seperti Pizza Kriuk, Clemots Coffee, dan Kweker Fried dan Grilled Duck.

Pizza buatan Klenger Burger bercita rasa Indonesia. Contoh pizza berasa balado atau berasa sate. Ia juga membuat tempat jualan senyaman mungkin. Pokoknya bisa dijadikan tempat kongkow asik. Dia membuat satu lingkup bisnis, Foodteran atau kafetaria, yang menjual pizza, kopi, dana ayam/bebek.

Contoh sukses bisnisnya, sukses menggaet anak Mantan Wakpres Boediono, yang bernama Dios Kurniawan menjadi pemegang waralaba. “…membuka outlet di Jalan Salemba, di depan RS. MH. Thamrin, pada 25 Juli 2010 silam,” jelasnya.

Bisnis menjelajah

Ia mengaku tidak belajar khusus. Tidak belajar kepada Chef manapun. Velly hanya berpekal mencoba trial and error. Berbagai macam buku tentang burger dipelajari. Nama Klenger berasal dari Jawa yang bisa berarti “setengah mati”, atau “klepek- klepek” karena rasanya.

Velly sendiri menganalogi nama Klenger jadi “tobat sambel”. Tau bahwa sambal pedas tetapi tetap mau lagi dan lagi. Harapannya produk burger Klenger akan membuat ketagihan. Begitulah nama jadi terkenal di masyarakat, khususnya anak muda tertarik karena nama yang unik.

Servis maksimal dan rasa memuaskan. Bisnis burger Klenger mampu menggaet target pasar. Nama itu sendiri sebenarnya sudah dipatenkan atas nama Velly. Meskipun begitu, toh tetap masih ada saja orang memakai nama tersebut, dia sendiri mewanti- wanti agar pelanggan tidak mudah terkecoh.

Logo Klenger memiliki filosofi, dimana ia berharap nama logo akan membaur. Seperti halnya nama yang terletak di tengah- tengah gambar. Harapan bahawa nanti burger Klenger bisa menjadi bagian dari masyarakat, tak terlepaskan.

Pendekatan rasa merupakan ujung tombak bisnis Burger Klenger. Bahkan semua disesuaikan dengan cita rasa lokal. Ambil contoh, burger Klenger di Medan, akan bercita rasa masyarakat lokal yang suka telur.

Dia juga mencipatakan marketing menarik. Seperti burger instan, konsep take away, mambuat burger Klenger bisa ditemui di mini market. Ditambah konsep Foodtren, burger Klenger dibantu brand lain dibawah bendera KAN, ada Pizza Kriuk dan Clemots Coffee bersama wifi gratis buat kongkow anak muda.

Godaan membuka usaha di luar negeri bukan tidak ada. Namun, Velly merasakan banyak hal perlu dia kerjakan. Dia juga aktif mengawasi outlet dan mengelompokan sesuai kebutuhan.

Ibarat kuliah bisnis semua harus dijalani penuh. Semester pendek, dilalui Velly dan suami, merasakan rasa gagal dan mengulang kembali dari nol. Ibu dari Rizki dan Zahra ini. Mengatakan meski sudah sukses masih banyak perlu diperbaiki. Terutama tentang SDM, bukan proses instan tapi berjalan terus menerus.

Biodata Viral
We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Terviral
Logo
Shopping cart