Profil Pengusaha Sulthan AlfathirĀ

Ā
Entrepreneur muda berarti mampu melihat peluang. Sempitnya peluang mampu diterobos. Menciptakan hal tidak mungkin menjadi mungkin. Inilah kisah Sultan Alfathir, yang sudah memulai usahanya sejak bangku SMA. Berawal dari sebuah penelitian sekolah Sultan mampu membawa bisnisnya sampai sekarang.
Bisnis keterusan
Mereka kemudian ikutan aneka lomba bidang pertanian. Seperti ada lomba Inovasi Pengolahan Produk Perikanan 2012 di Yogyakarta. Nama produknya Polita Crispy dan mampu sampai menasional. Berbekal dua rasa yaitu keju barbeque dan pedas rasa soto tahu campur, dimana rasanya memang khas Lamongan.
Proses pengolahan sederhana, dari daging diiris- iris, dicampur bumbu dan tepung beras baru digoreng. Tapi jangan lupa dicuci dulu ya. Mencuci butuh 3- 4 kali sampai lumpur sawah hilang. Buat 100gram dia butuhkan 1kg daging keong.
Daging direbus dulu, gunanya untuk mengetahui apakah ada racunnya. Bagian beracun adalah bagian kepala yang menonjol. Bagian itu harus dipotong dibuang. Lendir juga harus dibuang agar benar- benar bersih. Itu disusul pencucian lagi. Setelah benar- benar bersih baru dipotong kecil untuk masuk tahap berikutnya.
Dia membuat adonan krispi sendiri. Balurkan bumbu yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Daging yang sudah dibaluri bumbu kemudian masuk adonan. Tinggal kamu goreng hingga matang dan krispi.
Untuk memenuhi kebutuhan keong, Sulthan juga membudidaya keong sendiri di dalam kolam. Kalau sudah masuk musim hujan jadi punya stok keong. MakananĀ keong emas tingga dikasih kangkung kira- kira 2- 4 minggu kemudian siap panen. Kalau ada limbah bisa digunakan buat makanan ternak untuk usaha jenis lain.
Awal mereka membuat kemasan plastik. Berjalan waktu mereka menyadari harus siap berkembang. Maka ia mengajak teman- teman membuat kemasan modern berbentuk rumah gadang. Bermodal uang Rp.100 ribu saja mereka berempat menang lomba wirausaha 15 juta pada tahun 2013 dan dijadikan modal lagi.
Masalah dihadapi entrepreneur muda pemula: Jumlah produksi yang masih kecil. Dan ekspetasi penjualan melebihi alhasil permintaan tidak tercukupi. Kedua mereka masih sekolah jadi waktu mereka terbatas. Tapi masalah status masih sekolah tidak masalah. Mereka malahan membeli mesin pengolahan sendiri loh teman.
Berbekal uang hasil lomba dijadikan mesin pengering. Mereka juga melancarkan promosi lewat sosial media seperti Twitter dan Facebook. Mereka kemudian memberdayakan petani. Harga perkilo hama itu dibeli mereka Rp.7000 per- kg. Harga jualnya kalau sudah jadi Rp.7000- Rp.8000, omzetnya Rp.6 jutaan.
Laba 30% dari produk mereka jual. Dimana mereka sudah punya konsinyasi 25 outlet dan 10 reseller yang tersebar di Lamongan, Gresik, Malang, Kediri, dan Surabaya. Dengan rasa soto, ia mencoba menarik pemerintah daerah Lamongan menjadikan keripik Ponita menjadi daya tarik kuliner khas Lamongan.
Semua usahanya sudah didukung sertifikasi halal, dan kualitas kesehatan oleh pihak berkait. Cita- citanya yang lebih besar sebagai entrepreneur muda adalah menembus pasar ekspor.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky