Profil Pengusaha Panut Muyawati

Jika biasanya tas terbuat berbahan kain. Sementara kerajinan terbuat berbahan rotan. Kini, sudah ada yang namanya kerajinan tas berbahan rotan. Salah satu penggagas, ialah Panut Mulyawati, yang memanfaatkan rotan menjadi bentuk tas. Tentu tidak mudah membentuk lekukan tas hingga benar presisi.
Bisnis konsisten
Banyak cara digunakan Anggun Rotan agar tetap eksis. Berbagai usaha dilakukan sebagai media marketing. Sebut saja melalui selebaran brosur, sampai memasarkan langsung. Tidak kalah Anggun Rotan juga ikut merambah internet. Untuk meningkatkan nilai jual termasuk mengikuti aneka pameran.
Maksudnya agar juga ditangkap wartawan atau media masa. Terbukti nama Panut serta apa bisnisnya mulai dikenal luas oleh masyarakat. “Tapi intinya, alat promosi terbaik adalah kualitas produk,” tuturnya. Kalau kualitas bagus akan mengundang viral marketing dari mulut ke mulut.
Karena memanfaatkan rotan maka banyak penghargaan didapatkan. Ini karena Panut ikut mengangkat guna rotan. Membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Penghargaan Program Bina Lingkungan Award 2009 dan dari Kementrian Perdagangan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tempat produksi Anggun Rotan juga menjadi tempat praktik siswa atau mahasiswa magang. Terutama dari mereka Universitas kenamaan asal Yogyakarta. Kendala tersulit dijelaskan oleh Panut, justru bukan dari proses pemasaran. Melainkan cuaca yang tidak mendukung seperti hujan dan hawa dingin.
Rotan memang dikenal rentan lembab apalagi basah. Apalagi ruang produksi mereka semi- terbuka. Yang mana jika musimnya tepat menguntungkan. Berbisnis sejak 2001, ketrampilan mengolah rotan merupakan buah pengalaman kerja, dulu dia bekerja di tempat pembuatan furnitur, membuat produk berbahan rotan.
Sepuluh tahun total dia habiskan menjadi pegawai. Dimana dia berpindah dari Cirebon, Salatiga, Madiun, Solo. Penggunaan rotan sendiri merupakan buah pemikiran. Bahwa pemanfaatkan rotan sangatlah jarang buat bidang apapun. Belum optimal malah direvolusi melalui tas berbahan rotan, tas berbahan ini jarang.
Banyak rotan lebih dipakai ke arah furnitur. Kalaupun ada bentuknya belum variatif. Disinilah paran Panut mengembangkan aneka desain. Bermodal Rp.25 juta tidak langsung sukses. Ia mengingat produknya dulu masih monoton. Juga hanya mampu dijual hanya lewat toko- toko kerajinan saja.
Pokoknya Panut memulainya dengan penuh perjuangan. Maka konsistensi dibutuhkan hingga masyarakat menyadari keberadaan produk Anggun Rotan. Tahun 2005 dia mendapatkan bantuan kemitraan Pertamina. Ia tidak membuang kesempatan mulai masuk ajang pameran lewat BUMN tersebut.
Dia masuk pameran di Hong Kong, Jepang, Inggris, dan Dubai. Pertamina membantu soal manajemen serta SDM. Mei 2006 ia mendapatkan musibah berupa gempa Yogyakarta. Karyawan Panut mengalami dampak butuh waktu membangun kembali rumah mereka. Butuh waktu sampai setahun lagi hingga kembali lancar.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky