Profil Pengusaha Kopf Bersaudara

Anak disleksia bukan beban tetapi berkah buat kamu. Beberapa pengusaha dunia tercatat memiliki disleksia. Ambil contoh pendiri Virgin, kemudian Apple, Ikea, Tommy Hilfiger, dan juga HP, adalah sosok anak- anak disleksi sukses. Mereka benar terseok- seok menghadapi hidup. Tetapi mereka bisa selama sosok orang tua selalu mendukung.
Tetapi semua berubah ketika masuk kuliah. Dan, Brett sudah memiliki visi sendiri tentang masa depan, yakni sebuah aplikasi komunikasi kelas. Ia mencoba menciptakan itu. Sedikit- demi sedikit lewat kerja yang ekstra keras bersama mengerjakan kuli silabus. Kesibukan, tekanan sekolah membuatnya makin jelas, dia butuh satu sosok perhatian seperti gurunya itu.
Ia lantas bercerita kepada David Kopf. Nah, si saudaranya inilah, yang lantas membuatkan sistem sederhana modal Excel- Base (basa pemrograman) berbentuk SMS notifikasi. Sistem itu mengirimkan pesan SMS kepada Brett ketika akan ujian atau tugas kuliah. Melalui program itu dua bersaudara ini mampu mengajak kurang lebih 2.000 anak kuliahan di tahun 2010.
Mereka berterima kasih atas layanan mereka. Tetapi selepas dua tahun, pertumbuhan berhenti dan mereka Kopf bersaudara meras itu tidak akan mencapai apapun. Mereka memutuskan menghentikan proyek. Tapi mereka masih percaya akan kebutuhan aplikasi komunikasi kelas. Jadi mereka mengikuti incubator untuk proyek startup edukasi Imagine K12.
Mereka menemukan beberapa kesimpulan: Bangun lah produk sederhana, bicara lah dengan pengguna, dan selesaikan masalah mereka.
Untuk menciptakan produk lebih baik serta layanan sempurna. David mulai lewat belajar coding, mengurung diri di kamar selama 16 jam setiap hari. Sementara itu Brett bertugas mengunjungi guru- guru dan mulai ikut mendengar apa kebutuhan mereka. Ia bahkan mencari ratusan orang lewat Facebook dan Twitter. Brett memang bukan guru jadilah kesempatan membangun komunikasi di kelas.
Aplikasi sempurna
Brett menemukan fakta bahwa guru masih menggunakan cara kuno. Contohnya, beberapa guru, menempel stiker pengingat di bahu anak “pekerjaan rumah besok”. Dari situ muncul ide pengingat pekerjaan rumah bagi siswa. Awalnya, David tidak begitu masuk kepada konsep Brett ini. Hingga ia didengarkan langsung Brett melakukan
panggilan Skype dan mulai berbicara dengan beberapa guru tentang konsep aplikasi baru milik mereka.
“Brett memegang kertas dengan tiga kotak, menjelaskan jika anda menekan ini, ini akan begini. Dan para guru mulai berteriak! Mereka mengatakan, ‘Oh Tuhan, jika hanya anda bisa melakukan itu…,” tutur David.
Jadi di awal 2013, Kopf bersaudara merilis aplikasi mobile mereka bernama Remind. Ini ditujukan buat para guru dimana mereka bisa berkomunikasi langsung -mengirim pesan kepada murid. Jangkauan juga mencapai tidak hanya mengingatkan pekerjaan rumah, tetapi ujian juga, dan bahkan konfrensi wali murid. Atau, guru juga bisa mengirim pesan teks atau suara 15 detik motivasi.
Guru juga bisa melakukan survei kecil- kecilan. Murid bisa memberikan respon guru seperti saran kemana kita harus jalan- jalan. Ini menciptakan tempat komunikasi langsung antara guru, murid, bahkan orang tua, jadi semua orang bisa ambil bagian saling membantu.
Jadi semua orang bisa saling membantu efektif. Semenjak diluncurkan aplikasi ini benar- benar meledak. Di September 2013 saja, Remind sudah punya enam juta pengguna aktif serta kurang lebih 65 juta komunikasi tercipta. Sekarang, Remind mengaku punya 18 juta pengguna di seluruh negara, yang mana 25% -nya guru di penjuru Amerika.
Bulan Agustus 2014, menurut Business Insider sudah bertambah 365.000 pengguna baru per- hari, langsung membuat aplikasi Remind menjadi top 3 paling banyak didownload di iOS AppStore. Ada 50.000 orang yang mendaftar per- harinya dan miliar pesan -tanpa marketing khusus apapun. Karena hal inilah, banyak VC tertarik mendanai aplikasi Remind, dimana total dana terkumpul mencapai $59 juta.
Secara garis besar, sepintas, memang Remind terlihat sederhana dan sudah banyak aplikasi menggarap sisi mereka. Semua orang bisa meniru sistem mereka. Tetapi bukan uang tujuan utama, selain itu Remind telah didukung data ilmiah dibaliknya. Ini kesuksesan industri teknologi bukan berbasis uang semata. Mereka telah punya banyak data feedback dari guru, orang tua dan murid.
Faktanya, Remind sudah mempekerjakan banyak teknisis asal Facebook sebelum sukses sosial media, yang tangguh jika berbicara tentang aneka data sosial media. Kopf bersaudara menekankan buak soal uang. Ini diyakinkan lewat jarangnya eksploitasi akan fitur premium. Mereka lebih fokus kepada dasar fiturnya yakni tentang koneksi semua murid, guru, dan orang tua untuk dunia pendidikan lebih baik.
“Kita hidup di hari di mana anda dapat mengklik tombol dan memanggil Uber, atau mendapatkan pizza disampaikan dalam dua menit. Tetapi jika anak anda gagal di sekolah, anda tidak mungkin menemukan selama tiga bulan,” jelas Brett Kopf. “Dan kami ingin mengatasi masalah tersebut.”
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky