Profil Pengusaha Ratu Tisha Destria

Sebuah lembaga yang menawarkan data live performance, video statistic, dan after match analysis.Awalnya, mereka yang ada di dalam, ditunjuk oleh kepala Badan Tim Nasional (BTN). Mereka diajak untuk membuat data statistik untuk timnas untuk persiapan AFF 2014.
Karir Ratu Tisha
Tisha juga diajarkan pengelolaan liga, sekolah sepak bola, dan segala hal mengenai aspek bisnisnya. Terkahir ia mendapatkan pelajaran mengenai tata tertib, penegakan hukum dan standarisasi. Perjalanan yang dimulai dari Inggris, Italia, dan terakhir ke Swis. Tisha merasakan perjalanannya sangat berkesan.
“Saya pernah mencoba untuk ikut tes pada 2011 tetapi gagal. Namun pada 2012 saya mencoba lagi ternyata gagal juga, dan akhirnya 2013 ini saya diterima untuk mengikuti program tersebut,” ucapnya antusias.
Pada tahun 2011, ia pernah mengikuti program Football MBA dari Liverpool. Sayangnya, waktu itu dia yang tak mendapat bantuan pemerintah, tak jadi ikut. Sementara untuk kegiatan FIFA Master ini, ia mendapatkan bantuan dari LPDP Kementrian Keuangan.
Di FIFA Master, Tisha menadapatkan pelajaran intensif di tiga universitas yang digandeng CIES. Dalam perjalanan satu bulan dia mengunjungi De Montfort University di Leicester (Inggris), SDA Bocconi di Milan (Italia), dan Universite de Neuchatel di Neuchatel (Swiss).
Gadis asli Jakarta, 30 Desember 1985 ini, memang berkecimpung hanya pada riset, stastistik, serta proyek keilmuan untuk sepakbola. Dia sendiri secara terang- terangan mengaku tak bermain sepakbola. Tapi, dia pernah menjadi manajer sepakbola dimasa SMA.
“Bisa dibilang, basis market di Indonesia ini sudah jadi sehingga punya step ahead ketimbang negara-negara di Eropa misalnya. Dengan massa yang sudah ada, strategi marketing harus dapat dirombak habis. Yang paling mendasar adalah mengubah sistem marketing tidak lagi ownership, tapi lebih ke partnership,” bebernya.
Untuk sementara apa yang dilakukan olehnya ada pada LabBola. Dia belum berpikir jauh untuk menjadi konsultan klub- klub sepakbola. Menurutnya sepakbola di Indonesia bisa lebih dijual dari pasar sepakbola kawasan Asia khususnya Asia Tenggara.
Fokusnya ada pada liga di 2015. Saat ini, LabBola tengah sibuk melakukan berbagai workshop untuk klub- klub dalam liga. Menurut Sekertaris PT. LI, Tigorshalom Boboy, Tisha dan timnya bisa meningkatkan grade kualitas pengelolaan klub.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky