Biografi Pengusaha Irvan Kolonas

Biografi Irvan Kolonas sang pengusaha muda. Sebelumnya ingin menjadi miliarder orang terkaya. Irvan merasakan apa yang kita impikan. Layaknya anak muda lain mencoba berwirausaha sendiri. Semasa SMA ingin menjadi orang terkaya di Indonesia.
Semua berubah ketika dia menemukan fakta masyarakat. Bukan karena tidak mampu, tetapi Irvan memilih lebih baik. Inilah kisah seorang social entrepreneur. Ia menemukan jiwa kewirausahaan menembus mimpi. Dia ingin membantu orang lain bukan sekedar menjadi kaya raya.
Buku berjudul “Banker to the Poor” karya Muhammad Yunus, sosok Bankir Bangladesh ini mampu menginspirasi perjalanan Irvan. Ia lebih memilih mendalami micro- finance. Bagaimana memberikan kontribus ke masyarakat.
Tujuan utama mencapai profit untuk masyarakat Indonesia. Tulisan tangan M. Yunus, sang pemenang Nobel Peace Prize 2006, sangat berkesan di hati Irvan Kolonas. Biografi Irvan Kolonas, pemuda kelahiran Singapura, 6 Februari 1998, pernah bercita- cita menjadi orang terkaya di Indonesia
Ingin menjadi pengusaha muda terkaya. Berbalik arah memilih mengabdikan ke masyarakat. Irvan ingin membuat kontribus untuk para petani. Dia bukanlah sosok pemuda biasa. Lulusan University of South California, Amerika Serikat, apakah dia mampu turun langsung ke sawah.
Mengambil jurusan Ilmu Politik dan Ekonomi, pulang ke Indonesia malah sibuk mengurusi masalah mikro- finance. Bergabung di Innovative Dynamic Education and Action for Sutainability (IDEAS). Irvan mencoba merubah pola pikir masyarakat kita.
Pengusaha Muda Berisnis mikro

IDEAS meliputi kerja transformasi individu, keluarga, organisasi dan negara, untuk menjadi pelaku micro. Irvan berdiskusi dengan sang ayah, mencari masyarakat dituju. Inspirasi buku milik M. Yunus, dia menemukan bidang agrobisnis, sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.
Ia mencoba melalui caranya sendiri mengajar mimpi barunya. Biografi Irvan Kolonas memilih ide dari ayah. Para petani Lampung menjadi proyek pertama Biografi Irvan Kolonas. Kenapa memilih masyarakat tani Lampung, karena dekat Jakarta.
Dia mulai membuat model yang spesifik mengenai agrobisnis. Anak sulung dari tiga bersaudara ini, mencoba konsep Human Centered Design (HCD). Yang berarti harus turun langsung menjadi petani. Hal pertama dilakukan Irvan adalah membuat catatan interview.
Mulailah dia menulis kesulitan- kesulitan petani. Biografi Irvan Kolonas, dia tidak ragu untuk tidur beralaskan tikar di lantai tanah. Irvan meninggalkan semua kemudahan di Jakarta.
“Jujur saja, awalnya berat. Tapi, saya bertekad melebur dengan kehidupan petani. Kami menyebutnya soak in atau deep dive,” jelas pengusaha yang masih lajang tersebut.
Irvan mencoba mendapatkan penilain paling prespektif. Cerita petani yang kesulitan memberikan pendidikan. Bagaimana sering gagal berproduksi karena faktor tertentu. Atau minimnya pengetahuan tentang bagaimana menabung.
Irvan dan kedua temannya, berhasil untuk mendapatkan profil masalah mereka. Maka, pada Agustus 2013, Irvan mulai mendirikan perusahaan sosial berdasarkan data profil tersebut. Melalui perusahaan bernama Vasham, mereka mencoba menerapkan konsep bisnis micro.
Mereka menawarkan program bernama Konco. Dimana masyarakat mendapatkan pinjaman ringan, berupa perlengkapan pertanian, pelatihan, dan pengawasan. Vasham mengajarkan cara mengakses pasar. Para petani Lampung tidak perlu lagi menjual ke tengkulak.
Irvan juga mengajarkan konsep asuransi bisnis. Menjelaskan kegunaan asuransi untuk menghadapi krisis. Bisnis Vasham memberikan pinjaman ringan, tanpa bunga ke petani Lampung. Biografi Irvan Kolonas, menarapkan konsep kesetaraan ketika menghadapi petani rekan mereka.
Proyek awalan ini mampu menggaet 80 orang petani di lahan 70 hektar. Awal musim pertama, Irvan mendapatkan banyak komplain dari petani. Kritik dan saran ditampung sebagai kendala yang harus dihadapi. Kunci sukses Irvan Kolonas adalah menjadikan mereka mitra.
Memajukan Pertanian Masyarakat
Tidak cuma menampung saran dan kritik petani. Irvan juga menjalankan perbaikan
disemua bidang. Menjadikan petani mitra berdiskus dan juga bekerja.
Sistem bagi hasil meningkatkan pendapatan petani Lampung. Sejak dulu pekerjaan ini memang dirasa tidak menguntungkan.
Perusahaan mendapat untung melalui konsep bagi hasil. Jika petani tidak untung, maka Vasham tidak untung. Tanpa menjual ke tengkulak lebih untung. Vasham siap menanggung resiko itu, maka mereka menanggung pengangkutan sampai penjualan ke pasar.
Kalau petani menjual ke tengkulak, maka petani Lampung dibayar dibawah harga pasar. Di Vasham bertujuan mengarahkan petani menjual fair. Hasil penjualan harus lebih besar dibanding ke tengkulak. Petani juga mendapatkan aneka penyuluhan pertanian dari pihak Vasham.
Penyuluhan mulai dari bercocok tanam, perawatan, dan penjualan.
Penyuluhan tentang harga tebaik di pasaran. Mitra
Vasham akan mendapatkan gambaran komplit tentang apa itu agrobisnis.
Seharian petugas perusahaan akan siap stand by untuk konsultasi atau
bantuan langsung.
Ada sesi latihan bagi para petani Lampung. Mereka diajarkan menjadi pengusaha. Bagaimana siap menghadapi permasalahan dari penananam sampai panen. Akhirnya Vasham memasuki masa panen pada Januari- Februari 2014. Pada musim kedua hasil panen menurun dan perlu perhatian khusus.
Kendala utama karena hujan jarang turun. Inilah kemunculan Vasham diuji. Panen kedua, pada Juli 2014, ini menjadi pelajaran untuk menstabilkan sistem. Pembeda bisnis Irvan adalah perusahaan selalu meningkatkan sistem untuk petani sendiri.
Vasham selalu memperbaiki sistem. Mereka bertujuan meningkatkan produktifitas petani. Bersama pengusaha sosial lain, biografi Irvan Kolonas tidak enggan bertukar ilmu dan saling membantu. Salah satunya adalah program 8Villages, sms platform membantu petani mendapatkan informasi.
Informasi dibagikan ke semua mitra melalui pesan singkat. Tugiman, satu petani binaan, menyebut hasil panen meningkat 30- 40%. Petani asal Kecamatan Metro Kibang, Lampung Timur, mengatakan harga jual panen juga tinggi
Terjun ke dunia argobisnis dia memang pemula. Biografi Irvan Kolonas tidak punya landasan ilmu tentang pertanian. Hanya pengusaha muda yang harus mampu beradaptasi. Bagaimana belajar sesuatu yang baru ke depan.
Begitu sukses di Lampung, dia berniat masuk ke Jawa, menggarap prospek pertanian disitu. Sekarang dia tengah disibukan riset pertanian dulu. Melalukan penelitian bersama tentang tanaman lain, yaitu singkong. Pengusaha Irvan mengaku dirinya ingin konsisten di bisnis agro.
Menjalankan social entrepreneurship 3- 4 tahun, berharap merubah masyarakat Indonesia. Pengusaha sosial tidak perlu memikirkan keuntungan pribadi. Para pengusaha muda dibidang sosial diharapkan makin tumbuh. Bagaimana cara berwirausaha mengangkat derajat masyarakat Indonesia.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky