Profil Pengusaha Buah Pala

Buah pala sudah dikenal sebagai komoditas mahal. Bisnis biji pala seolah menjadi prospek dimasa penjajahan. Sejak abad ke 15, bangsa Eropa telah berkeliling dunia mencari rempat- rempah Buah pala menjadi salah satu idaman bangsa Eropa.
Sekarang kita tidak banyak mendengar nama pala sejak abad 21. Bisnis biji pala sudah ditinggalkan dunia. Komoditas pala ini seolah dikira sepi peminat untuk membeli. Pengusaha sukses lebih memilih komoditas seperti sawit.
Kelapa sawit harga jualnya lebih mahal. Berbisnis minyak sawit lebih laku dibanding bisnis biji pala. Tetapi diantara ketidak pastian ada kesempatan para pengusaha. Bisnis biji pala ternyata bisa menjadi komoditas mahal. Walupun pemasaran sulit kamu harus mencoba karena kita pengusaha.
Bisnis Pala Miliaran
Belajar tentang brand. Dia merubah total strategi bisnis asal lakunya. Belajar entrepreneurship, akhir tahun 2010, Ros menempelkan brand di botol produk. Nama brand Sarila lalu dibawa ke berbagai pameran kewirausahaan.
“Saya terus memerkan produk saya ke masyarakat,” jelas Ros
Dibantu ada 7 orang karyawan dia mampu memproduksi 5000 botol sebulan. Harga jualnya perbotol Rp.10.000, besar keuntungan bersih berbisnis sari buah pala sampai Rp.12 jutaan. Produk sari pala miliknya dipasarkan ke berbagai daerah.
Ros sendiri belum memasarkan sampai ke luar negeri. Namun besar harapannya untuk bisa sampai ke posisi eksportir buah pala.
“Saya sangat berkeinginan untuk ini (ekspor),” tuturnya.
Ia memiliki misi khusus ketika berhasil ekspor, yakni membuka mata dunia kembali tentang sejarah buah pala Maluku.
Cerita bisnis biji pala selanjutnya, dari ketua kelompok tani bernama Dominggus Nones. Dimana bisa menjadi penghasilan besar bagi penduduk Desa Dokulama, Kec. Galela Barat, Kabupaten Halmahera Utara, yang mampu menghasilkan omzet Rp.31,5 miliar.
Tidak kurang 300 ton biji pala dihasilkan per- tahun. Prinsip berbisnis pala menurut Dominggus: Jika pala lokal harga turun, maka pala organik harga tetap. Jika harga pala lokal naik, maka harga pala organik ikutan naik.
Inilah bisnis ala Dominggus yang fokus menggarap buah pala organik. Sudah tergabung 3.505 pertani bergabung dalam kelompok tani Dominggus. Kenapa menghasilkan angka profit yang besar. Karena kesadaran akan nilai organik meningkat di luar negeri.
Sebenarnya bukan sengaja organik, tetapi karena tradisi menanaman pala leluhur. Tidak ada pestisida ataupun pupuk kimia dipakai. Pengolahan juga dilakukan sendiri. Mereka mengolah biji pala secara sederhana. Menjemur biji dan fulinya palai sinar matahari langsung.
Kalau cangkang sudah pecah, diambil biji bagian dalam dan fulinya baru dijual. Ia masih menjual ke tengkulak atau pengepul pala. Alhasil harga tidak pernah pasti, kadang tinggi juga terkadang sangat rendah, sering kali rendah jadi membuat petani pala malas menanam.
Ketika harga rendah petani cuma membiarkan pala membusuk. Berbeda pala biasa, produk organik harga stabil dan laku. Organiknya sudah terserifikat lembaga sertifikasi lembaga di Jakarta. Bertahap Dominggus mulai mengak petani di daerah untuk menanam organik.
Sebelum sukses berjualan, kelompok Dominggu harus lolos sertifikasi kembali. Tidak mudah bagi mereka mendapatkan sertifikasi itu. Beruntung Domiggus berhasil dan mampu menggaet kesepatakan ekspor ke luar negeri.
Biji pala dijual Rp.105 ribu per- kilogram, dengan permintaan 800 ton per- tahun. Ini merupakan pencapaian terbesar. Apalagi jika membayangkan Dominggus hanya lulusan SD. Angka produksi mereka sampai 24,45% pasar nasional, membuktikan kita bahwa prospek buah pala masih ada.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky