Profil Pengusaha Debi Catur Setyobudi

Berburu harimau itu dilarang. Tetapi bagaimana cara bisnis aman kulit harimau. Bagaimana kalau kita coba seperti pengusaha muda satu ini. Namanya Debi Catur Setyobudi, yang mana bisnisnya unik, bagaimana dia bisa jualan kulit harimau aman berikut detailnya.
Bisnis kreatif
Namun tidak semua bisa dicetak semprot. Khusus buat motif harimau Sumatra butuh lukis tangan. Jadilah harganya pantas mahal. Setiap bulan dia mengirim 50- 100 lembar kulit. Kadang bisa melonjak banyak ya kadang juga permintaan sedikit.
Pasar impor
Pria yang cuma lulusan STM Mesin ini. Tidak cuma lokal tetapi juga merambah internasional. Sebuat saja negara Amerika menggemari motif leopard, jaguar, dan zebra miliknya. Untuk motif zebra ada kendala tersendiri nih teman. Karena warna dasarnya harus putih dan kulit seperti itu hanya ada waktu tertentu.
Usut- punya usut ternyata dia pernah belajar kulit. Meskipun singkat tetapi dia bekerja langsung. Dia dulu ikut Lingkungan Industri Kecil (LIK) Magetan. Langsung kerja dipengolahan kulit dari dasar. Ternyata adalah bosnya yang pernah menantang Catur membuat kulit harimau Jawa dan binatang langka lainnya.
Mantan bosnya dapat pesanan entah dari mana. Tapi dia maksa Catur bekerja meski di rumah. Bahkan dia rela memberikan bahan untuk dikerjakan gratis. Sukses membuat sendiri, si bos malah makin rajin buat memberinya proyek sampai ke Bali.
Kendala lain adalah masalah cuaca. Dimana pengeringan masih memakai tenaga matahari. Alhasil pada musim tertentu pemenuhan permintaan bisa dibatasi. Dia cuma dibantu seorang karyawan bernama Tumini yang juga tetangganya. Keduanya mampu memenuhi pesanan seabrek itu hebat bukan.
Harga jual meningkat drastis dibanding jualan kulit sapi polos. Apalagi nih, kalau sudah di kirim ke luar, di pasaran Eropa saja harganya bisa berlipat- lipat. Kulit tanpa motif harganya Rp.15 ribu per- 30 senti, dan kalau sudah bermotif harimau di Eropa harganya bisa Rp.50 ribu per- 30 sentimeter.
Meskipun sudah jadi barang ekspor. Pihak pemerintahan daerah Magetan masih belum sadar. Keberadaan bisnisnya tidak disadari. Walau kebutuhan modal tidak mendesak. Ia masih merasa bisnisnya ini butuh promosi terutama ke daerah lain diluar jangkauannya sekarang. “Atau pembinaan kualitas kerajinan saya.”
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky