Profil Pengusaha Ratna Apriyanto dan Khemal Nugroho

Menjadi pengusaha tengah digalangkan akademisi kampus. Banyak mahasiswa berlomba mengeluarkan produk inovatif. Salah satunya sepasang mahasiswa ini, Ratna Apriyati (24) dan Khemal Nugroho (24) adalah contoh. Mereka pengusaha minuman jus sehat yang sudah berproduksi 1.000 botol per- hari.
Mereka menggunakan bahan mangga gincu lantaran manisnya khas. Perhitungan bahwa orang cenderung untuk membuat jus sendiri jadi pilihan. Meskipun pasar sesak keduanya optimis mampu mengambi celah diantara padatnya bisnis jus buah.
Ratna dan Khemal menawarkan kemasan modern. Menurut keduanya mangga gincu memiliki kualitas yang super. Grade A merupakan mangga yang diekspor ke luar negeri. Grade A- B untuk pasar supermarket, dan terakhir mangga gincu Grade C untuk pasa tradisional.
Bisnis mepet
Keduanya sepakat menggunakan Grade C. Apalagi kalau bukan harganya lebih murah. Walaupun begitu itu rasanya enak buat makan. Lulusan Teknolgi dan Industri Pangan Universitas Padjajaran Bandung ini, dapat stok mangga dari petani asal Cirebon, Jawa Barat.
Mereka ambil mangga tersebut, kemudian mereka olah menjadi puree dan slush. Beda dengan jus buah yang biasanya. Jenis puree dan slush lebih pekat dan padat. Agar jadi lebih enak, keduanya memasukan potongan jelly di dalamnya.
Cara mereka menjajakan awalnya yakni datang ke kampus mereka. Mereka menjajakan itu ke teman- teman mereka sendiri. Tidak butuh waktu lama mereka mendapatkan tanggapan baik. Keduanya sepakat buat meningkatkan produksi dan memperluas pasar. Mereka kemudian menyasar pasar kelas menengah atas.
“ekarang banyak kelas menengah menjalankan pola hidup sehat. Makanya, kami keluarkan produk kemasan premium,” ujar Ratna.
Harganya bervariasi dari Rp.7.500- 25.000 tiap kemasan. Margin untung mencapai 100% dari bahan yang mereka olah. Ada beberapa tahan sebelum memproduksi. Pertama apalagi kalau bukan menyortir bahan mangga terbaik. Kini, dengan beberapa pegawai, mereka akan menyortirkan mangga terbaik dari yang terbaik.
Mangga lantas dipotong dan dihancurkan dengan mesin. Setelah hancur memasuki tahap yang mereka sebut tahapan pasteurisasi. Tahapan tersebut merubah mangga menjadi puree yang bahkan bisa tahan lama sampai setahun. Tahapan selanjutnya adalah dikemas kemasan plastik, botol plastik, dan toples plastik.
Si kemasan menjadi penentu harga jualnya. Semakin bagus kemasan semakin tinggi harga. Awalan mereka memproduksi maksimal 1- 3 kilogram buah mangga per- minggu. Kini keduanya membuat 8 ton buah mangga untuk enam bulan.
Kapasitas produksinya 1000 kemasan setiap hari. Sekarang mereka dibantu 8 orang karyawan, dimana rumah produksi Fruters di kawasan kampus Unpad Jatinangor, Jawa Barat. Ratna mengatakan juga bahwa mereka juga mendapatkan dukungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM).
Kendala ialah mereka kadang sukar mendapatkan manggu gincu. Terkadang bahkan tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Mereka juga mencoba membuat variasi lain dengan buah lain.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky