
Tak heran jika pada 21 April 2008 lalu, wanita berusia 56 tahun ini terpilih satu dari 100 wanita terinspiratif oleh majalah Kartini edisi khusus. Bahkan, sepak terjangnya dalam kancah birokrasi nasional, namanya disejajarkan dengan Ibu Ani Yudhoyono, Marie Eka Pangestu, Sri Mulyani, G.K.R. Hemas, dan lain-lain.
Pada tahun sebelumnya, Siti Nurbaya juga termasuk The 99 Most Powerful Women in Indonesia 2007 bersama mantan Presiden RI ke-4 Megawati Soekarno Putri, Ani Yudhoyono, dan Sri Mulyani oleh majalah Globe Asia edisi Oktober 2007.
Lama berkecimpung di pentas nasional, Siti Nurbaya selalu merasa memiliki hubungan erat dengan Provinsi Lampung. Ikatan emosional itu bukan lantaran ia menjadi birokrat di Pemprov Lampung sekitar 20 tahun, melainkan juga kepiawaiannya menduduki sejumlah jabatan dalam organisasi kepemudaan di Lampung.
Kecintaan perempuan kelahiran Jakarta, 28 Agustus 1956, itu pada Sai Bumi Ruwa Jurai menjadikan mantan sekjen Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) itu akan ikut meramaikan perpolitikan daerah dengan mencalonkan diri sebagai gubernur Lampung periode mendatang.
Hal itu diutarakannya saat menjadi pembicara dalam diskusi bantuan hukum dan pemberdayaan hukum berbasis masyarakat yang digelar di Sesat Agung, Gunungsugih, Lampung Tengah, Sabtu (29-12) lalu.
Kendati gambar mantan kepala Bappeda Provinsi Lampung itu banyak terpampang di sejumlah sudut-sudut kota dan desa, ia mengaku masih wait and see untuk menjadi orang nomor satu di Lampung.
Wanita murah senyum ini mengaku masih menunggu dua hal. Pertama, perubahan UU tentang pencalonan dan pemilihan kepala daerah hingga kini masih digodok DPR. Kedua, mantan ketua KNPI Lampung ini masih melihat sejauh mana masyarakat dan politisi membutuhkan dirinya untuk perbaikan dan pembangunan Lampung ke depan. “Tapi, saya akan maju dengan perahu politik. Namun, sampai saat ini saya belum membuat tim,” kata dia, waktu itu.
Di kancah politik, peraih penghargaan PNS Teladan Nasional 2004 dari Presiden RI itu pernah diadang beragam konflik hingga gempa politik yang menguncang Lampung. Namun, badai itu ternyata mampu memilah mana loyang dan mana besi. Hingga sampai saat ini, perempuan kuat itu mampu menghadang semua rintangan dan tak sejengkal pun mundur melangkah.
Lampung, kata dia, memiliki kekayaan nilai dan dinamika sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang harus mampu mengangkat dan menginspirasi masyarakat tumbuh dan berkembang secara dinamis dan sehat.
Oleh sebab itu, kata dia, setiap elemen kekuasaan dan pemerintahan harus mempertimbangkan visi yang tepat dan jitu dalam menerapkan kebijakan. Dengan begitu, kondisi yang ada tidak menggerus apa pun yang menjadi potensi dan kekuatan lokal.
Hebatnya lagi, mantan kepala Biro Perencanaan Kemendagri itu tidak pernah sungkan dan bosan bila diajak berdiskusi atau berdebat. Bahkan, perempuan yang biasa dipanggil Kak Baya ini mampu membuat orang yang menjadi lawan diskusinya mampu tertular kepintarannya. Istri Rusli Rahman (61) ini pun mampu bekerja selama 24 jam penuh dengan istirahat hanya beberapa menit saja.
Tak heran jika ibu dari Meitra Mivida (31) dan Ananda Thopati (29) ini mampu merampungkan sembilan tugas internasionalnya. Pada 2008, alumnus Internasional Institute for Aerospace Survey and Earth Science (ITC) Enschede, Belanda, ini dipercaya sebagai anggota delegasi RI pada konferensi IV World Islamic Economic Forum Kuwait. Dari sana, dia terbang lagi ke Jenewa untuk mempresentasikan ihwal DPD RI di sekretaris jenderal Internasional Parliamentary Union (IPU), Swiss.
Bahkan, tahun sebelumnya, 2007, Siti Nurbaya harus mondar-mandir di Benua Asia dan timur jauh sebagai anggota delegasi bilateral Mesir, anggota bilateral Uni Emirat Arab, konferensi internasional perubahan iklim Bali, konferensi IPU Bali, studi banding parlemen, dan pembangunan ekonomi daerah Jepang di Tokyo dan Kyoto.
Tidak hanya piawai dalam menata ruang dalam suatu daerah, Siti Nurbaya juga mahir dalam menata dan mengelola pariwisata daerah. Untuk masalah tata ruang, dia bahkan sampai belajar ke Sigen, Jerman.
Bukan itu saja, perempuan yang hobi melukis, puisi, dan sangat suka mengamati perkembangan bahasa ini juga sampai belajar ke Singapura untuk penataan sistem pelabuhan.
Perempuan Harus Cerdas
SIAPA tidak kenal dengan sosok Siti Nurbaya, sekretaris jenderal DPD RI. Di kancah birokasi nasional, dia dijuluki birokrat senior dengan segudang pengetahuan dan pengalaman. Bahkan, mantan sekjen Depdagri ini malang melintang di berbagai seminar, diskusi, talkshow, dan perdebatan politik lainnya. Hal itu tidak lain karena kepiawaiannya dalam berorganisasi plus kecerdasannya dalam berpikir.
Di kancah politik Provinsi Lampung, Siti Nurbaya memang digadang-gadang maju dalam Pilgub Lampung mendatang. Namun, dia mengaku masih melihat situasi dan kondisi untuk bertarung memperebutkan kursi orang nomor satu di Sai Bumi Ruwa Jurai.
Ketika ditemui usai Seminar Bantuan Hukum dan Pemberdayaan Hukum Berbasis Masyarakat sekaligus deklarasi paralegal dan kantor Bantuan Hukum Lampung Perwakilan Lampung Tengah, di Sesat Agung, Gunungsugih, Sabtu (29-12), mantan ketua Bappeda Lampung ini mengaku masih menunggu dua hal.
Pertama, perubahan UU tentang pencalonan dan pemilihan kepala daerah hingga kini masih digodok DPR. Kedua, mantan ketua KNPI Lampung ini masih bertanya-tanya sejauh mana masyarakat dan politisi membutuhkan dirinya untuk perbaikan dan pembangunan Lampung ke depan.
Sekalipun ada keinginan maju dalam Pilgub Lampung, ibu dua anak itu mengaku belum memastikannya. Dia pun belum dapat menyebutkan partai-partai mana yang sudah mendukungnya, termasuk parpol mana yang telah menjalin komunikasi dengan dirinya.
Dalam kegiatannya di Lampung Tengah beberapa hari lalu, dia hanya mengatakan perempuan Lampung, khususnya, Indonesia harus cerdas dan maju agar bisa berperan dalam pembangunan. Mereka cerdas agar tahu hak dan kewajibannya dalam proses pembangunan.
Kemajuan serta perkembangan zaman yang menuntut perempuan Indonesia harus maju dan berani menghadapi dunia luar. Siti Nurbaya mengakui perempuan Indonesia sudah lebih maju, baik dari cara berpikir maupun pola tingkah laku.
Bahkan, kesetaraan gender yang sering disuarakan oleh para kaum perempuan sudah mulai terealisasi, mengingat banyak posisi yang biasanya ditempati oleh para laki-laki, tetapi sekarang juga telah ditempati oleh para perempuan Indonesia, baik di birokrat, legislatif, maupun pucuk pimpinan organisasi ataupun institusi.
Dia mengatakan seluruh masyarakat wajib mendapat perlindungan hukum karena hukum menjamin hak akses untuk keadilan. “Setiap warga negara harus sama dalam hukum yang dilakukan atas kesadaran dalam tindakan hukum,” kata Siti Nurbaya.
Menjadi Bagian Komunitas PNS yang Baik
BERBAGAI penghargaan telah diraih Siti Nurbaya. Ada penghargaan Satyalancana Karya Satya, Satyalancana Wirakarya, PNS Teladan Nasional, dan lain-lain. Lalu, apa arti penghargaan Bintang Jasa Utama kali ini?
Bintang Jasa Utama merupakan pengakuan dan penghargaan dari negara kepada seorang yang dinilai telah bekerja keras dalam bidang tertentu dalam rangka berbuat bagi keselamatan, kemajuan, dan kesejahteraan bangsa dan negara.
Penghargaan ini diperoleh terkait bidang tugasnya selama ini, yaitu sebagai birokrat yang bekerja dalam pengembangan konsolidasi dan penataan sistem politik dalam negeri untuk membangun ketatanegaraan dan untuk kesejahteraan.
Anda sudah menduduki posisi tertinggi di birokrasi. Lalu, apa yang dirasakan masih kurang?
Saya memikirkan bahwa cita-cita kita untuk memiliki dan menjadi bagian dari komunitas PNS yang baik belum tercapai. Sebab, nasib PNS masih relatif sulit. Dipengaruhi politik. Sering menjadi kambing hitam penyimpangan seperti korupsi atau sering diombang-ambingkan dengan ancaman mutasi dalam waktu singkat. Seorang dalam pilihan sulit dan sebagainya. Itulah yang terus kami perjuangkan.
Ia menceritakan sejak awal bekerja di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, tahun 1998, ada riwayatnya. Ketika ia pindah dari kantor gubernur Lampung lalu ke Kementerian Dalam Negeri sebagai kepala Biro Perencanaan. Saat itu, Mei 1998, situasi sangat berat. Selanjutnya, membangun sistem politik konsolidasi politik sampai Pemilu 2004, termasuk sistem pemerintahan daerah.
Iya, termasuk mengembangkan sistem dan kelembagaan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia?
Saya masuk ke DPD RI sebagai sekretaris jenderal pertama. Dengan demikian, saya berkewajiban untuk memberikan dedikasi tinggi untuk membangun sistem dan kelembagan DPD yang baik melalui sistem dukungan yang baik, dalam hal administratif, teknis prosedur, serta keahlian dan jaringan kerja.
Apa beda pelaksanaan tugas pada jabatan puncak PNS di eksekutif saat sebagai sekjen Kemendagri dan jabatan puncak di legislatif sebagai sekjen DPD RI?
Memang sangat berbeda. Sebab, DPD lembaga legislatif, sedangkan dulu saya bekerja di lembaga eksekutif, yaitu di Kemendagri selama delapan tahun dan di Pemda Provinsi Lampung sekitar 20 tahun. Menjadi birokrat di lembaga legislatif sampai sekarang telah saya jalani hampir lima tahun. Visi pelayanannya berbeda dengan birokrat eksekutif. Dalam birokrasi eksekutif, pelayanan langsung kepada masyarakat. Dalam hal ini, ketika saya di Pemda juga berbeda dengan ketika saya di Kemendagri. Di Kemendagri kebanyakan tugas adalah membangun sistem dan standar serta membantu supervisi kepada daerah-daerah atas berbagai persoalan.
Sementara di lembaga Dewan seperti DPD kebanyakan tugasnya menjaga prosedur kerja lembaga dan anggota Dewan untuk berstandar konstitusional serta berstandar tata kerja atau prosedur berpemerintahan. Sebagai sosok birokrasi parlemen harus lebih menguasai seluruh prosedur berpemerintahan.
Jadi, di DPD, lebih berat dalam pemikiran tetapi lebih ringan dalam kerja operasional?
Betul. Di DPD RI pekerjaannya lebih banyak berpikir dan mencari terobosan baru. Sedangkan untuk prosedur pemerintahan, karena saya eks sekjen kemendagri tentu lebih mudah memahami dan juga banyak mengetahui tugas-tugas dan prosedur pemerintahan. Tak sulit bagi saya untuk menjaga akurasi prosedur kerja lembaga dan anggota Dewan.
BIODATA
Nama : Dr. Ir. Siti Nurbaya, M.Sc.
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 28 Agustus 1956
Agama : Islam
Jabatan dan pangkat: Sekjen DPD RI/Pembina Utama (IV/e) dan pengajar Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPS-IPB)
Alamat: Jalan Mampang Prapatan XIV 9, Jakarta Selatan
Pendidikan:
– SD Muhammadiyah III Matraman, Jakarta, 1968
– SMPN 50 Slamet Riyadi, Jakarta, 1971
– SMAN 8 Bukitduri, Jakarta, 1974
– Institut Pertanian Bogor, 1979
– S-2 dan S-3 IPB, kolaborasi dengan Siegen University Jerman, 1998
Penghargaan:
– 100 Wanita Terinspirasi 2008 Majalah Kartini Edisi Khusus, 21 April 2008
– The 99 Most Powerful Women in Indonesia 2007, Majalah Globe Asia, Oktober 2007
– PNS Teladan Nasional dari Presiden RI 2004.
– Peserta terbaik II Spamen 1995, LAN RI, dll.
Sumber: Inspirasi, Lampung Post, Rabu, 2 Januari 2013
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky