
MATEMATIKA dan seni dua hal berbeda yang bertolak belakang. Matematika sebagai ilmu pasti yang berpegang pada logika dan seni mengandalkan imajinasi. Namun, Nurdin Darsan memadukan dua hal itu dalam kehidupannya.
Guru Matematika di SMPN 22 Bandar Lampung ini juga mengajarkan kesenian kepada murid-muridnya. Dia mengajarkan pendidikan formal juga harus didukung dengan keindahan seni sebagai pembentuk karakter anak-anak didiknya.
?Seni akan membentuk karakter para pelajar. Pembentukan karakter di sekolah akan memberikan pengaruh pada karakter bangsa ketika nanti mereka menjadi pemimpin. Seni membuat mereka lebih lembut dan mandiri,? kata Nurdin.
Pada jam sekolah, pria kelahiran Lampung Barat 52 tahun lalu ini mengajarkan hitung-hitungan matematika. Peran itu berganti jika jam sekolah usai. Dia membimbing ekstrakurikuler kesenian sekolah yang berada di Jalan Z.A. Pagaralam ini.
Seni yang diajarkan lebih pada kesenian tradisional Lampung, misalnya tari, alat musik tradisi, dan sastra lisan Lampung. Nurdin menjadi salah satu orang asli Lampung yang memiliki kemampuan sastra lisan, yang sudah jarang terdengar.
Tidak sedikit siswa yang dibimbingnya untuk kegiatan kesenian, sebanyak 180-an siswa. Mereka dikolaborasikan untuk bisa menari, memainkan alat musik, dan berdendang atau berpantun dalam bahasa Lampung. Bahkan ada beberapa siswa yang sudah mahir dengan alat musik dan sastra lisan Lampung. Padahal mereka bukan dari suku Lampung.
?Untuk melantunkan sastra lisan, seperti muwaya atau bubandung, memang tidak harus orang yang sudah pandai bahasa Lampung. Saya pilih mereka yang pandai mengaji. Biasanya siswa yang pandai mengaji suara bagus dan bisa berdendang,? kata dia.
Bimbingan Nurdin ini mengantarkan prestasi di bidang kesenian. Kolaborasi antara musik tradisi, sastra lisan, dan tarian kontemporer yang dibawakan siswa SMPN 22 Bandar Lampung menuai banyak prestasi. Sastra lisan menjadi pengantar untuk menerangkan pesan dalam tarian.
Hasilnya, ratusan piala dari berbagai lomba kesenian yang dipersembahkan ke sekolah. Bahkan, untuk menampung semua piala ini, sekolah harus menyiapkan hingga dua lemari besar.
Untuk tingkat Kota Bandar Lampung dan Provinsi Lampung, ekstrakurikuler seni sudah mengharumkan nama sekolah. Misalnya juara I lomba musik tradisi di Hotel Sheraton tahun 2011, juara I dalam lomba pada kegiatan Begawi Bandar Lampung, juara III dalam Festival Krakatau. Pencapaian tertinggi adalah masuk 10 besar pada Pekan Lomba Siswa Nasional tahun 2010.
Kemampuan Nurdin dalam seni tradisi Lampung dibentuk saat dia tumbuh di Lampung Barat. Lingkungan yang membentuknya sehingga punya kemampuan sastra lisan dan memainkan musik tradisi. Bahkan, saat masih remaja, dia dipercaya untuk memimpin pertunjukan kesenian, tari, musik, dan sastra lisan, di Lampung Barat. Pertunjukan itu sukses.
Diterima menjadi pengajar di SMPN 22 Bandar Lampung, Nurdin yang memiliki latar belakang ilmu matemetika adalah pengajar ilmu eksak. Namun, kecintaannya kepada seni sejak kecil mendorongnya untuk membentuk ekskul seni di sekolah. Mengajarkan kesenian ini didasari atas tanggung jawab untuk melestarikan seni tradisi yang hampir punah dan jarang sekali ditemui di perkotaan.
?Selama ini tidak ada orang yang mengajarkan kesenian secara khusus. Akhirnya saya putuskan untuk mengajarkan seni tradisi di luar jam sekolah,? kata lulusan D-3 Matematika Unila ini.
Awalnya hanya sedikit murid yang berminat untuk mempelajari seni tradisi. Namun, seiring dengan prestasi yang sudah diraih, kini ekskul seni memiliki peminat yang paling besar di sekolah. Hanya ekskul seni yang anggotanya ratusan siswa.
Menurutnya, siswa pun makin percaya diri karena memiliki kemampuan di bidang seni.
Kemampuan ini juga mendukung kemandirian mereka. Siswa bisa mendapat pemasukan sendiri setelah diundang tampil di berbagai kegiatan seni dan budaya.
?Kini siswa tidak malu lagi dengan seni tradisi. Mereka pun bangga memainkan alat musik tradisi dan bertutur lewat sastra lisan Lampung,? kata lulusan sarjana psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung ini.
Baru-baru ini, Nurdin mendapat tanggung jawab baru untuk melestarikan permainan tradisional Lampung. Dia diundang sebagai pembicara sekaligus peserta dalam pertemuan permainan tradisional secara nasional di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
Dia menyampaikan materi soal permainan tradisional Lampung, gudang-gundangan, yang sudah lama hilang.
Menurutnya, banyak sekali permainan tradisional di Lampung yang sudah punah dan tidak pernah dimainkan lagi. Hanya orang-orang tua yang masih menyimpan permainan tradisional pada masa kanak-kanak. Generasi saat ini tidak mengenal lagi permainan tradisional karena disibukkan dengan game modern.
Nurdin pun bercita-cita membentuk komunitas permainan permainan tradisional di Lampung. Permainan tradisional dipercaya memberikan manfaat yang besar bagi anak-anak. Permainan melatih kerja sama tim, menguatkan fisik, berhitung cepat, dan sosialisasi. Kita tunggu langkah Nurdin selanjutnya untuk melestarikan permainan tradisional Lampung. (PADLI RAMDAN/M-1)
Sumber: Lentera, Lampung Post, Minggu, 22 Desember 2012
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky