BAGAI oasis, prestasi Irfan Haris, pelajar asal SMAN 1 Pringsewu yang meraih medali emas pada pada Olimpiade Biologi Internasional, menyejukkan Lampung. Di tengah kondisi Sai Bumi Ruwa Jurai yang carut-marut, mulai dari infrastruktur hingga sengketa pilkada, ia memberi sinar di tengah kegelapan.

Irfan Haris (LAMPUNG POST/HENDRIVAN)
Prestasi bocah udik itu sangat membanggakan. Betapa tidak, dia menempati urutan ke-6 dari 233 peserta yang berasal dari 60 negara. Irfan menempati posisi tertinggi dari empat utusan asal Indonesia. Selain Irfan, tiga rekan lainnya, yakni Harun Reza Sugito dari SMAK 1 BPK Penabur Jakarta, juga memperoleh medali emas pada urutan ke-10. Kemudian, Danang Crysnanto dari SMAN 1 Wonogiri meraih medali perunggu. Thoriq Salafi, siswa MAN Insan Cendekia Tangerang, meraih medali perunggu.
Prestasi membanggakan tersebut tidak diraih dengan mudah, tetapi membutuhkan proses dan perjuangan panjang. Untuk mengetahui bagaimana perjuangan Irfan Haris meraih prestasi tersebut, wartawan Lampung Post Sri Wahyuni bersama fotografer Hendrivan Gumala mewawancarai Irfan di Hotel Kurnia 2, Rabu (21-7) malam. Berikut petikannya wawancaranya.
Bagaimana proses hingga Anda meraih prestasi ini?
Saya mulai mengikuti olimpiade sejak duduk di bangku SD. Pada 2004 di Riau saya mengikuti OSN (olimpiade sains nasional). Itu terus berlanjut sampai saya duduk di bangku SMP. Saya mengikuti International Junior Science Olympiad (IJSO) tahun 2007 di Taipe, Taiwan. Alhamdulillah, saya dapat medali perak. Kelas X saya mengikuti OSN di Makassar pada 2008. Alhamdulillah, dapat medali perak. Pada 2009 saya mengikuti IBO di Tsukuba, Jepang, dan alhamdulillah dapat medali perak. Pada 2009 lagi saya mengikuti OSN, dapat medali emas. Yang terakhir ini (medali emas dari IBO ke-21 Changwon, Korea Selatan, 10—18 Juli).
Kenapa Anda memilih biologi?
Yang pertama, minat saya adalah ilmu hayati. Yang kedua, karena biologi itu mencakup ilmu-ilmu lain. Jadi, dalam biologi kita menggunakan matematika, fisika, kimia. Intinya, biologi itu luas dan ilmu lain diterapkan dalam biologi. Aplikasi biologi dalam kehidupan juga sangat luas.
Bagaimana perjuangan Anda di Korea hingga meraih emas?
Untuk yang di Korea sebenarnya sudah dipersiapkan selama lima minggu di Bandung, yakni di ITB. Ya, memang ada rasa waswas juga karena ini yang kedua, terus dituntut untuk lebih baik. Jadi, saya berusaha untuk bisa tenang agar bisa mengerjakan soal dan tes praktikum dengan baik dan tidak grogi. Alhamdulillah, hasilnya cukup baik.
Ada tiga macam tes yang harus dikerjakan, yakni praktikum dan teori. Tes teori ada dua macam, yakni teori A dan teori B. Teori A terdiri dari soal pilihan ganda dan teori B isian singkat. Practicle test atau tes praktikum ada empat lab, pertama anatomi dan fisiologi hewan (membedah laba-laba), sistematika hewan dan tumbuhan, ekologi, yang keempat biologi molekuler dan genetika. Masing-masing waktunya 90 menit dan rata-rata nilainya 50, sehingga total nilainya 200 untuk praktikum. Lalu, untuk teori ada teori A dan teori B, masing-masing nilainya 50 juga. Kemudian, semua nilai yang kami peroleh digabungkan. Jadilah nilai akhir.
Soal yang dihadapi dalam bahasa Inggris. Artinya, selain menguasai biologi, Anda juga dituntut menguasai bahasa internasional dengan baik. Bagaimana memahami soalnya agar bisa dijawab dengan baik?
Saya belajar bahasa Inggris sejak di bangku SD. Kebetulan ibu saya, Bariah, guru bahasa Inggris, jadi sangat membantu. Kebetulan buku biologi yang saya baca berbahasa Inggris. Jadi, saya sudah terbiasa dengan istilah-istilah penting dalam biologi yang berbahasa Inggris.
Apa yang menginspirasi Anda sehingga mau belajar keras dan mencapai prestasi puncak seperti saat ini?
Sebenarnya keseharian saya biasa-biasa saja. Waktunya belajar, saya belajar; waktunya bermain, saya bermain. Namun, ada waktu tertentu yang saya gunakan untuk belajar, biasanya sehabis isya, pukul 19.00 hingga 22.00 saya benar-benar belajar. Belajar rutin itu sangat membantu.
Belajar yang intensif yakni saat karantina, selama lima minggu. Selama di karantina saya belajar dari pukul 07.00 hingga pukul 17.00 bersama dosen. Malamnya, pukul 21.00, saya bersama asisten dosen mengerjakan soal. Praktikumnya dua hari dalam seminggu, teori tiga hari, dan Sabtu kami tes.
Dibandingkan dengan anak-anak negara lain, bagaimana potensi anak-anak Indonesia, Lampung khususnya?
Karena metode pelatihan dan persiapan mereka lain (berbeda) dengan kita, prestasi mereka (anak-anak China) lebih baik dibandingkan dengan anak-anak Indonesia. Tapi, bila dibandingkan dengan negara-negara lain, Eropa dan Amerika Selatan misalnya, Indonesia lebih bagus. Kita sebenarnya juga mempunyai sistem perekrutan peserta OSN yang sudah terorganisasi dengan baik. Mungkin pelatihannya yang masih kurang jika dibandingkan dengan China.
Menurut Anda, apa yang harus dibenahi pada olimpiade agar prestasi kita lebih baik?
Mulai dari seleksi, mungkin harus lebih selektif. Pembinaan juga harus lebih intensif dan komprehensif. Siswanya juga harus termotivasi dari dalam dirinya sendiri untuk meraih prestasi terbaik. Sebab, dasarnya motivasi yakni dari dalam diri. Kalau tidak ada motivasi, susah untuk meraih prestasi tertinggi.
IRFAN Haris, putra sulung dari empat bersaudara pasangan Hariyadi (PNS di dinas pertanian) dan Bariah (guru bahasa Inggris), terobsesi menjadi seorang dokter. Beasiswa dari Depdiknas dari S-1, S-2, hingga S-3 akan dia manfaatkan untuk mewujudkan cita-cita mulianya tersebut.
“Saya ingin melanjutkan ke UI, ITB atau UGM. Untuk (Fakultas) Kedokteran, mungkin saya akan memilih UGM atau UI. Namun jika tidak, saya memilih menjadi ahli biologi dan memilih kuliah di ITB,” kata Irfan sambil tersenyum manis.
Pemuda pendiam dan cerdas ini mengaku memiliki IQ 137 poin. Namun, karena sejak kecil dia terus didukung oleh ayah ibunya untuk memberikan yang terbaik, prestasinya terus bersinar. Selain rajin belajar, Irfan juga dikenal rajin beribadah. Bahkan, hingga saat ini dia tidak pernah melewatkan waktu selepas magrib hingga menjelang isya untuk mengaji.
Siswa kelas XII SMAN 1 Pringsewu tersebut harus terus belajar dan bekerja keras. Seusai mengikuti IBO ke-21 di Changwon, Korea Selatan, dia harus bergabung dengan tim OSN Provinsi Lampung untuk mengikuti OSN di Medan awal Agustus mendatang untuk cabang kimia. “Mohon doanya agar sukses,” kata dia merendah.
Menurut Irfan, kedua orang tuanya sangat mendukung kesuksesannya. Sejak dia duduk di bangku SD, dia diarahkan untuk rajin membaca. Kalau akan ulangan, ia ditemani orang tuanya berlatih mengerjakan soal. Jadi, perhatian dari orang tua itu sangat membantu agar kita bisa meraih prestasi terbaik.
Menurut Irfan, bibit unggul dari seluruh Lampung cukup banyak. Bahkan, dari 19 peserta OSN Lampung tahun ini di Medan, 16 di antaranya berasal dari luar Bandar Lampung. Ini berarti, hanya tiga siswa asal Bandar Lampung yang berpartisipasi pada ajang ini.
Irfan mengatakan kondisi Pringsewu yang kondusif untuk belajarlah yang membuatnya tetap bertahan di kota kecil itu. “Sebenarnya ada tawaran untuk sekolah di Bandar Lampung, bahkan di Jakarta. Namun, Pringsewu menurut saya jauh lebih kondusif untuk belajar karena belum banyak gangguan,” kata dia.
Meskipun sangat cerdas dan mampu meraih medali pada setiap olimpiade, Irfan mengaku kesulitan pada mata pelajaran olahraga dan kesenian. “Jadi, otak kanan saya kurang digali optimal,” kata dia.
Untuk mengejar ketertinggalan pelajaran, Irfan selalu mendapat bahan pelajaran dan ulangan harian yang dikirim via e-mail oleh para guru. Menurut Kepala SMAN 1 Pringsewu Syamsir Kasim, meskipun sering meninggalkan sekolah, prestasi Irfan sangat membanggakan. (SRI WAHYUNI/M-1)
BIODATA
Nama : Irfan Haris
Kelahiran : Sidodadi, 21 Februari 1993
Nama ayah : Hariyadi
Nama ibu : Basiah, S.Pd.
Nama adik :
1. Bina Rizka Maulida
2. Lutfia Rahmah
3. Husnabillah Hanum
Alamat : Jalan Sabalama No. 1215 Pringsewu Selatan, Pringsewu.
Pendidikan:
– SDN 1 Pringsewu (2005)
– SMPN 1 Pringsewu (2008)
– SMAN 1 Pringsewu kelas XII
Prestasi:
– medali perunggu Olimpiade Sains Nasional III bidang IPA tingkat SD di Pekanbaru, Riau 2004.
– juara III Lomba Cepat Tepat Matematika dan IPA SMP se-Kabupaten Tanggamus, 2007
Sumber:
Wawancara, Lampung Post, Minggu, 25 Juli 2010
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky