
Iswadi Pratama lahir 8 April 1971 di Tanjungkarang, Bandarlampung. Dia anak kelima dari enam bersaudara. Masa sekolah Iswadi diselesaikan di Bandarlampung. Dia menamatkan pendidikan sekolah dasarnya tahun 1984, sekolah lanjutan tingkat pertamanya tahun 1987, sekolah lanjutan atas tahun 1990. Setamat sekolah menengah atas, Iswadi Pratama meneruskan kuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung dan selesai tahun 1996.
Iswadi Pratama, mulai menulis dan suka membaca buku-buku karya sastra sejak kelas lima sekolah dasar. Kala itu, dalam suatu kesempatan ia pernah dimarahi ibunya karena tidak menjalankan tugas memasak untuk makan keluarga. Dia lebih asyik dengan buku-buku sastra—sampai terciptalah penggalan kalimat “Bunga tumbuh di halaman layu di hatiku.” Hal itulah, pemicu baginya untuk lebih banyak belajar.
Selama kuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, Iswadi Pratama aktif diberbagai organisasi kemahasiswaan di antaranya, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI pada tahun 1992, Unit Kegiatan Mahasiswa Bahasa dan Seni (UKMBS) pada tahun 1993, dan sebagai anggota pada Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pada tahun 1994.
Iswadi Pratama menikah dengan Imas Sobariah, rekannya yang yang juga penggiat seni. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai satu orang putri, yaitu Rarai Masal Soca Wening Ati.
Iswadi Pratama adalah seniman yang menekuni dua bidang seni sekaligus, yaitu sastra dan teater. Ini memungkinkan Iswadi untuk menghindari dari kejenuhan berkreativitas. Jika sedang jenuh menulis sastra, dia bisa mengekspolarasi ide-idenya ke dalam teater. Begitu juga sebaliknya.
Selain menekuni dua bidang tersebut, Iswadi juga pernah menekuni dunia jurnalistik. Pada tahun 1996, ia pernah menjadi asisten redaktur seni-budaya di harian surat kabar Lampung Post. Pekerjaan itu dilepasnya pada tahun 1998. Kemudian pada tahun 1998, ia ikut mendirikan Sumatera Post. Setahun, ia memutuskan keluar dari Sumatera Post dan kembali bekerja pada Lampung Post hingga tahun 2003, sebagai redaktur.
Selain itu, ia pernah bekerja sebagai editor penerbit KATA-KITA, sebuah majalah terbitan Jakarta. Ia juga pernah menjadi redaktur tabloid Sapu Lidi dibawah naungan Koak (Komite Anti Korupsi)—yang didirikannya sejak tahun 1998—dan redaktur artistik Teater Satu hingga sekarang.
Karya Iswadi Pratama, selama tahun 1993 sampai 1996 dipublikasikan di berbagai media tanah air diantaranya, Republika, Media Indonesia, Horison, Koran Tempo, Kompas, Lampung Post, Jurnal Puisi, Swadesi, Serambi Indonesia, dan Teknokrat, surat kabar mingguan Salam. Berkat prestasinya yang cukup gemilang, ia pernah diundang pada acara Refleksi Kemerdekaan di Solo pada tahun 1995, diundang DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) mengikuti Mimbar Penyair Abad 21 di TIM Jakarta (1996), temu penyair se-Sumatra di Jambi, di samping pertemuan teater di berbagai kota di tanah air.
Selain menulis, ia pun banyak mengikuti perlombaan, di antaranya lomba baca puisi dan teater. Pada tahun 1990, ia mendapat pemenang I baca puisi dan pemenang II cipta puisi. Pada tahun 1991, ia dua kali pemenang I baca puisi. Pada tahun 1992, ia dua kali menjadi pemenang I baca puisi. Ia mengantarkan Teater Api menjadi pemenang III lomba teater.
Prestasi terbesar yang pernah diraihnya pernah menjadi nominasi 10 besar lomba puisi kemerdekaan di stasiun televisi swasta (AN-Teve). Penyair-cum jurnalis di Lampung Post ini pernah mementaskan drama yang diilhami dari puisi-puisinya, diantaranya ”Nostalgia Sebuah Kota”. Sebagai penulis naskah dan sutradara, Iswadi pantas diacungi jempol, karyanya ”Nostalgia Sebuah Kota”, meraih peringkat ketiga GKJ (Gedung Kesenian Jakarta) awards 2003: Anugrah Festival Teater Alternatif se-Indonesia (Oktober 2003). Pada kegiatan itu, naskah “Nostalgia Sebuah Kota” didaulat sebagai naskah terbaik. ”Nostalgia Sebuah Kota: Kenangan Pada Tanjung Karang”, Iswadi malakukan pentas keliling ke tiga kota yaitu Bandung, Jakarta, dan Makasar, atas dana hibah Yayasan Kelola (September 2004). Sebelumnya, Iswadi Pratama bersama Teater Satu memperoleh hibah seni dari Yayasan Kelola pada tahun 2002.
Dedikasinya yang besar dalam perkembangan teater di Lampung ditunjukkannya dengan memelopori Festival Teater Pelajar dan Arisan Teater Pelajar di lampung.
Selain aktif dalam mengikuti perlombaan, ia juga aktif dalam suatu organisasi dalam bidang seni yaitu sebagai anggota masyarakat seni pertunjukan Indonesia, kemudian pernah mengikuti Festival Seni Tari Mahasiswa tingkat nasional Padangpanjang pada Januari 1993. Ia juga pernah mengikuti seminar pertunjukan Indonesia, temu ilmiah ke III Masyarakat Seni Pertunjukan di Taman Ismail Marzuki (TIM) November 1992, dan festival teater tingkat nasional pertama di Surabaya.
Sebagai sastrawan, ia tentunya tidak lepas dari komentar dari berbagai kalangan. Sabine, menganggap puisi-puisi yang diciptakan Iswadi Pratama menusuk langsung ke dalam sukmanya, memberikan efek melankolis dalam dirinya. Ia merasa diajak ikut memahami hal-hal yang disampaikan penyair sehingga makna yang hendak diungkapkan memberikan kesan tersendiri.
Menurut Yanusa Nugroho, seorang cerpenis, Iswadi adalah seniman yang bersahaja, rendah hati, dan cerdas. Ketika suatu kali dia membacakan sajak-sajaknya di Bulungan-Jakarta, Yanusa semakin terkagum-kagum. Dia mengatakan bahwa Iswadi tidak berdeklamasi, dia tidak memekikkan dengan suara melengking, tetapi dia berbisik dan mendesah. Namun, dalam bisikan dan desahannya itu menggambarkan sebuah kepedihan yang syarat akan kontemplasi.
Ditambahkan pula, lewat karyanya Iswadi mengajak untuk merenungkan kehidupan kita sendiri. Sekali lagi, Iswadi tidak “berkenes ria” dengan menampilkan masalah absurd melalui kisah yang dilahirkan oleh budaya lain. Iswadi menggalinya dari akar kehidupan kita sehari-hari. Penyajiannya pun tidak “sok teater” yang kadang terasa overacting itu. Di dalam pementasannya kali itu, Iswadi mengajak kita semua mendengar sebuah kisah. Sebuah dongeng, yang akrab dengan kita.
M. Arman AZ, seorang cerpenis asal Lampung memberikan komentar bahwa Iswadi telah mendapat tempat tersendiri dalam dunia seni Indonesia. Proses panjangnya dalam dunia teater dibahas dan mendapat nilai positif dari kalangan pengamat teater dalam dan luar negeri. Tambahnya, puisi-puisi Iswadi bersifat humanis dan terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari, tidak terlalu njlimet untuk dipahami.
Sedangkan, Inggit Putria Marga, seorang penyair asal Lampung, memberikan komentar bahwa Iswadi Pratama adalah penyair liris terbaik yang dimiliki Lampung. Karya-karyanya banyak menginspirasi dan membuka ingatan-ingatan pembaca.
Iswadi Pratama yang telah lama malang melintang di dunia sastra dan teater memilki karakter yang begitu kuat. Kesan mendalam bagi pembaca dari karya yang diciptakannya diterima oleh pembaca dengan keanekaragaman kesan dan pesan yang terkandung di dalamnya. Berikut beberapa karya Iswadi Pratama.
1. Puisi
1) Jalan Menuju Diri (1991)
2) Pergi (1992)
3) Gelang Semesta
4) Belajar Mencintai Tuhan
5) Daun-Daun Jatuh Tunas Tumbuh
6) Refleksi Setengah Abad Indonesia
7) Antologi Cerpen Dari Lampung
8) Antologi Cerpen Dari Bumi Lada
9) Cetik
10) Mimbar Penyair Abad 21 (DKJ)-Balai Pustaka (1996)
11) Hijau Kelon dan Puisi 2002 (penerbit buku Kompas, 2002)
12) Pertemuan Dua Arus (Jung Foundation, 2004)
13) Matinya Cerita Pendek (DKJ)-Cipta (2007)
2. Daftar naskah, Sutradara, Aktor
1) “Pinangan” karya Anton Chekov di Taman Budaya Lampung, 1992 (sutradara).
2) “Alzabar” Karya Zak Sorga, TBL, April 2002 (sutradara).
3) “Berbiak dalam asbak”.
4) “Perampok” J.F. Schiller di TBL, 1993 (aktor).
5) “Tumbal” karya Luluk ayundini di TBL 1994 (aktor).
6) Monolog “Kucing Hitam” karya Edgar Alan Poe di GK Rumentangsiang Bandung 1994 (Aktor).
7) “Ruang Sekarat” di TBL 1995 (Penulis dan sutradara).
8) “Malam Terakhir” karya Yukio Mishima pada Festival Teater Modern di Bandung, 1996 (sutradara).
9) Drama Tari “Radin Jambat” Bandarlampung 1996 (penulis dan asisten sutradara).
10) Monolog “Prita Istri Kita” karya Arifin C. Noer pada Festival Monolog di TBL 1996 (sutradara).
11) “Lysistrata” karya Aristophanes di TBL 1997 (Sutradara).
12) “Kapai-Kapai” karya Arifin C. Noer di TBL 1997 (sutradara).
13) “Jerit Tangis Malam Buta” karya Rolf Laukcner di TBL 1998 (aktor).
14) “Umang-umang” karya Arifin C. Noer di TBL 1999 (sutradara).
15) “Orang-Orang Barunta” karya Conie C. Sema di TBL 1999 (sutradara).
16) “KE” karya Yudhistira ANM Massardi di TBL 2000 (sutradara).
17) “si Tamba” pada Traditional Preforming Arts di GKJ 2001 (penulis dan sutradara).
18) “Nak: Tragedi Sampit” di TBL 2001 (Sutradara dan Penulis).
19) “Menunggu Godot” karya Samuel Beckett di Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, 2002 sebagai Hibah Seni Yayasan Kelola (Sutradara).
20) “Nyanyian Angsa” karya anton Chekov di Teater Halaman AJI, UKMBS Unila, Taman Budaya Lampung 2002 (Sutradara).
21) “Nostalgia sebuah Kota: kenangan untuk Tanjungkarang” untuk Festival Teater Alternatif Indonesia di GKJ Oktober 2004 (sutradara dan penulis).
22) “Nostalgia sebuah Kota: kenangan untuk Tanjungkarang” dipentaskan di TUK Jakarta, Febuari 2004 (penulis dan sutradara).
23) “Nostalgia sebuah Kota: kenangan untuk Tanjungkarang” dipentaskan di Makasar, Jakarta , dan Bandung, Juli 2004 diseponsori Yayasan Kelola (penulis dan sutradara).
24) Monolog “Perempuan Pilihan” di Festival Monolog Indonesia Undangan DKJ (2003) dan di Teater Utan Kayu (2004) sebagai sutradara dan penulis naskah.
25) “Umang-Umang” karya Arifin C. Noer di DKJ dalam rangka mengeang Arifin C. Noer di DKJ April 2005 (sutradara).
26) “Nostalgia Sebuah Kota: kenangan untuk Tanjungkarang” pada Indonesian Performing Arts Mart (IPAM) di Bali May 2005 (penulis dan sutradara).
3. Prestasi
1) 1987-1995: Mengumpulkan 27 penghargaan untuk perlombaan/festival: Baca puisi, Cipta puisi/Cerpen, Teater, Kritik Film, Esai Seni Rupa, Kritik Tari, dan Esai Budaya.
2) 1991-2005: Telah melaksanakan lebih dari 50 kali pertunjukan teter di Lampung dan kota-kota di Indonesia: Jambi, Pekanbaru, Bengkulu, Padang, Medan, Jakarta, Bandung,Solo, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Lombok, Makasar, dan lain-lain.
3) 1996: Terpilih sebagai salah seorang penyair yang diundang dalam mimbar penyair Abad 21 oleh Dewan Kesenian Jakarta
4) 1999: menerima penghargaan dari Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya RI untuk pengabdian di Bidang Seni.
5) 2002: Menerima Hibah Seni dari Yayasan Kelola untuk mementaskan lakon “Menunggu Godot” karya Samuel Beckett di Lampung, Bandung, Solo, dan Yogyakarta.
6) 2003: mendapat empat penghargaan GKJ Award dalam Festival Teater Alternatif Indonesia untuk kategori sutradara, terbaik, naskah terbaik, grup terbaik, dan aktris terbaik dengan lakn “Nostalgia Sebuah Kota: Kenangan untuk Tanjungkarang”.
7) 2004: menerima hibah seni dari Yayasan Kelola untuk mementaskan “Nostalgia Sebuah Kota” di Lampung, Jakarta, Bandung, dan Makasar.
8) 2005: Memperoleh penghargaan Kementrian Pariwisaa RI untuk penampilan “Nostalgia Sebuah Kota: Kenangan untuk Tanjungkarang” di Indonesiaan Performing Art (IPAM) di Nusa Dua, Bali.
9) 2005: Terpilih sebagai salah seorang penyair untuk diundang mengikuti Festival Sastra Internasional, Wintemachten.
10) Salah seorang kandidat penerima beasiswa Magang Seni Internasional dari The Rolex Mentor, Switzerland.
Sumber:
Agus Sri Danardana dkk. 2008. Ensiklopedia Sastra Lampung. Bandarlampung: Kantor Bahasa Provinsi Lampung. Hlm. 69-76.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky
