Susah melihat orang lain susah, senang melihat orang lain senang
Bangkit itu takut!
Takut korupsi, takut makan yang bukan haknya
Bangkit itu mencuri!
Mencuri perhatian dunia dengan prestasi
Bangkit itu malu!
Malu jadi benalu, malu karena minta melulu
Bangkit itu tidak ada!
Tidak ada kata menyerah, tidak ada kata putus asa
Bangkit itu aku!
Aku untuk Indonesiaku
ZULKIFLI Warganegara suka betul puisi itu. Sampai-sampai ia meminta Syafril, anak keempatnya, mengetik ulang puisi itu di komputer dan mencetaknya belasan lembar. “Siapa pun anak-anak muda sekarang yang datang nemui saya, saya suruh baca itu. Sebarkan ke yang lainnya!” kata dia, pertengahan Juli 2008.
Bait-bait puisi di atas meluncur dari mulut aktor Deddy “Naga Bonar” Mizwar. Judulnya Menghayati 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Puisi itu beredar ke seantero Indonesia lewat media televisi.
Apa gerangan Zulkifli begitu menyukai puisi Deddy? “Puisi itu kebalikan dari apa yang terjadi di Indonesia sekarang,” ujarnya. “Sekarang orang korupsi nggak malu-malu lagi. Sudah tahu salah, masih saja cari alasan!”
Para pembesar, menurut si sulung dari sembilan bersaudara itu, telah kehilangan hati nurani. Mereka lupa akan beratnya perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Padahal, nyawa jadi taruhan, sanak famili dan harta-benda tak dipedulikan. “Sekarang, mereka susah melihat orang lain senang, senang melihat orang lain susah,” ujarnya.
Penyebab kekesalan Zulkifli berlatar dari perjuangan prakemerdekaan. Kiprahnya pada perang prakemerdekaan memang cukup heroik. Bersama Ryacudu, Alamsyah Ratuprawiranegara, dan beberapa tokoh militer lain, ia berusaha menahan gempuran Belanda pada Agresi Militer II 1948.
Saat itu, posisinya sebagai kepala bumi hangus. Ia bertugas meledakkan jembatan-jembatan yang hendak dilalui pasukan Belanda.
Masih melekat di memorinya ketika Belanda melancarkan serangan 30 Desember 1948 lewat pantai, dekat Pelabuhan Panjang. Kalah persenjataan, pasukan mundur ke Kemiling. Terdesak hingga Langkapura, lalu mundur lagi ke Gedongtataan sampai Gadingrejo.
Di sela-sela pertempuran, Zulkifli menghambat laju Belanda dengan meledakkan sarana-prasarana. Selain jembatan, ia hancurkan pos-pos penting dan kantor keresidenan yang hendak dikuasai Belanda. “Saya dikejar-kejar,” ungkapnya.
Masa pendudukan Jepang, penderitaannya tidak kalah getir. Zulkifli diharuskan kerja siang-malam, di bawah pengawasan tentara Nippon. Maklum, ia paling diandalkan mengawal pembangunan infrastruktur.
Selama lima bulan ia memimpin pembukaan jalan alternatif dari Kotabumi sampai Martapura. Pernah juga di Gunungsugih dan Menggala. Jika kerjanya tidak becus, ia langsung dibentak, “Zulkifli, mau hidup kamu? Kerja yang benar!”
Calon Gubernur
Zulkilfi bergelar insinyur awal tahun 1950-an. Ia lulusan Fakultas Teknik Bandung (sekarang ITB). Gelarnya itu kelak menginspirasi banyak anak-anak sekolah di Lampung menjadi insinyur. Di mana-mana orang tua membicarakan dia. Mereka mendorong anak-anaknya kuliah di ITB agar bergelar insinyur: Seperti Zulkifli.
Salah satu, di antaranya Ir. Anshori Djausal. “Saya kuliah di ITB juga karena Zulkifli, biar jadi insinyur seperti dia. Orang-orang waktu itu menganggap kita belum pintar kalau tidak kuliah di ITB,” kata dosen Fakultas Teknik Unila ini.
Di Lampung, tepatnya Kotabumi, Zulkifli sempat menjabat kepala Departemen Pekerjaan Umum (PU). Anak sulung dari sembilan bersaudara inilah yang mengarsiteki pembangunan Lapangan Terbang Branti (sekarang Bandara Radin Inten II) dan Landasan Udara Astra Ksetra, Tulangbawang.
Menjelang 1953, ia ke Jakarta karena ditugaskan di Departemen PU Pusat. Pemerintah menugasi Zulkifli untuk membuat masterplan daerah Kebayoran Baru. Dengan keahliannya di bidang rancang-bangun, ia membuat konsep pembangunan perumahan Kebayoran Baru. Lengkap dengan rancangan tata ruang untuk pasar dan rumah sakit.
Tidak berapa lama, orang tuanya menitipkan adiknya, Marjoeni Warganegara, yang tengah duduk di bangku SMA. Sebagai anak tertua, sudah menjadi tugas Zulkifli membimbing semua adik-adiknya. “Metode saya lebih menekankan pada keseimbangan antara hak dan kewajiban,” kata dia.
Dengan metode itu, Marjoeni yang keras hati pun mengalami banyak perubahan. Sejak tinggal bersama sang kakak, Marjoeni yang kelak jadi ahli baja pertama Indonesia dan dirut PT Krakatau Steel itu lebih banyak belajar daripada bermain. “Dia itu orangnya strength. Saya sangat segan sama dia,” kata Marjoeni mengenai karakter kakaknya.
Pada 1959, Zulkifli studi ke Universitas British Colombia, Vancouver, Kanada. Pemerintah mengirimnya untuk memperdalam ilmu di bidang Perencanaan Tata Kota.
Tahun 1960-an, ia pernah dicalonkan jadi gubernur Lampung. Dukungan datang dari Nahdlatul Ulama (NU), Masyumi, dan militer. Namun, Partai Komunis Indonesia (PKI) tidak setuju. Soekarno akhirnya melantik Kusno Danupoyo.
Beberapa tahun berikut, ia juga terlibat pemilihan gubernur Lampung. Ia lebih memilih Zainal Abidin Pagar Alam ketimbang calon lain. Alasan Zulkifli? “Karena dia yang paling tepat. Dia itu latar belakang pemerintahannya baik.”
***
Menapaki usia 88 tahun, Zulkifli kini lebih banyak berdiam diri di rumah rumahnya, Jalan Radio No.2, Mayestik, Jakarta Selatan (sekarang Jalan Kiai Haji Ahmad Dahlan). Jalannya mulai dibantu tongkat, suara dan bicaranya pun terdengar pelan dan terbata-bata.
Akan tetapi, bukan berarti dia tidak mengikuti isu politik, situasi negara, dan dinamika pembangunan nasional. “Pembesar-pembesar dan anak-anak muda sekarang benar-benar harus memaknai puisi itu. Dengan menjalankan apa yang dikatakan puisi itu, barulah kita bisa benar-benar bangkit. Selesai semuanya,” pesannya. n
BIODATA
Nama: H. Achmad Zulkifli Warganegara
Lahir: Natar, Lampung Selatan, 14 Juni 1920
Meninggal: Jakarta, 3 April 2018
Agama: Islam
Alamat: Jalan K.H. Ahmad Dahlan No.2 Kelurahan Keramat Pela Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Ayah: H. Abdul Azis Syukri Warganegara
Ibu: Hj. Robeah
Saudara:
1. H. Moch. Balkini Warganegara
2. Hj. Masaini Merawi
3. Hj. Chairani Mochtar
4. Hj. Meiyuni Alwan
5. Ir. H. Marjoeni Warganegara
6. Ir. H. Desmi Warganegara
7. Ir. H. Marzoeli Warganegara
8. Hj. Agusnani Sulasman, S.H.
Istri: Hj. Bertha Hernani Idrusi
Anak: 1. Prof. Dr. Hedi Romiati Warganegara
2. Hj. Herna Sari Warganegara
3. Yulia Fitri Warganegara
4. Ir. H. Syafril Yordian Warganegara
5. Drs. H. Rudi Septian Warganegara
6. Zuri Arian Warganegara, BBA
7. Liza Britani Warganegara
8. Ir. H. Sandi Sahrian Warganegara
Hobi: Mendengarkan Musik, Olah Raga
Moto: One for all, all for one
Pendidikan:
– Koningin Wilhemina School (KWS), Batavia (Jakarta), 1942
– Shonan Kon Kunrenzo, Singapura (masa pendudukan Jepang), 1943
– Akademi Teknik Nasional (ATN) di Jalan Boedi Utomo, Jakarta, 1953
– Pendidikan Town Planning (Tata Kota dan Daerah) di University of British Colombia, Vancouver, Canada, 1960.
– Pendidikan di bidang Community Development (Town & Country Planning) di University of California, Berkley, AS, 1969.
Pekerjaan:
– Pimpro pembangunan Lapangan Terbang Branti, Natar dan Lapangan Terbang Tulung Branti, Menggala (masa pendudukan Jepang)
– Kepala Pekerjaan Umum (PU) di Kota Bumi (masa pendudukan Jepang)
– Pembangunan daerah Kebayoran, Jakarta Selatan, 1950
– Bagian Pembangunan Kota dan Daerah, Depdagri,
– Pembentukan Pusat Pertahanan Sipil,
– Terpilih sebagai Gubernur Lampung (pertama), tapi tidak Dilantik Presiden Soekarno (1964)
– Ditjen Pembangunan Masyarakat Desa, Depdagri (1969)
– Asisten Menteri Dalam Negeri Bidang Pembangunan
– Menangani Pembangunan Proyek Terminal Tanker di Teluk Semangka milik Pertamina (1974)
– Kontraktor (setelah pensiun)
– Proyek pergantian rel KA sepanjang 178 km dari Tarahan ke Tanjung Enim (Sumatera Selatan)
Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 41-44.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky