![]() |
Aisyah Yaqub (IST) |
TAPIS ya Lampung; Lampung sama dengan tapis. Itu cerita hari ini. Belasan tahun lalu, “rumus” tersebut belum ada. Hj. Aisyah Yaqub-lah (kini 68 tahun) yang melesatkan kain khas provinsi ini ke orbit terbaiknya.
Aisyahlah seniman tapis sekaligus pengusaha kain tapis Lampung. Dialah (salah seorang) penyelamat tapis dari kepunahan. Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, tapis bukan saja bisa diselamatkan, melainkan kian berkilap di tengah gempuran aneka ikon budaya modern.
Aisyah Yaqub tidak pernah bercita-cita menjadi pengrajin dan pebisnis kain tapis. Dia mengaku hanya perempuan desa dari suku Lampung yang kebetulan dipersunting Muhammad Yaqub. Pada 1980-an Yaqub terpilih menjadi lurah di Natar, Lampung Selatan. Pada 1970-an, dari ibu mertuanyalah Aisyah belajar menyulam tapis. Waktu itu, orang Lampung kesulitan menemukan kain tapis untuk pesta adat. Tapis lampung di ambang punah.
Berawal kesedihan menghadapi kenyataan ancaman kepunahan tapis lampung, pada 1981 mulailah Aisyah belajar menyulam dari ibu mertuanya. Mulai belajar menyulam, Aisyah tidak langsung diberi pengetahuan teori. Ibu mertuanya justru menyodori peti warisan leluhur.
Dengan penasaran, dibukanya peti kayu 30 x 60 cm itu. Ternyata isinya selembar tapis yang belum selesai disulam. Konon, puluhan tahun sudah kain itu tersuruk dalam peti, tanpa disentuh siapa pun. “Ini pertanda sayalah yang diserahi tugas melanjutkan tradisi menyulam tapis,” kata nenek beberapa cucu yang masih bugar itu.
Dari selembar kain tapis warisan leluhur keluarga mertuanya itulah Aisyah belajar menyulam dengan tekun. Setelah pintar menyulam, kepandaiannya ditularkan kepada para gadis dan ibu rumah tangga di sekitar rumah. “Dahulu, halus-kasarnya hasil sulaman menunjukkan halus-tidaknya budi gadis penyulam tapis,” kata Aisyah. Maka, agar dinilai berbudi halus, seorang gadis Lampung yang menyulam kain tapis akan sangat hati-hati agar “konduitenya” baik di mata para jejaka.
Setelah ahli menyulam dan tahu jalur pengadaan bahan-bahan sulaman, perempuan asli suku Lampung Pubian (suku asli Lampung Tengah) itu pun mulai mengembangkan usahanya. Selain kain tapis yang belum selesai disulam, modal lainnya yang dimiliki Aisyah adalah Rp200 pemberian mertuanya. Pada 1981, uang itu masih cukup berharga untuk dibelikan dua setel kain tenun (dasar kain yang akan disulam), jarum, dan benang emas.
Sukses memasarkan dua lembar, Aisyah mengumpulkan para gadis dan ibu rumah tangga yang sudah terampil. Targetnya: Untuk dipasarkan. Meskipun dikerjakan manual, penghasilan dari menyulam tapis cukup lumayan.
Karena kegigihan Aisyah, tapis lampung menyebar ke Rumania, Belanda, Amerika Serikat, Jepang, China, Singapura, Inggris, dan Jerman. “Para pembeli di luar negeri tertarik memiliki kain tapis karena motifnya unik dan menawan,” kata perajin peraih Penghargaan Upakarti dari Presiden Soeharto pada 1993 ini.
Motif tapis biasanya gambar simbolis terdiri atas unsur flora, fauna, alam raya, benda-benda, dan motif bercorak manusia. Simbol-simbol tersebut dimaknai sebagai kehidupan timbal balik antara manusia dan alam, manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan Tuhan. Yang sangat terkenal adalah motif jung (perahu tradisional Lampung) yang melambangkan aspek kekayaan kemaritiman Indonesia.
Awalnya Aisyah hanya membina 25 gadis dan ibu rumah tangga. Perajin tapis binaannya hanya memproduksi kain tapis untuk keperluan kelengkapan pakaian adat Lampung. Namun, karena pasar menjanjikan, Aisyah mengembangkan pelbagai ragam tapis sebagai motif aksesori untuk hiasan dinding bermotif kaligrafi huruf Arab, tas wanita, dompet, peci khas Lampung, jas, baju kurung, kemeja, sandal, sepatu, hingga gantungan kunci.
Kreativitas Aisyah direspons pasar. Bisnis galeri tapis pun marak di Bandar Lampung; dengan dipasok dari usaha yang dikembangkan Aisyah. Setelah berkembang, Aisyah mengumpulkan perajin dan membentuk kelompok usaha bersama (KUB). Sejak KUB terbentuk dan hasilnya mulai dipasarkan, Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan pada era Bupati Abdul Hadi dan pemerintah Lampung (era Gubernur Poedjono Pranyoto) mulai memberi perhatian. Aisyah mendapat mesin jahit, dua pak kain tenun (berisi 75 lembar kain tenun), dan segulung benang emas.
Ketika Menteri Penerangan Harmoko pada 1990-an berkunjung ke Lampung, Aisyah memanfaatkan momen itu meminta bantuan pemasaran. Tidak lama, tapis Aisyah merambah pasar nasional dan internasional.
Awal 1990-an, binaan Aisyah sudah ratusan orang. Aisyah makin rajin membuka stan pada aneka pameran di berbagai kota di Indonesia. Bahkan, dia pernah diundang Departemen Perindustriun berpameran tunggal di daerah Kuningan, Jakarta Selatan.
Kini, Aisyah tidak perlu lagi berkeliling daerah. Dibantu cucu dan menantu, Aisyah mengelola Sanggar Ragom Mufakat di Natar, Lampung Selatan. Sanggar sekaligus galeri tempat Aisyah memajang aneka kain tapis itu gampang dijangkau pembeli karena persis di pinggir jalur trans-Sumatera yang menghubungkan Lampung dengan kota-kota lain di Sumatera.
Di galeri 10 x 20 meter berhalaman luas itu, selain memajang tapis, Aisyah menyimpan sejumlah tapis kuno warisan leluhur. Aisyah pernah memiliki tapis timbay (kuno) berusia lebih 200 tahun. “Tahun 1990-an tapis itu saya jual Rp5 juta sehelai. Tapi saya kaget ketika tahu tapis itu laku di luar negeri sampai ratusan juta rupiah,” kata dia. n
BIODATA
Nama: Hj. Aisyah Yaqub
Lahir: Nregararatu, 27 Mei 1938
Ayat: Derajat
Ibu: Halimah Abdullah
Saudara kandung:
1. Fatimah
2. Ismail
3. Saodah
Anak ke-3
Suami: H. Yaqub A.D.
Anak:
1. Dra. Mujiati
2. Hidarsel, S.E.
Pendidikan: SMP
Pekerjaan:
– Ketua Perajin Tapis Ragom Mufakat Natar, Lampung Selatan
Alamat: Jalan Raya Natar NO. 16 RT 01/RW 01, Natar, Lampung Selayan Tlp. (0721) 91380, 91971
Hobi: Menenun tapis, memasak
Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 142-144.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky