
PERHATIANNYA pada dunia kesehatan begitu tinggi. Meski tidak lagi menjabat menteri kesehatan, ia terus berusaha mewujudkan tercapainya Indonesia Sehat 2010. Untuk mewujudkan program yang dirintisnya itu, Prof. Dr. dr. H. Farid Anfasa Moeloek, Sp.O.G®MDNM¯. ketika menjabat menteri kesehatan (1999) membentuk Yayasan Koalisi Indonesia Sehat 2010.
Farid menjabat menteri kesehatan era pemerintahan Presiden Soeharto (Kabinet Pembangunan VII). Saat era reformasi bergulir, ia tetap dipertahankan Presiden B.J. Habibie untuk menjabat menteri kesehatan dalam Kabinet Reformasi (23 Mei 1998–23 Oktober 1999).
Bagi dia, jabatan bukan satu-satunya jalan untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010 karena pada dasarnya setiap warga negara Indonesia wajib meningkatkan derajat kesehatan, baik individu maupun lingkungan.
Pria kelahiran Liwa, Lampung Barat, 28 Juni 1944 ini dibesarkan keluarga dokter yang kukuh memperjuangkan nasib masyarakat kecil. Farid adalah putra dokter Abdoel Moeloek yang namanya diabadikan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdul Moeloek, Bandar Lampung.
Sejak kecil Farid Anfasa Moeloek tidak pernah bercita-cita menjadi menteri atau pejabat negara. Tapi, pengetahuannya tentang kesehatan dan integritasnya mendukungnya dipercaya menduduki posisi nomor satu di Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pendidikan dokter diraih Farid tahun 1970 dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan memperoleh spesialis obstetri dan ginekologi dari FKUI tahun 1983. Tahun 1995 ia dikukuhkan menjadi guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hampir seluruh hidupnya diabdikan pada kampus yang telah mencetaknya menjadi seorang dokter, terutama untuk pembinaan sumber daya manusia.
Berbagai jabatan struktural di kampus Universitas Indonesia pernah ia sandang, di antaranya direktur proyek Course in Reproductive Health for Paramedics dan Course in Fertility Management for Hospitals in Indonesia, kepala Klinik Raden Saleh, Bagian Obgin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan terakhir direktur program pascasarjana Universitas Indonesia.
Pengalaman dan perhatiannya begitu besar terhadap pembinaan sumber daya manusia (SDM) dan pola hidup sehat untuk mencapai Indonesia Sehat 2010. Itu sebabnya, Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada) meminta Farid sebagai penasihat dalam bidang penanganan masalah musibah, pelembagaan pola hidup sehat, serta pengembangan generasi muda.
Mendidik Anak
Kisah cinta Farid dan Nila bersemi di kampus Universitas Indonesia, almamater yang mencetak mereka menjadi dokter. Nila saat itu mahasiswa baru Fakultas Kedokteran, sedangkan Farid terlibat di panitia pelonco. Cinta pun terjalin antara senior dan junior. “Sampai akhirnya pada tahun 1972 Farid mempersunting saya menjadi istrinya,” kenang Nila.
Dalam membina rumah tangga, keduanya memegang prinsip bahwa suami adalah sumber keuangan dan istri menjadi menteri keuangan. “Segala sesuatu yang menyangkut keuangan di rumah tangga, mulai bayar rekening listrik, biaya sekolah anak-anak, sampai segala keperluan adalah bapak. Keluar-masuknya keuangan melalui istri. Tapi, kalau urusan pendidikan anak menjadi tanggung jawab berdua,” kata Farid.
Farid Anfasa Moeloek sejak awal berumah tangga dengan Nila Juwita telah bersepakat mendidik anak-anak mereka secara demokratis. Segala persoalan dibicarakan dan dipecahkan bersama-sama dalam keluarga.
“Untuk hal-hal tertentu anak saya lebih senang bicara dengan ibunya karena ibunya selalu menempatkan diri sebagai seorang teman, terutama ketika mereka pada usia remaja. Di usia ini seorang ibu menganggap seorang anak sangat rentan terhadap pengaruh buruk lingkungan sehingga segala persoalan yang dihadapi anak-anak di luar bisa mereka bicarakan dengan saya tanpa sungkan-sungkan,” kata dia.
Dalam pendidikan, anak-anak diberi kebebasan menentukan pendidikan yang diinginkan setelah tamat SMA. Bisa dimaklumi jika kemudian tiga anak Farid-Nila tidak ada yang mengikuti jejak mereka sebagai dokter.
Ketiga anak-anak Farid lebih memilih bidang eksakta lain, yakni teknik. Tidak heran jika rumah yang mereka tempati adalah buah karya ketiga anak-anaknya: Mulai desain, isi rumah, dan barang-barang di dalamnya. “Kami hanya bisa mendorong,” ucap Farid.
Alasan ketiga anaknya tidak memilih profesi dokter cukup sederhana: Tidak mau terlalu sibuk. Profesi dokter memang tidak mengenal waktu. Jam berapa saja ada pasien yang hendak dirawat, harus segera ditolong.
“Mengingat kesibukan kami berdua, maka kami memanfaatkan waktu yang hanya sedikit itu untuk memperhatikan anak-anak. Kami katakan pada anak-anak bahwa kualitas pertemuan dengan orang tua lebih bermakna daripada kuantitasnya.”
Kepada anak-anaknya sejak kecil telah ditanamkan nilai-nilai agama, terutama menghadapi pengaruh negatif era globalisasi terhadap pola kehidupan anak-anak. Uniknya anak-anak Farid, dari kecil hingga dewasa, banyak aktivitas keluarga dilakukan di kamar tidur. “Kami, baik belajar, nonton televisi, maupun kegiatan lain, termasuk segala diskusi, juga dilakukan di kamar tidur untuk dicarikan pemecahan masalahnya,” kata Farid.
Entah kenapa anak-anaknya betah berlama-lama di kamar tidur orang tuanya. “Hal ini sebenarnya cukup positif, karena selain menambah kedekatan kami dengan anak-anak, juga kegiatan mereka dapat kita pantau dengan baik. Mereka pun tidak sungkan-sungkan bercerita bila menghadapi suatu persoalan di luar rumah.”
Setelah Farid Anfasa Moeloek tidak lagi menjabat menteri kesehatan dan ia berniat mendirikan Yayasan Koalisi Indonesia Sehat 2010, istri dan anak-anaknya terlibat dalam kegiatan yayasan. Keterampilan yang dimiliki anak-anaknya terserap dalam yayasan ini. Seperti Puti Alifa Moeloek yang piawai mendesain poster, leaflet, dan sebagainya. Begitu pun kedua saudaranya, Puti Annisa dan Muhammad Reiza. n
BIODATA
Nama: Prof. Dr. dr. H. Farid Anfasa Moeloek, Sp.O.G.
Lahir: Liwa, Lampung Barat, 28 Juni 1944
Agama: Islam
Istri: Dr. Hj. Nila Djuwita
Anak :
1. Ir Muhamad Reiza Moeloek
2. Puti Alifa Moeloek
3. Puti Annisa Moeloek
Pendidikan:
– Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1970)
– Spesialis Obsgyn FKUI (1976)
– Doktor (Cum Laude) dari Universitas Indonesia (1983)
– Guru Besar FKUI (1995)
Karier:
– Direktur Program Pascasarjana Universitas Indonesia (1996)
– Staf Pengajar dan Penguji Mahasiswa FKUI.
– Menteri Kesehatan (16 Maret 1998–23 Oktober 1999)
Organisasi:
– Yayasan Koalisi Indonesia Sehat 2010
– Penasihat Bidang Penanganan Masalah Musibah, Pelembagaan Pola Hidup Sehat, dan Pengembangan Generasi Muda Hipprada (Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda)
Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 186-189.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky