Usman Admadjaja (1946-…): Mendorong Gerobak Danamon ke Puncak

PERINTIS Bank Danamon ini melalui masa kecilnya dengan penuh keprihatinan. Ketika teman-temannya asyik bermain, Usman Admadjaja mendorong gerobak dagangan ayahnya, Njaw Pin Tiong, ke Pasar Tanjungkarang.

Lulus SMA tahun 1965, pemilik pabrik minuman Pepsi ini melanjutkan kuliah ke Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara, Jakarta. Pada masa gegeran G-30-S/PKI banyak sekolah dan universitas ditutup. Pusat-pusat pertokan dibakar termasuk toko milik ayahnya di Tanjungkarang.

Mulailah Usman berdagang kecil-kecilan. Awalnya ia menjual berbagai bahan tekstil, tapi karena hasilnya kurang memuaskan ia beralih sebagai pemasok minyak kayu putih ke PD Fadjar Bhakti. Belakangan, perusahaan tersebut kolaps dan tidak mampu melunasi seluruh tagihan. Usman pun ikut kolaps.

Era kejayaan Usman mulai bergulir ketika PD Fadjar Bhakti tidak dapat melayani pesanan pakaian dari perusahaan minyak AS, Shell. Anak kelima dari delapan bersaudara ini pun segera mengambil alih order tersebut. Selain pakaian, ia juga melayani order bahan makanan dan alat rumah tangga, sambil mempelajari manajemen Shell. Uang pun mengalir deras ke koceknya. Pelan-pelan, ia merambah bisnis lain seperti konstruksi pelabuhan dan pengilangan minyak lepas pantai.

Tidak cukup sampai di situ. Usman mulai melirik bisnis perbankan. Tangan-tangan bisnis Usman makin giat bergerak. Ia juga mendirikan pabrik pemintalan benang di Bandung yang dilengkapi 200 mesin pintal dengan kapasitas 450 ribu yard per bulan. Dengan dukungan Citibank, Usman juga mengakuisisi Pepsi-Cola di Jakarta dan Surabaya. Kemudian, pabrik bola lampu Tungsram dan pabrik sepatu tentara PT Bintang Raya Sari. Mulai 1986, Usman berniat terjun di bidang agrobisnis.

Kendati menggelar sayap bisnis di banyak sektor usaha, Usman lebih dikenal sebagai pemilik Bank Danamon.
Usman mendirikan Bank Danamon tahun 1976 setelah mengambil alih Bank Kopra Indonesia. Danamon menjadi bank pertama yang memelopori pertukaran mata uang asing pada tahun 1976 dan tercatat sahamnya di bursa sejak tahun 1989. Berkat kepiawaian Usman mengolah bisnis, Bank Danamon pernah menjadi bank swasta terbesar kedua di Indonesia setelah Bank Central Asia.

Babak baru Danamon dimulai ketika bisnis perbankan di Tanah Air remuk berkeping-keping diterpa krisis moneter. Danamon mengalami kesulitan likuiditas dan akhirnya oleh pemerintah ditaruh di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai bank yang diambil alih (bank take over/BTO). Di antara obligor lain, Usman termasuk kooperatif dan tidak dijumpai masalah atau hambatan berarti.

Usman terpaksa melepaskan bank yang dibangunnya melalui rapat umum pemegang saham (RUPS) pada Juni 1998. Usman harus rela lantaran Bank Danamon dilanda isu kalah kliring yang membuat bank berlambang lebah madu ini dilanda rush. Dana Rp8,1 triliun tersedot keluar.

Tidak pelak bank ini menerima dana BLBI senilai Rp25 triliun. Setelah neraca bank dibersihkan Bank Danamon mendapatkan dana rekapitalisasi Rp33 triliun dalam bentuk surat utang pemerintah (government bonds). Pada tahun yang sama, beberapa bank BTO akhirnya digabung menjadi satu dengan Bank Danamon sebagai salah satu bagian dari rencana restrukturisasi BPPN.

Ketua BPPN Glenn Jusuf menjodohkan Danamon dengan Bank PDFCI, yang berlaku efektif sejak 30 Desember 1999. Danamon beruntung menjadi surviving bank dan namanya tetap dipakai. Tahun 2000, Bank Danamon kembali melebarkan sayapnya dengan menjadi bank utama dalam penggabungan delapan bank BTO lain, yaitu Bank Duta, Bank Rama, Bank Tamara, Bank Tiara Asia, Bank Nusa Nasional, Bank Pos Nusantara, Jayabank International, dan Bank Risjad Salim internasional. Pada saat inilah Bank Danamon mulai muncul sebagai salah satu pilar ekonomi di Indonesia.

Tiga tahun berikutnya, Bank Danamon mengalami restrukturisasi besar-besaran mulai dari bidang manajemen, sumber daya manusia, organisasi, sistem informasi, anggaran dasar and logo perusahaan. Usaha keras yang dilakukan ini akhirnya berbuah hasil dalam membentuk fondasi dan infrastruktur bagi Bank Danamon dalam tujuannya meraih pertumbuhan yang maksimal berdasar pada transparansi kerja, tanggung jawab kepada masyarakat, integritas sebagai salah satu pilar ekonomi di Indonesia, dan sikap profesional dalam menjalankan tugas sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia (atau lebih dikenal dengan istilah TRIP).

Pada tahun 2003, Bank Danamon diambil alih mayoritas kepemilikan sahamnya oleh konsorsium Asia Finance Indonesia–di bawah kendali Temasek. Dengan hadirnya manajemen baru, dicanangkanlah penata ulangan model bisnis dan strategi usaha Bank Danamon dalam usahanya untuk terus melakukan perubahan total dalam disain yang sudah dirancang untuk menjadikan Bank Danamon sebagai salah satu bank nasional terkemuka di Indonesia dan bank pemain utama di kawasan Asia. Jumlah karyawan Bank Danamon sampai saat telah mencapai 40 ribu orang. Semua itu berawal dari tangan dingin putra Lampung bernama Usman Admadjaja. n

BIODATA


Nama : Usman Admadjaja
Lahir: Tanjungkarang, 3 Mei 1946
Agama: Buddha
Pendidikan:
– SD di Tanjungkarang (1959)
– SMP di Telukbetung (1962)
– SMA di Jakarta (1965)

Pekerjaan:
– Pemilik dan Pelaksana UD Apollo (1966-1970)
– Dirut PT Kaliraya Sari (1971-1982)
– Komisaris Utama Bank Danamon (sejak 1976)
– Komisaris Utama Perusahaan Genting Tiara (sejak 1978)
– Komisaris Utama Perusahaan Sepatu Bintang Raya Sari (sejak 1981)
– Komisaris Utama PT Kaliraya Sari
– Pemilik Wisma Sandang Sarana di Bandung
– Pabrik Pepsi Cola
– Pabrik bola lampu Tungsram

Kegiatan lain:
Ketua Kehormatan Yayasan Budi Luhur (sejak 1982)

Alamat rumah:
Jalan Hasyim Ashari 26, Jakarta Pusat, Telp. 341303

Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 198-200.

Biodata Viral
Terviral
Logo
Shopping cart