Aburizal Bakrie (1956-…): Kerajaan Bisnis Sang Negosiator Ulung

TAHUN lalu, majalah Forbes menobatkannya sebagai orang terkaya se-Indonesia. Kemudian Globe Asia “mengukuhkannya” sebagai orang terkaya se-Republik ini sekaligus terkaya se-Asia Tenggara dengan kekayaan 9,2 miliar dolar AS.

Namun, itu bukan “prestasi” satu-satunya Aburizal Bakrie, putra tertua Achmad Bakrie, pengusaha asal Lampung. Sebagai politisi, Ical, panggilan akrabnya, sudah memasuki ruang-ruang penting negeri ini. Sebagai pengusaha, Ical dua kali terpilih sebagai ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.

Kekayaan Ical berasal dari kinclong-nya kinerja Grup Bakrie, imperium bisnis dengan basis usah di bidang pertambangan batu bara, perkebunan, minyak, properti, telekomunikasi, dan media. “Menggilanya” harga energi, didukung koneksi politik dan finansialnya yang amat kuat, adalah sumur rezeki baginya.

Ical memang dididik khusus oleh sang ayah, Achmad Bakrie, untuk meneruskan, bahkan membesarkan, estafet kerajaan bisnis Bakrie. Kekuatan grup ini ada pada strategi bisnis yang jitu. Dengan aset kecil, Ical mencari pinjaman membangun bisnis lain. Mengguritalah bisnisnya kemudian.

Kandas dalam konvensi penentuan calon presiden Partai Golkar 2004 silam, Ical malah masuk Kabinet Indonesia Bersatu. Jabatan menteri koordinator perekonomian disandang beberapa lama sebelum berganti posisi menjadi menteri koordinator kesejahteraan rakyat pada 5 Desember 2005.

Soal perekonomian nasional, Ical punya visi menggerakkan sektor riil. Pemerintah tidak lagi hanya mengandalkan dana fiskal. Pemerintah juga harus bisa memanfaatkan perbankan, Jamsostek atau dana lain. Semua dapat dipakai sebagai dana jangka panjang.

Sebagai orang yang malang melintang di dunia usaha, penyelundupan menjadi musuh utamanya. “Penyelundupan merusak produsen pertanian dan manufacturing. Jadi, harus ada gerakan besar mengatasinya,” kata dia.

Ia tetap eksis dalam dunia usaha. Ia salah satu dari konglomerat yang mampu bertahan dari badai ekonomi yang melanda negeri ini. Saat krisis ekonomi menghantam Indonesia tahun 1998, perusahaannya terbenam dalam utang luar negeri yang melonjak tajam. Pinjaman dari luar yang tadinya diharapkan dapat membiayai kegiatan ekspansi bisnisnya, kini berbalik menjadi tali gantungan yang menjerat keluarga Bakrie. Semua bisnisnya rontok dan meninggalkan utang 1,8 miliar dolar AS.

Ical sangat terpukul, tapi ia tidak berputusa asa. Dengan kemampuan negoisasi di atas rata-rata, ia berhasil meyakinkan agar utang-utangnya itu ditukar dengan saham (debt equity swap), dengan catatan ia berhak membeli kembali saham-sahamnya itu kelak jika krisis telah berlalu. Dengan cara seperti itu, Ical mampu mempertahankan bisnis keluarganya tidak sampai terpuruk.

Menurut publisher Globe Asia Tanri Abeng, Ical berhasil meraih kekayaan yang melimpah berkat strategi bisnis yang diterapkannya. Dengan kepiawaiannya mengelola aset yang dimiliki perusahaan, termasuk melalui modal pinjaman, Ical mampu membangun usaha demi usaha hingga bisnisnya menggurita. “Jadi, kalau dia awalnya punya aset 100, dijadikan jaminan untuk meminjam 400. Tapi, hasil dari 400 itu untungnya sangat besar. Itu yang digunakan untuk membayar,” ujarnya.

Tanri, mantan manajer satu miliar Bakrie Group mengaku dia sama sekali tidak merasa heran melihat keberhasilan Ical menjadi orang terkaya di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Pasalnya, mantan Menko Perekonomian itu sangat lihai dalam melihat peluang investasi di Indonesia dan pandai dalam hitung-hitungan bisnis. “Dia itu pintar sekali itung-itungannya,” puji Tanri.

Identik Kadin

Sebelum menjabat menteri, Ical hampir identik dengan Kadin. Sebutan itu bukan tidak beralasan. Pasalnya, selama sepuluh tahun (1994–2004) ia dipercaya memimpin induk organisasi industri dan perdagangan itu. Seiring dengan itu pula namanya kian dikenal sebagai salah seorang pengusaha nasional terkemuka.

Selama menduduki ketua umum, Ical berhasil menjadikan Kadin sebagai organisasi yang sangat penting dalam memengaruhi kebijakan pemerintah. Lebih dari itu, Kadin pun telah menunjukan kontribusi dan partisifasi konkret dan langsung menyentuh masyakat ketika misalnya terkait berbagai kasus penyelundupan gula, kayu, beras yang saat itu marak terjadi. Kadin menggandeng pemerintah guna mengatasi masalah tersebut.

Reputasi Ical sebagai bos besar Kadin dan pengusaha yang cukup sukses, kiranya menjadi pertimbangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk mengangkatnya sebagai menko perekonimian. Namun, saat terjadi perombakan kabinet, Ical kemudian ditempatkan menjadi menteri yang tidak kalah pentingnya: Menko Kesra (sampai sekarang).

Ketika pertama kali dipanggil SBY terkait rencana pengangkatannya sebagai menteri, Ical, telah mengungkapkan berbagai langkah ekonomi yang harus dilakukan pemerintah dengan cepat. Tujuannya, kata dia, agar dunia usaha sebagai penopang ekonomi bisa tumbuh dengan baik.

Pengangkatan Ical sebagai menteri waktu itu sempat menimbulkan pro dan kontra. Namun baginya, reaksi seperti itu adalah wajar dan demokratis. Ia sempat menegaskan akan berjalan dan bertindak sesuai dengan kapasitasnya sebagai seorang menteri.

Jabatan ketua umum Kadin Indonesia yang dipangkunya dua periode sejak 1994 mengantarnya berkutat pada persoalan-persoalan nasional yang lebih besar daripada masalah yang dialami perusahaan sendiri.

Lagu Romantis

Sesibuk apa pun, Ical masih sempat menikmati hobinya: Menyanyi dan olahraga. Sedangkan menari atau dansa, kurang disukainya. “Saya bisa cha-cha dan waltz, tapi tidak begitu menikmati. Saya berdansa hanya untuk menyenangkan orang yang mengajak. Lain kalau menyanyi, saya senang sekali. Apa pun lagunya saya senang, terutama lagu-lagu romantis,” kata dia.

Tentang olahraga, Ical mengaku dia benar-benar disiplin: Tiga jam tiap hari. Dia juga tidak merokok. Makanya, Ical paling marah kalau melihat pegawainya merokok.

Ical kini hidup seraba berkecukupan. Sungguh, tidak ada yang salah menjadi orang terkaya selama ditempuh dengan cara-cara yang elegan. Apalagi, kedudukan menjadi orang terkaya itu tercapai melalui upaya yang profesional, serta berdampak pada manfaat yang bisa dirasakan orang banyak. n

BIODATA


Nama: Ir. H. Aburizal Bakrie
Lahir: Jakarta, 15 November 1946
Agama: Islam
Profesi: Pengusaha, Politisi, Pejabat
Jabatan:
– Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat KIB 2005–2009
– Menteri Koordinator Perekonomian KIB 2004-2005
Istri: Taty Murnitriati
Anak: Tiga orang
Ayah: Achmad Bakrie

Pendidikan:
– SD, SMP, dan SMA di Jakarta (1958–1967)
– Fakultas Elektro, Institut Teknologi Bandung, lulus tahun 1973

Pekerjaan:
1992–sekarang: Komisaris Utama/Chairman, Kelompok Usaha Bakrie
1989–1992: Direktur Utama PT Bakrie Nusantara Corporation
1988–1992: Direktur Utama PT Bakrie & Brothers
1982–1988: Wakil Direktur Utama PT Bakrie & Brothers
1974–1982: Direktur PT Bakrie & Brothers
1972–1974: Asisten Dewan Direksi PT Bakrie & Brothers

Organisasi:
2000–2005: Anggota Dewan Pakar ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia)
1999–2004: Ketua Umum Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) periode II
1996–1998: Presiden, Asean Chamber of Commerce & Industry
1996–1997: International Councellor, Asia Society
1994–1999: Ketua Umum Kadin periode I
1993–1998: Anggota Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) periode II
1993–1995: Anggota Dewan Penasihat International Finance Corporation
1993–1995: Presiden ASEAN Business Forum (d/h Institute of South East Asian Business) periode II
1991–1993: Presiden ASEAN Business Forum (d/h Institute of South East Asian Business) periode I
1989–1994: Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia
1988–1993: Wakil Ketua Umum, Kadin Bidang Industri dan Industri Kecil
1988–1993: Anggota, Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) – periode I
1985–1993: Ketua Bidang Dana PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Indonesia)
1984–sekarang: Anggota Partai Golongan Karya
1984–1988: Wakil Ketua Asosiasi Kerjasama Bisnis Indonesia-Australia
1977–1979: Ketua Umum Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia)
1976–1989: Ketua Umum Gabungan Pabrik Pipa Baja Seluruh Indonesia
1975: Ketua Departemen Perdagangan Hipmi
1973–1975: Wakil Ketua Departemen Perdagangan Hipmi

Penghargaan:
1997: Penghargaan ASEAN Business Person of the Year dari the ASEAN Business Forum
1995: Pengharagaan Businessman of the Year dari Harian Republika
1986: Penghargaan The Outstanding Young People of the World dari the Junior Chamber of Commerce

Alamat Rumah:
Jalaan Ki Mangunsarkoro No.42, Menteng, Jakarta, 10310

Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 206-209.

Biodata Viral
Terviral
Logo
Shopping cart