Muhajir Utomo (1950-…): Profesor tanpa Olah Tanah

PERTANIAN adalah mengolah tanah untuk media tanam bagi benih yang akan ditumbuhkembangkan. Ketetapan itu adalah harfiah. Tetapi, sesuatu yang biasa dan menjadi daur hidup dalam alur dunia pertanian, akan menjadi pertanyaan bagi Muhajir Utomo. Disiplin ilmunya yang matang di bidang pertanian berupaya mencari celah untuk mengrangi prosentasi terbesar dalam dunia pertanian, yakni mengurangi campur tangan cangkul dalam berbudi daya.

Lampung, wilayah dengan lahan kering dominan adalah tantangan baginya. Sebagai tempat kelahiran sekaligus arena berkiprahnya, belantara lahan kering yang selalu tertidur sepanjang tahun dijadikan objek penelitiannya. Alhasil, sebuah konsep pemanfaatan lahan yang luas tanpa harus mencangkul. Tetapi, dengan cara memberi terapi khusus dan berbagai formula cairan kimia, didiamkan beberapa lama, lahan bisa langsung ditajuk untuk ditanami berbagai benih tanaman pangan.

Temuan itu menjadi trade mark bagi Muhajir. Tidak heran jika setiap kesempatan, meskipun ia sudah tidak konsentrasi kepada bidang keilmuannya, dan hadir dalam kapasitas yang lain, orang masih memperkenalkan sebagai profesor tanpa oleh tanah.

Penemuan baru bagi Muhajir memang tidak berlebihan. Itu bisa dilihat dari setiap kesempatan dan setiap saat, ketika berbicara dengan siapa pun, isi bicaranya selalu mengandalkan analisis ilmiah. Meskipun tidak sulit berinteraksi dengan ilmuwan mungil ini, suasana akan terasa serius. Sebab, serius adalah salah satu prinsip hidupnya. “Untuk urusan apa saja, kita harus serius. Humor adalah bumbu, tetapi tidak boleh mendominasi,” kata dia pada suatu saat.

Meski sangat menguasai satu bidang ilmu, yakni pertanian, Muhajir tidak alergi dengan bidang lain. Kiprahnya, juga dengan serius, dilakoni dalam bidang politik. Ia tercatat sebagai calon gubernur Lampung untuk Pemilihan Gubernur periode 2009–2014 dari jalur independen berpasangan dengan Andi Arief. Di kancah ini, ia juga serius.

Keterpanggilannya kepada politik praktis dan ingin masuk birokrasi sebagai gubernur karena ia menilai konsep pembangunan Lampung kini kurang pas dengan kondisi lapangan. Menurut dia, Lampung harus dibangkitkan dari bawah. Dan, yang dimaksud dengan bawah adalah masyarakat desa. Sebab, 70 persen penduduk Lampung tinggal di perdesaan.

Lebih jauh tentang desa, adalah dunia pertanian. Sebanyak 70 persen penduduk kalangan bawah menggeluti bidang pertanian. Dan mereka hidup dalam garis kemiskinan. Peta kemiskinan yang amat timpang dengan masyarakat kota, kata dia, akan menghambat laju pembangunan secara menyeluruh. Sebab, kota juga akan bergantung pada kondisi desa.

Kebangkitan masyarakat dimulai dari desa. Desa harus menjadi pusat pertumbuhan. Karena itu, pemerintah harus memfasilitasi sektor pertanian mulai hulu hingga hilir.

Menurut mantan rektor Universitas Lampung periode 1998–2007 ini, kemiskinan yang dialami rakyat Lampung karena kita tidak punya grand design yang pas dan grand strategy yang jelas dalam usaha mengentaskan kemiskinan. Cara-cara yang ditempuh selama ini tak mampu menggerakkan masyarakat untuk bangkit. Program pembangunan tahunan terkesan monoton dan tidak menghasilkan outcome yang signifikan.

Selain infrastruktur jalan, jembatan, irigasi, dan listrik pemerintah harus mampu memfasilitasi petani mulai prabudi daya hingga pengolahan dan pemasaran hasil. Pemerintah juga harus menjamin ketersediaan sarana produksi pertanian, termasuk memberikan bantuan permodalan petani tidak kalah pentingnya dalam hal teknologi budi daya.

Lahir sebagai anak transmigran di Pringsewu, Tanggamus, menjadikan Muhajir sangat terpanggil membangun dunia pertanian. Melewati hari-hari masa kecil sebagai petani, ia merasakan bagaimana rasanya ayahnya mengeluhkan sulitnya memperoleh hasil maksimal dalam budi daya. Tidak pelak, ia melewati hampir seluruh tahapan pendidikan tingginya melalui disiplin ilmu pertanian.

“Saya merasa dunia pertanian di Lampung kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Saya juga merasakan bagaimana susahnya hidup menjadi petani karena bapak saya petani,” kata dia.

Gelar S-1 nya diselesaikan di Unila/IPB, S-2 dan S-3 nya di University of Kentucky, Amerika Serikat, pada bidang kajian yang sama, yakni pertanian. Dikukuhkan menjadi guru besar tahun 1997. Dia mempersunting Fauzi Hafid R.A., gadis Lampung Pepadun dari Terbanggi Subing, Lampung Tengah.

Muhajir Utomo dikenal sebagai pakar ilmu pertanian, terutama dalam pengolahan lahan kering berkelanjutan, pembangunan pertanian berkelanjutan, dan pembangunan sumberdaya lingkungan berkelanjutan. Salah satu temuannya adalah sistem budi daya tanpa olah tanah (TOT).

Selain menggeluti dunia pendidikan tinggi pada bidang ilmu pertanian, juga dunia politik, Muhajir menggunakan keilmuaannya untuk mengabdi pada ranah spiritual. Ia tercatat sebagai ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Organisasi Wilayah Lampung sejak 1999.

Aktivitas organisasi selain ketua ICMI Lampung, juga ketua umum Dewan Mahasiswa 1975–1976, ketua ADI (Asosiasi Dosen Indonesia) Lampung 2006–2011, ketua BKS PTN Wilayah Barat 2005–2007, ketua umum DPP PATRI (Perhimpunan Anak Transmigran Republik Indonesia) 2004–2009, dan sebagai ketua penasihat di berbagai organisasi seperti AEKI, HKTI, PWP, dan PGRI Lampung. n

BIODATA

Nama: Muhajir Utomo
Lahir: Pringsewu, 16 Juli 1950
Agama: Islam
Istri: Fauzi Hafid R.A.

Pekerjaan:
– Dekan Fakultas Teknik Unila, 1997–1999
– Dosen Fakultas Pertanian Unila mulai 1976
– Kepala Balai/Lembaga Penelitian Unila, 1990–1997
– Kepala Laboratorium Tanah FP Unila, 1989–1990
– Pembantu Dekan I Fakultas Pertanian Unila, 1980–1981
– Pjs. Direktur Politeknik Pertanian Unila 1999
– Rektor Unila, 1998–2007

Pendidikan:
S-1 Pertanian Institut Ilmu Pertanian Bogor (IPB)
S-1 Pertanian Universitas Lampung (Unila)
S-2 Pertanian Universitas Kentucky, Amerika Serikat
S-3 Pertanian Universitas Kentucky, Amerika Serikat

Pengalaman organisasi:
– Ketua ADI (Asosiasi Dosen Indonesia) Lampung, 2006–2011
– Ketua BKS PTN Wilayah Barat, 2005–2007
– Ketua ICMI Lampung, 1999–sekarang
– Ketua Penasehat di berbagai organisasi seperti AEKI, HKTI, PWP, dan PGRI Lampung
– Ketua Permias (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat) di Lexington, 1983–1984
– Ketua Umum Dewan Mahasiswa 1975–1976 dan 1978
– Ketua Umum DPP PATRI (Perhimpunan Anak Transmigran Indonesia) 2004–2009

Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 237-239.

Biodata Viral
Terviral
Logo
Shopping cart