
PELANTIKAN menjadi kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 24 November 2006 diyakini Sugiri memang sudah menjadi garis nasibnya harus di BKKBN.
Meski ia juga sempat mendapat tugas yang agak “berbeda” dari bidangnya, yaitu sebagai sekretaris jenderal Komisi Pemberantasan Korupsi (Sekjen KPK) pada 2004–2006.
Sebetulnya, cita-cita anak kelima dari pasangan Muhammad Syarief dan Kemunah yang dilahirkan di Kecamatan Pringsewu pada 2 Agustus 1952 ini ingin menjadi insinyur sipil.
Sebab itulah, ketika tamat SMA di Yogyakarta tahun 1970, Sugiri memilih mendaftar di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), meski juga memilih jurusan lain seperti kedokteran dan farmasi.
Sugiri Syarief diakui dan dikenal, baik oleh rekan-rekan di sekolah maupun keluarganya, memiliki kemampuan yang lebih. Masa kecilnya tidak berbeda jauh dengan anak sebayanya di Pringsewu yang juga diwarnai kenakalan seperti mencuri buah-buahan, berkelahi, maupun kenakalan-kenakalan anak-anak. Namun, di sekolah, ia dikenal cakap dalam pelajaran dan cepat menangkap semua pelajaran terutama soal hitungan.
Hal itu tidak lepas dari didikan orang tuanya, Muhammmad Syarief–pelaku sejarah pembukaan wilayah Kecamatan Pringsewu dan Ambarawa (kini menjadi bagian Kabupaten Tanggamus)–yang tegas, disiplin, tapi bijaksana.
Muhammad Syarief, meski hanya petani yang juga sebagai carik (sekretaris desa) di Kecamatan Ambarawa, mampu membina sembilan anak-anaknya sehingga semuanya menamatkan pendidikan sarjana.
Di Lampung, rumah peninggalan orang tua Sugiri Syarif ada di Jalan Veteran, Pringsewu Barat, Kecamatan Pringsewu, Tanggamus. Tempat itu kini ditinggali H. Suyono Syarief, adik kandung.
Pilihan pendidikan untuk Sugiri pun tidak lepas dari peran orang tuanya. Waktu itu, saat pengumuman hasil tes di UGM, Sugiri ternyata diterima di dua fakultas, yakni Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran.
Sugiri sebenarnya ingin memilih Fakultas Teknik seperti cita-citanya. Namun, orang tuanya menginginkan dia menjadi seorang dokter. Akhirnya, demi orang tua, Sugiri pun memilih kuliah di Fakultas Kedokteran.
Selama kuliah, Sugiri dikenal sebagai sosok yang berdisiplin, tegas dan komunikatif juga dikenal aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi. Ia pun sangat mencintai tanah kelahirannya. Karena kecintaannya ini juga, Sugiri kala itu pernah mengumpulkan tokoh-tokoh mahasiswa se-Pulau Jawa di Yogyakara yang berasal dari daerahnya untuk menjadikan Pringsewu menjadi sebuah kabupaten, yang kini terus diperjuangkannya. Kini, Sugiri bahkan juga menjabat ketua Presidium Pusat Pemekaran Kabupaten Pringsewu.
Harapan orang tua diwujudkan Sugiri dengan menamatkan kuliah tahun 1979. Sugiri kemudian mendapat tawaran bekerja menjadi tenaga medis di pengeboran lepas pantai yang dilakoni selama tujuh bulan. Namun, karena harus mengikuti program dokter Inpres di Bengkulu, pekerjaan ini ditinggalkannya.
Di Bengkulu ini juga, kariernya di BKKBN dimulai. Setelah menjadi kepala puskesmas dan berpraktek sebagai dokter puskesmas di daerah Kurotidur, tahun 1979–1981.
Selanjutnya, tahun 1981, Sugiri mendapat tawaran menjadi staf di BKKBN, kantor yang saat itu baru berdiri di Provinsi Bengkulu. Selama lebih dari enam tahun, ia berkantor di sana.
Perjalanan kariernya terus berjalan meski hanya berganti-ganti posisi jabatan. Perjalanan kariernya mulai berubah setelah ia menyelesaikan pendidikan S-2 jurusan Master Of Public Administration di Amerika Serikat pada 1985. Kariernya pun terus menanjak bahkan pernah menjabat sebagai kepala Kanwil BKKBN di dua provinsi, yakni Sulawesi Utara dan Jawa Timur.
Kemampuan manjerialnya, kemampuan melaksanakan tugas, kedisiplinan dan ketegasan, serta sikap pekerja kerasnya jugalah yang membuat karier Sugiri makin cemerlang.
Bahkan, ketika dibentuk sebuah lembaga yang akan menangani kasus-kasus korupsi di Indonesia, yakni KPK (Komisi Pemeberantasan korupsi), Sugiri terpilih menjadi sekjen pertamanya.
Usai melaksanakan jabatan bergengsi tersebut, Sugiri kemudian dipercaya menjadi kepala BKKBN. Sayangnya, kantor yang dipercaya mengurusi persoalan kependudukan di Indonesia ini, menurut Sugiri, justru sedang mengalami “kemunduran” karena “keberhasilan sebelumnya”.
Ketika Indonesia dinilai berhasil bahkan mendapatkan berbagai penghargaan, para donatur mulai meninggalkan Indonesia. Padahal, ujar Sugiri, dukungan dana masih sangat besar dibutuhkan untuk mempertahankan prestasi mengatasi lonjakan penduduk tersebut.
Selain itu, kondisi di dunia dan di Indonesia juga berbeda. Dahulu, isu sentral di dunia internasional adalah kependudukan sehingga begitu mudahnya mencari donatur luar.
Kondisi di Indonesia pun mulai berganti iklim ketika kebijakan pusat belum tentu diikuti di daerah sehingga penanganan KB di Indonesia kian berat.
Inilah yang menjadi tugas pokok dan utama ayah dari dua anak, yakni Bafridesi Upastri dan Elvena Prihasti, yaitu ingin mengembalikan BKKBN dan isu keluarga berencana sebagai isu nasional yang harus mendapatkan perhatian seluruh masyarakat Indonesia, dan menjadikan program KB kembali menjadi program andalan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Hal pertama yang dilakukan suami dari Nuri Astralina Mardiani ini adalah merevitalisasi program keluarga berencana, meski tidak mungkin mengembalikan kejayaan program KB seperti dahulu yang menjadi program andalan pemerintah karena kondisi sekarang memang berbeda.
Yang akan dilakukannya adalah membuat program KB kembali sukses dengan situasi dan kondisi yang berbeda. Caranya, dengan menggalang semua kekuatan termasuk dengan stakeholder dan melakukan kampanye massal.
Sugiri juga prinsip hanya diri sendirilah yang bisa mengubah nasib seseorang. Sebab itu, ia percaya betul bahwa rezeki akan datang sendiri jika kita berusaha bekerja dengan keras. Sebab itu, Sugiri mengaku sangat menghargai orang-orang yang bekerja keras.
Untuk menghilangkan kejenuhan dan kepenatan setelah bekerja, Sugiri banyak menghabiskan waktu dengan menyalurkan hobinya sehingga kondisinya tetap selalu segar dan fit.
Meski mengaku memiliki hobi olahraga dan menyukai berbagai cabang olahraga, seperti sepak bola, golf, dan bulu tangkis, Sugiri mengaku kini hanya sempat bermain golf yang rutin dilakukaan setiap Sabtu dan Minggu bersama kolega dan teman dekatnya.
“Sebenarnya saya sangat suka olahraga, tapi tidak ada yang benar-benar menguasai kecuali golf. Waktu kecil dahulu, meski suka bermain sepak bola, saya hanya menjadi penjaga gawang. Tapi kalau bermain golf, saya bisa terus salurkan hingga kini dan masih rutin setiap pekannya,” kata Sugiri. Dia mengaku tidak pernah secara khusus memilih tempat bermain golf.
Memukul bola golf, kata dia, memiliki kepuasan batin dan dapat menghilangkan stres karena dapat menyalurkan semua ekspresi dalam diri, baik marah, kesal, maupun bahagia. n
BIODATA
Nama: Dr. Sugiri Syarief, M.P.A.
Tempat, tanggal lahir: Pringsewu, 2 Agustus 1952
Nama istri: Nuri Astralina
Anak: – Bafridesi Upatsari
– Elvena Prihasti
Pendidikan:
– SD Xaverius Pringsewu (1964)
– SMPN 1 Pringsewu (1967)
– SMA IKIP Sagan Yogyakarta (1970)
– FK UGM (1979)
– Magister of Public Administration (MPA) University of Southern California, Los Angeles, USA (1985)
Pengalaman kerja:
– Kepala Puskesmas Kurotidur, Bengkulu (1979–1981)
– Kabag TU BKKBN Bengkulu (1981–1984)
– Kabag Pengamatan Kontrasepsi (1985–1988)
– Kabag Penyusunan Perencanaan (1988–1989)
– Kabag Kerjasama Luar Negeri (1989–1990)
– Konsultan KB Vietnam (1992)
– Kakanwil BKKBN Sulawesi Utara (1994–1997)
– Kakanwil BKKBN Jawa Timur (1997–2002)
– Dir. Peningkatan Partispasi Pria BKKBN (2002–2004)
– Sekjen KPK (2004–2006)
– Kepala BKKBN (sejak 24 November 2006)
Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 272-275.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky