
SEJAK tiba di Brussel, Belgia, sebagai duta besar dan berkuasa penuh RI untuk Kerajaan Belgia merangkap Keharyapatihan Luksemburg dan Uni Eropa, Desember 2006, Nadjib Riphat Kesoema, kesengsem berat dengan maskot Kota Brussel; Mennaken Pis, patung bocah yang pipis. Bukan cuma lucu, melainkan karena berpakaian adat Amerika Latin.
Naluri diplomatnya berdesir. “Saya ingin ikon ini berpakaian adat Lampung. Saya anggap pakaian adat Lampung lebih anggun. Setelah bertemu wali kota Brussel, kami berhasil meyakinkan mereka, pakaian kita pantas diketengahkan. Berkat bantuan Bupati Tulangbawang Abdurrachman Sarbini (adik kelasnya di SMA 1 Tanjungkarang) dan Dirjen Pemasaran Pariwisata Sapta Nirwandar, impian saya terwujud,” kata Nadjib Riphat Kesoema.
Tanggal pemasangan pun disepakati, 17 Agustus 2008, bertepatan dengan ulang tahun ke-63 Kemerdekan RI. Impiannya membawa Lampung ke jantung Eropa terwujud. Selama beberapa hari, Mennaken Pis berpakaian Lampung.
Setiap kembali ke Tanah Air, Nadjib Riphat yang menghabiskan masa kecilnya di Medan ini, sangat menikmati kunjungan tahunan setiap Ramadan ke Lampung. Pria kelahiran Medan, 23 Maret 1953, ini memperdalam pengetahuan agama di kampung halamannya Kedaton dan Tanjungseneng, Kedamaian. Tidak lupa berlatih bahasa dan pengetahuan adat istiadat Lampung.
“Saya sudah keliling ke 54 negara di penjuru dunia tetapi belum mendapatkan ikan seenak ikan baung di Lampung. Saya paling suka makan seruit dan dengan sambal terasi tomat dan rasanya kombinasi antara rasa ikan baung dan berbagai sayur hanya ada di Lampung,” kata Nadjib.
Masa kecilnya, dilewatkan dengan berenang di Sungai Blau di Telukbetung dan sungai di Kedamaian. Sayang, kedua sungai itu kini tercemar dan airnya mengalir tersendat. “Pantai di Teluk Lampung merupakan yang terindah di dunia. Hanya kesadaran memelihara dan mengelolanya dengan baik yang harus terus ditumbuhkembangkan,” kata dia.
Lampung merupakan tanah kaya, dikelilingi laut yang berlimpah hartanya. Hal yang harus dilakukan masyarakat Lampung, pemerintah, legislatif, kaum cerdik pandai, dan swasta adalah meningkatkan kapasitas sumber daya manusia untuk bisa bersaing dengan negara lain. “Masyarakat Lampung harus mulai berpikir tidak sekedar menjual komoditas mentah, tetapi menjadikannya hasil industri pertanian, perikanan, pertambangan, dan aneka komoditas andalan ekspor lain. Dengan mengembangkan apa yang dimiliki dan memberi sentuhan internasional,” kata Riphat.
Menurut alumnus SMA 1 Tanjungkarang tahun 1971 ini, Lampung harus segera berbenah diri dan mengorientasikan ekonomi tidak hanya jangka pendek di Tanah Air, tapi merambah mancanegara. Dengan kemajuan yang dicapai kini, Lampung harus lebih banyak membangun infrastruktur seperti jalan.
“Para pimpinan di Lampung hendaknya tidak pernah puas dengan infrastruktur yang ada. Jangan hanya antarkabupaten yang terhubung baik, tapi antarkecamatan dan desa agar hasil pembangunan bisa dirasakan rakyat hingga ke pelosok,” kata dia.
Sungai-sungai yang ada harus didayagunakan. Menjadikan alam yang indah sebagai objek wisata yang alami (misalnya agrowisata dan wanawisata) dengan paduan nuansa budaya dan jangan pernah lupakan pasokan energi. Lampung memiliki pasokan energi angin, memiliki matahari, ombak, sumber biofuel yang semuanya bisa dijadikan energi alternatif agar tidak bergantung pada sumber minyak bumi.
Menjelajah Dunia
Nadjib menikah dengan Nino Nasution tahun 1981 dan memiliki dua putri. Jejak diplomat karier dia mulai ketika bergabung dengan Departemen Luar Negeri pada 1981. Langkahnya menjadi diplomat ditempuh usai mendalami psikologi politik tahun 1980 di Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat.
Menempuh Diklat Fungsional Diplomatik Sekdilu (Sekolah Dinas Luar Negeri Tingkat Dasar) pada 1983, Sesdilu (tingkat madya) tahun 1990, dan Sesparlu (tingkat utama) pada 1998. Dia juga mengikuti Diklat
Kepemimpinan Administrasi Nasional tingkat Menengah (Spamen/Sespanas) pada 1997–1998.
Tugas pertama Nadjib Riphat di Deplu adalah di Direktorat Penerangan Luar Negeri. Setelah menyelesaikan Sekolah Dinas Luar Negeri pada tahun 1984, dia diangkat sebagai kepala Seksi Siaran pers dengan tugas utama mempersiapkan naskah press release Deplu dan mengoordinasikan kegiatan wartawan yang meliput di Deplu.
Sebagai mantan wartawan harian Mandala Bandung, pekerjaan tersebut tentu bukan hal baru. Pada Maret 1986 dia ditempatkan di Kedutaan Besar RI untuk Kerajaan Norwegia dan Republik Islandia berkedudukan di Oslo dengan jabatan kepala Subbidang Penerangan dan Sosial Budaya serta merangkap sebagai staf bidang ekonomi.
Saat bertugas di Norwegia, Nadjib Riphat mengoordinasi berbagai kegiatan diplomasi publik dan promosi pariwisata melalui ceramah tentang Indonesia dan menjalin kerja sama dengan berbagai media massa, lembaga kebudayaan, LSM, dan perguruan tinggi di Norwegia dan Islandia.
Berbagai tugas diplomasi pun dia sandang, seperti anggota delegasi Indonesia di beberapa konferensi internasional termasuk UN Conference on the Role of Frontline States of South Africa I dan II. Sepulang dari Norwegia pada 1989, dia diangkat sebagai kepala Bidang Pelatihan dan Tugas Belajar di Pusdiklat Deplu.
Nadjib Riphat kembali terbang. Kali ini ditempatkan di KBRI untuk Takhta Suci Vatikan di Roma (Juli 1992) sebagai kepala Bidang Politik, Sosial Budaya dan Penerangan. Selama di Vatikan, dia mengembangkan kerjasama dengan pemerintahan Takhta Suci, surat kabar, dan berbagai LSM yang terkait kegiatan Vatikan.
Selama empat tahun di sana, dia ditunjuk sebagai ketua delegasi RI pada International Conference on Interreligious Dialogue tahun 1992, 1993, 1994, 1995, dan 1996 yang diselenggarakan di berbagai kota di Eropa. Nadjib menjadi anggota delegasi dalam beberapa kali pertemuan bilateral RI-Takhta Suci.
Sepulang dari Vatikan tahun 1996, dia ditugaskan sebagai kepala Bidang Informasi Tata Laksana Sekretariat Jenderal yang bertanggung jawab mengoordinasikan masalah substansi operasional dari berbagai unit di Departemen Luar Negeri untuk sekretaris jenderal. Selama tiga tahun di Jakarta, Nadjib bertugas sebagai kepala Sekretariat Satuan Tugas Deplu dalam menghadapi berbagai permasalahan nasional (kasus asap, krisis moneter). Selama di Jakarta, berperan sebagai pejabat penghubung Deplu dan Komisi I DPR.
Pada April 1999 dia ditempatkan di KBRI Canberra-Australia sebagai kepala Bidang Politik (Diplomatic Counsellor dan Minister Counsellor). Kemudian pada Juli 2002 ditarik pulang ke Jakarta dan dipromosikan sebagai kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Departemen Luar Negeri.
Tahun 2006, Nadjib memulai tugas baru sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh KBRI di Brussel untuk Kerajaan Belgia merangkap Keharyapatihan Luksemburg dan Uni Eropa. Kemudian sebagai ketua ASEAN Brussels Committee periode 2008. n
BIODATA
Nama: Nadjib Riphat Kesoema
Lahir: Medan, 23 Maret 1953
Agama: Islam
Status: Menikah dengan Nino Nasution Riphat; memiliki dua putri
Pendidikan dan Pelatihan
1977: Sarjana Muda Psikologi, Fakultas Psikologi Unpad
1980: Sarjana Psikologi, Jurusan Psikologi Sosial; Pendalaman Psikologi Politik, Fakultas Psikologi Unpad
1983: Diklat Sekolah Dinas Luar Negeri – Departemen Luar Negeri
1990: Diklat Sekolah Staf Dinas Luar Negeri Tingkat Madya –Departemen Luar Negeri
1997: Diklat Sekolah Staf Pimpinan Dinas Luar Negeri Departemen Luar Negeri
Penugasan
1978–1981:-Asisten/Dosen di Unpad, Unisba dan akademi Perawat Bandung
1981: Bergabung dengan Departemen Luar Negeri; staf di Direktorat Penerangan Luar Negeri
1984: Kepala Seksi Siaran Pers Departemen Luar Negeri;
1985: Atase/Sekretaris III (Penerangan dan Sosial Budaya) KBRI Oslo-Norwegia
1989: Kepala Bidang Tugas Belajar – Pusdiklat, Departemen Luar Negeri
1992: Sekretaris II/Sekretaris I (Politik dan Penerangan) KBRI untuk Takhta Suci Vatikan di Roma – Italia
1996: Kepala Bidang Informasi dan Tata Laksana Sekretariat Jenderal Departemen Luar Negeri
1999: Counsellor/Minister Counsellor (politik) KBRI Canberra –Australia
2002: Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan – Departemen Luar Negeri
2006: Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh KBRI di Brussel untuk Kerajaan Belgia Merangkap Keharyapatihan Luksemburg dan Uni Eropa
Organisasi
1. Anggota Internasional Society of Political Psychology
2. Anggota Internasional Forum of Deans and Directors of Diplomatic Academies
3. Ketua (2004–2005) Association of Directors of Diplomatic Training Instituttions of ASEAN-PRC, Japan and ROK.
Tanda Jasa/Dekorasi
1. Satyalancana Karya Satya X Republik Indonesia 1993
2. Order of St. Gregory the Great II The Holy See/Takhta Suci-Vatikan
3. Satyalancana Karya Satya XX-Republik Indonesia 1993
4. Chevalier d’Honneur Confrerie Blanc Moussis-Stevelot, Belgia 2008 Anugerah Kebudayaan Gubernur Provinsi Bali, 2008
Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 278-281.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky