
JIKA ada daftar pejabat di negeri ini yang pernah mengenyam pendidikan keadministrasian di Ecole Nationale d’Administration (ENA), Prancis, Sapta Nirwandar masuk daftar tersebut. Putra sulung mantan Wali Kota Bandar Lampung H. Thabranie Daud ini memang termasuk pejabat tinggi yang memiliki kompetensi pendidikan di bidangnya.
Di negeri Napoleon itu, ENA termasuk lembaga pendidikan tinggi eksklusif dengan kualitas lulusan terjamin. Sapta beruntung karena tidak semua birokrat bisa belajar di lembaga bergengsi itu.
Sapta–keluarganya akrab memanggil Bang Iwan–lahir di Tanjungkarang, 13 Mei 1954. Pengalamannya mengelola birokrasi sejalan dengan pendidikan yang dienyamnya.
Sapta empat kali menjabat sekretaris jenderal. Pertama, sekjen Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan (1999), kemudian sekjen Departemen Kelautan dan Perikanan (2001), sekretaris Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (2001), dan terakhir sekjen Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2005–2008).
Kini, sejak Maret 2008, Sapta menjabat dirjen Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Sebagai dirjen, Sapta ditugaskan memenuhi target kunjungan wisata 7 juta jiwa tahun ini. Tahun lalu realisasi kunjungan wisman sebanyak 5,3 juta.
Kalangan dekat Sapta memberi julukan pejabat keturunan Way Lima, Kabupaten Pesawaran ini “dokter”. Sapta juga dikenal memiliki jiwa wirausaha yang tinggi. Dia juga dikenal sebagai sosok yang mampu memberikan solusi dan tak kenal menyerah.
“Dokter” adalah julukan yang diberikan staf, kolega, termasuk kalangan pers yang akrab dengan Sapta Nirwandar. Doktor jebolan Universitas Paris IX-Dauphine ini dianggap seperti dokter spesialis yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Mulai penyakit rohani hingga persoalan ruwet mengurus negara.
Mantan Menbudpar I Gede Ardika, misalnya, mengakui Sapta memiliki kemampuan menganalisis masalah secara cepat. Kepribadiannya kuat, mudah beradaptasi, dan memiliki keteguhan serta kemauan menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas.
Kualitas dan kemampuan diri ini juga yang mengantar Sapta menduduki posisi puncak di departemen. Sebagai pegawai negeri sipil, kariernya terbilang cepat.
Kompleksitas sosok Sapta juga tergambar pada buku berjudul Sosok yang tak Kenal Menyerah. Buku yang terbit Mei 2004 ini menandai setengah abad perjalanan hidup Sapta Nirwandar.
Buku setebal 220 halaman ini berisi komentar-komentar tentang sosok Sapta Nirwandar. Baik Sapta sebagai sekjen, mantan anak buah, maupun Sapta sebagai anak, suami, ayah, abang, dan Sapta sebagai teman. Ada dua menteri dan dua mantan menteri yang memberi komentar: I Gde Artika (Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata), H. Feisal Tamin (Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara), Sarwono Kusumaatmadja (mantan Menteri PAN, mantan Menneg LH, dan mantan Menteri Kelautan), dan T.B. Silalahi (mantan Menneng PAN). Mereka adalah atasan dan senior Sapta. Di mata keempat petinggi ini, Sapta adalah sosok cemerlang, berkepribadian kuat, intelek, kreatif, dan birokrat yang potensial.
Wajar saja kalau muncul penilaian seperti itu.
Di luar itu, Sapta juga dinilai banyak kalangan birokrat dengan jiwa wirausaha yang tinggi. Jiwa entrepreneurship itu sudah tertanam sejak kecil. Anak Wali Kota Lampung era 1970-an, Thabranie Daud, sejak muda memilih merantau. Pilihan hidup itulah yang menempanya berwirausaha.
Di Bandung, misalnya, sambil kuliah, dia menjadi event organizer pentas seni di kampusnya, Universitas Padjadjaran. Ia pernah mendatangkan Rendra, Silvia Saartje, dan grup band ternama seperti AKA Band, Bani Adam pimpinan Farid Harja. Ini terbilang prestasi karena ketika itu sulit mendatangkan seniman besar.
Sapta juga sosok yang suka tantangan, energik, berpikir kreatif, dan inovatif. Sewaktu kuliah, ia sempat ketua pemuda masjid dan ketua karang taruna di Bandung.
“Saya juga bisnis kecil-kecilan waktu itu. Saya buat berbagai macam kebutuhan mahasiswa seperti jaket, kaus sampai sepatu,” ujarnya.
Sapta juga sewaktu kuliah di Unpad sudah punya angkot. Ketua angkatan 1974 Unpad ini memiliki dua angkot selain toko pemasok jaket untuk almamater dan toko sepatu. Jiwa wiraswasta dan entertainment-nya yang kuat terbawa sampai sekarang hingga ia pun dijuluki “birokrat wirausaha”.
Kesadaran entrepreneurship ini juga yang mendorongnya tidak henti mengampanyekan agar para birokrat memiliki jiwa wirausaha untuk kepentingan negara. n
BIODATA
Nama: Sapta Nirwandar
Lahir: Tanjungkarang, Lampung 13 Mei 1954
Jabatan: Dirjen Pemasaran Depbudpar
Pendidikan:
– Fakultas Ekonomi Unpad, Bandung 1978
– Institut International D’Administration Publique (IIAP) Diploma, Paris, 1982–1983
– Pascasarjana Universitas Paris-I-Sorbonne, Paris, 1985
– Ecole Nationale D’Administration (ENA), Paris, 1988
– Doktor Universitas Paris IX-Dauphine, Paris, 1988
Penghargaan:
– Satyalancana Karya 10 tahun (1997)
– Satyalancana Wira Karya (1998)
– Universal Academic Star dengan gelar EMINENCIA oleh Obra Mundial Pro Humanidad Solidaria di Argentina (2004)
Sumber:
Heri Wardoyo dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 293-295.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky