
BERANGKAT dari ketekunannya, Lincolin Arsyad mampu menembus jajaran ekonom elite di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, gudangnya ekonom di Tanah Air bersama Universitas Indonesia.
Ia dilantik sebagai dekan FEB-UGM pada 14 November 2007. Dengan demikian, Lincolin-lah dekan pertama di lingkungan UGM yang berasal dari Lampung. Prestasi Lincolin sangat gemilang karena kompetisi dosen di UGM dikenal sangat terstruktur dan ketat, terlebih untuk fakultas ekonomi.
Lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang memiliki tradisi pendidikan ketat, sejak kecil Lincolin Arsyad memprioritaskan belajar di atas kesibukan lain. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, orang tua Lincolin, Mohammad Arsjad Siradj, selalu mengingatkannya untuk belajar, belajar, dan belajar.
Kepada anak-anaknya, M. Arsjad Siradj yang pernah menjadi anggota DPRD Bandar Lampung dari Parmusi itu menuturkan sebagai orang tua ia tidak meninggalkan warisan harta benda berlimpah. “Bapak selalu berpesan agar kami belajar sungguh-sungguh. Kalau warisan harta benda bisa habis dalam waktu sebentar, tetapi warisan yang tidak pernah habis adalah pendidikan yang baik,” kata Lincolin.
Dengan semangat untuk meraih pendidikan terbaik itulah, Arsjad Siradj menyekolahkan Lincolin ke sekolah lanjutan di Yogyakarta. Kota Gudeg ini dipilih sebagai tempat menimba ilmu karena ada semacam tradisi dalam keluarga besarnya bersekolah di Yogyakarta. Arsjad Siradj muda dahulu juga bersekolah di kota perjuangan itu.
Setelah lulus SMA, Lincolin memilih melanjutkan kuliah ke Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Sejak SMA ia pengagum fanatik tiga ekonom senior Indonesia, yakni Prof. Sumitro Djojohadikusumo, Prof. Widjojo Nitisastro, dan Prof. Mubyarto. “Saya kagum kepada kecerdasan dan pemikiran cemerlang mereka. Karena itu, di Fakultas Ekonomi saya tidak memilih jurusan akuntansi atau manajemen. Saya memilih Jurusan Ilmu Ekonomi dan Pembangunan,” ujarnya.
Lembaga Keuangan Mikro
Selama menempuh pendidikan ekonomi, minat utama Lincolin pada pembangunan daerah dan pengembangan lembaga keuangan mikro. Hingga kini minat tersebut tidak bergeser.
Disertasi doktoralnya juga fokus pada upaya pengentasan kemiskinan dan advokasi pada rakyat kecil. Ia terobsesi memberantas kemiskinan melalui optimalisasi lembaga-lembaga keuangan mikro. Dari pengamatannya sejak tahun 1993, Lincolin meyakini masyarakat miskin dapat meningkatkan derajat kehidupannya menjadi lebih baik apabila diberi kesempatan yang memadai. Salah satu caranya dengan membentuk lembaga keuangan mikro. Dua-duanya saling mengisi, warga miskin dapat melepaskan diri dari belenggu kemiskinan, sedangkan lembaga keuangan mikro pun dapat memetik keuntungan dan menjadi lembaga yang kuat.
Ia mencontohkan lembaga keuangan mikro dapat berkembang baik di Bali yang dinamai Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Ide pendirian lembaga ini muncul dari masyarakat sendiri, dikelola masyarakat, dan hasilnya dinikmati masyarakat juga.
Namun, keberhasilan LPD juga tidak lepas dari aspek budaya dan adat istiadat masyarakat Bali. Hampir seluruh masyarakat Bali masih memegang teguh adat istiadat, misalnya budaya malu kalau punya tunggakan utang. “Masyarakat Bali masih memegang teguh adat istiadat. Budaya malu di Bali masih sangat tinggi,” ujar dia.
Selain itu, pemerintah daerah juga tidak banyak campur tangan terhadap operasional LPD, tetapi cukup melindungi melalui peraturan daerah dan memfasilitasi. Hal ini berbeda dengan daerah-daerah lain karena biasanya pemda cepat-cepat minta bagian keuntungan meskipun lembaga keuangan tersebut belum meraup laba.
Lincolin melihat lembaga keuangan mikro seperti LPD bisa diterapkan di Lampung dengan sejumlah modifikasi yang disesuaikan dengan keadaan budaya setempat.
Modifikasi tersebut penting untuk menentukan bagaimana mekanisme penyaluran dana dan pembayaran utang. Ia menyangsikan keberhasilan LPD jika ditiru mentah-mentah untuk masyarakat Lampung. “Tidak bisa digebyah-uyah karena situasi daerah satu sama lain berbeda,” kata sahabat baik peraih Nobel asal Bangladesh, M. Yunus, itu.
Kendati tinggal di Yogyakarta, Lincolin sangat fasih mengungkapkan problematika pembangunan Lampung. Ia menelusuri Lampung melalui internet dan yang terpenting melalui riset mahasiswanya. “Kalau ada mahasiswa Fakultas Ekonomi UGM asal Lampung yang membuat penelitian, biasanya saya spesialis menjadi pembimbingnya,” ujar dia.
Lincolin menyebutkan tiga kendala pembangunan Lampung, yakni kualitas sumber daya manusia, infrastruktur, dan ketimpangan distribusi pendapatan antardaerah dan ketiga faktor penyebab itu bertali-temali satu dengan lainnya.
Selain keuangan mikro, mahasiswa Teladan FE-UGM tahun 1984 ini dikenal sangat intens menganalisis kebijakan pemerintah terkait daya saing investasi. Pada satu kesempatan, ia menyatakan turunnya daya saing Indonesia dalam menarik investor asing karena regulasi pemerintah yang kurang mendukung iklim investasi, serta tidak adanya kepastian hukum terhadap berbagai penyimpangan. “Penurunan daya saing investasi disebabkan banyak faktor, tetapi yang terpenting adalah aspek kelembagaan dari negara, seperti tidak adanya kepastian regulasi sehingga kurang mendukung minat pemodal asing,” kata dia.
Lincolin memandang maraknya pungutan liar di Indonesia juga menjadi salah satu penyebab investor asing lari dari Indonesia. Untuk mengatasi hal itu, harus ada kepastian hukum terhadap berbagai penyimpangan seperti ini. “Bagaimana mau berdaya saing kalau banyak pungli, investor juga enggan menanamkan modalnya di Indonesia,” kata dia.
Ia mengatakan kebijakan politik pemerintah juga memiliki andil dalam penurunan daya saing investasi ini karena dampak dari pergantian sejumlah menteri atau pejabat negara yang mengakibatkan kepercayaan investor asing turun. Sedangkan dari aspek eksternal, dapat dilihat bagaimana kini Vietnam sudah menjadi investor dan memiliki tenaga kerja produktif yang murah, sedangkan Indonesia kurang menjanjikan.
Aktivis dari Master of Development Economic Program UGM ini melihat solusi terbaik dari masalah tersebut adalah dengan menetapkan regulasi yang tepat. n
BIODATA
Nama: Dr. Lincolin Arsyad, M.Sc.
Lahir: Liwa, 21 Juli 1958
Istri: Ine Maria Arsyad
Anak:
1. Vania Gita Pratiwi Arsyad
2. Avecinna Caesary Arsyad
3. Gibran Erlangga Arsyad (siswa SMP 5 Yogyakarta)
Pendidikan:
– SDN 3, Telukbetung
– SMPN 2, Tanjungkarang
– SMA Muhammadiyah 1, Yogyakarta
– FE UGM, Yogyakarta, (Bsc) tahun 1982 (Mahasiswa Teladan FE UGM tahun 1984)
– FE UGM, Yogyakarta, (S-1) tahun 1985
– University of Pennsylvania, Philadelphia, USA (M.Sc.) tahun 1990. (Dosen Teladan FE UGM tahun 1998)
– School of Business Economics, Flinders University, Adelaide, Australia (Ph.D.) tahun 2005.
Minat utama:
Ekonomi Pembangunan (khususnya Pembangunan Daerah dan Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro), Ekonomi Kelembagaan, dan Ekonomi Bisnis
Riwayat karier:
– Dosen FE UGM (1985–sekarang)
– Dosen Magister Manajemen UGM (1990–sekarang)
– Konsultan Bappeda DIY (1991–1992)
– Kepala Divisi Struktur dan Kebijakan Industri, Pusat Antar-Universitas (PAU) UGM (1990–1992)
– Konsultan Balitbang Depdagri (1994–1995)
– Wakil Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ekonomi FE UGM (1995–2000)
– Deputi Direktur Bidang Akademik Magister Ekonomika Pembangunan UGM (September 2004–Desember 2005)
– Direktur Program Magister Ekonomika Pembangunan UGM (Januari 2006–April 2007)
– Wakil Dekan Bidang Akademik FEB UGM (April-Oktober 2007)
– Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM (November 2007–sekarang)
Organisasi:
– Anggota Majelis Dikti dan Litbang PP Muhammadiyah (1991–1994; 2005–2010)
– Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI)
– International Association of Energy Economist (IAEE)
Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 331-334.
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky