
CITA-CITA Rio Mendung Thalieb dahulu menjadi perwira Angkatan Laut. Itu sebabnya begitu ia tamat dari SMA Telukbetung, langsung mendaftar ke Akademi Angkatan Laut di Malang, Jawa Timur. Tapi, ia juga mengirim lamaran ke Akademi Angkatan Udara–saat itu melamar pada dua kesatuan memang tidak ada masalah. “Kebetulan waktu itu pendaftarannya hampir bersamaan,” kata Rio Mendung.
Panggilan dari Angkatan Laut (AL) ternyata datang lebih dahulu. Putra keempat pasangan Abdul Muthalib dan Mastura ini pun berangkat ke Malang untuk mengikuti segala kegiatan calon perwira TNI AL.
Pertama kali merantau, ia tidak didampingi orang tua. Ia menumpang di rumah saudaranya yang bermukim di Jawa. “Ikatan persudaraan masyarakat Lampung kan sangat kental,” ujarnya.
Perjalanan karier militer pria asal Kotabumi, Lampung Utara ini berubah tatkala lamarannya di Angkatan Udara diterima. Waktunya tidak begitu lama setelah ia masuk Angkatan Laut. Setelah dipikirkan matang-matang, Rio akhirnya memutuskan berkarier di udara. “Barangkali memang panggilan jiwa saya di Angkatan Udara,” kata Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) ini.
Dari Malang dia kemudian pindah ke Yogyakarta, markas AAU. Yogyakarta ternyata sangat bersahabat dengan Rio. Kota tempat ia menuntut ilmu kedirgantaraan dan meniti karier sebagai perwira AU. Banyak hal-hal lain yang menyenangkan bagi Rio selama di Yogya. Hal paling indah baginya adalah saat jatuh cinta dan akhirnya mempersunting Eliza Diana Rosa. “Istri saya orang Yogya, dapatnya memang di sana,” kata dia.
Rio lulus dan menjadi perwira TNU AU pada usia 22 tahun pada 1975. Setelah dua tahun menjalani tugas sebagai perwira muda, dia mengikuti sekolah penerbang di Landasan Udara Adi Sucipto, Yogyakarta. Di sini bakat Rio sebagai penerbang pesawat tempur mulai terlihat. Di Adi Sucipto namanya identik dengan penerbang pesawat tempur OV-10 Bronco. Dia pernah menjadi komandan skuadron pesawat tempur ini.
Dari 1977–1982 Rio Mendung diterjunkan ke Timor Timur. Selesai bertugas, dia ditarik lagi ke Yogya dan menjadi instruktur penerbangan, tempat ia mulai menapaki karier di dunia kedirgantaraan.
Di Angkatan Udara, Rio termasuk penerbang jempolan. Jarang penerbang bertitel M.Sc.(master of science) dan Ph.D. (philosophiae doctor) seperti dia. Rio memang tergolong perwira yang getol sekolah. Ketika menjadi instruktur penerbangan, ada tawaran kuliah pascasarjana di US Naval Postgraduate School, California, Amerika Serikat. Peluang emas itu tentu saja tak disia-siakannya. “Bagi saya, sekolah adalah sesuatu yang sangat menyenangkan,” kata jenderal bintang tiga ini.
Di US Naval Post Graduate, ia lebih dahulu mengikuti pendidikan pendahuluan selama enam bulan. Itu untuk standardisasi kemampuan, sampai dianggap cukup dan dinilai sudah bisa mengikuti materi kuliah. Studi yang dipilihnya adalah operation research, bidang keilmuan yang tergolong langka (saat itu). Dia sengaja memiliki bidang itu dengan harapan bisa dikembangkan di almamaternya (Akademi Angkatan Udara).
“Saya akan menyesuaikan pendidikan dan pembinaan di sekolah penerbang TNI AU dengan kemajuan teknologi informasi yang berkembang pesat itu,” kata Rio. Tahun 1988, setelah menjalani kuliah selama dua setengah tahun, Rio lulus dan menyandang gelar master of science (M.Sc.).
Setelah lulus S-2 dari AS, sebenarnya dia kepengin melanjutkan studi, tapi tidak mendapat izin lembaganya. Dia ditugaskan sebagai komandan di skuadron tempur.
Beberapa waktu kemudian dia mengajukan lamaran sekolah di Australia. Pada sebuah pertemuan, Rio bertemu seorang profesor pada salah satu perguruan tinggi Negeri Kanguru. Atas saran profesor itu ia mengirim transkrip akademisnya. Dua pekan kemudian, University of New South Wales, Australia, menyatakan menerimanya. Januari 1995, Rio mulai kuliah dan lulus Januari 1999 dengan gelar Ph.D.
Lulus kuliah Rio langsung ditugaskan di Mabes TNI Angkatan Udara. Akhir 1999, dia masuk Lemhanas. Selanjutnya menjadi komandan Landasan Udara Adi Sucipto, Yogyakarta, dan pangkatnya naik menjadi marsekal pertama. “Waktu itu umur saya 47 tahun. Ya, masih cukup muda-lah,” ujar penerbang yang menguasai ilmu statistik ini.
Bangga pada Lampung
Lama tinggal di Yogyakarta, Rio mengakui pola hidupnya sudah kejawa-jawaan. Begitu pula dengan ketiga anaknya (dua kuliah di Australia dan si bungsu masih duduk di kelas IV SD).
Kendati sebagian besar hidupnya dilalui di luar Lampung, Rio belum lepas dari akar budaya leluhurnya. Ia juga tidak pernah lupa pada kampung halamannya. Sesibuk apa pun, dia selalu berupaya menyempatkan diri untuk bertemu sanak-saudaranya di Bumi Ruwa Jurai.
Di mata Rio, Lampung kini banyak mengalami kemajuan. Pemekaran daerah, kondisi sarana-prasarana, infrastruktur, serta perkembangan provinsi ini selalu ia ikuti. “Potensi Lampung sangat besar. Ada pelabuhan laut, pangkalan udara, dan sebagai pintu gerbang Sumatera,” kata ayah tiga anak (semuanya perempuan) ini.
Heterogenitas penduduk di Lampung dinilai Rio juga merupakan kelebihan. Sebab, masyarakat yang majemuk adalah model masyarakat masa depan. Orang yang menghargai kemajemukan akan menghargai kebhinekaan. Dan, itu adalah ciri khas masyarakat global.
Dari dahulu, kata dia, kondisi masyarakat di Lampung sudah seperti itu. Banyak warga pendatang dan orang Lampung bisa menerima. Komunitas adat Pepadun dan Saibatin juga bukan penghalang untuk memajukan Lampung. “Tradisi tetap dipertahankan untuk membangun daerah,” harap pria yang hobi bermain golf ini.
Untuk memajukan Lampung, menurut Rio, tidak ada jalan lain kecuali mengoptimalkan potensi yang dimiliki daerah ini. Beberapa sektor bahkan sudah dikenal secara luas, seperti pertanian dan perkebunan (tebu, tapioka, dan lainnya). Sumber daya mineral juga belum tereksploitasi secara maksimal.
Sebagai putra Lampung, dia selalu berharap generasi muda Lampung berhasil dalam pendidikan dan karier. Kalau ada tokoh yang berasal dari Lampung atau sekolahnya di Lampung, “Kita ikut bangga. Selalu ada ikatan batin,” ujar Rio, yang rajin berpuasa.
Untuk generasi muda Lampung, Rio berpesan agar lebih mengutamakan pendidikan. Sebab, tanpa ditopang pendidikan berkualitas, sumber daya bangsa Indonesia pasti tertinggal.
Dia mengakui bangku sekolah dan universitas identik dengan biaya yang mahal. “Sehingga orang-orang yang kaya itu harusnya bisa menyisihkan sebagian hartanya untuk (membantu) orang lain,” harapnya.
Namun, kini memperoleh ilmu pengetahuan tidak lagi hanya di sekolah atau universitas. Kemajuan teknologi informasi yang pesat sangat membantu sistem belajar: bisa kapan dan dimana saja, cukup browsing di internet. Atau, bisa mengikuti pendidikan nonformal.
Karakter dan prinsip Rio Mendung banyak dipengaruhi kedua orang tuanya. Orang tuanya bisa dikatakan kuat dalam memegang prinsip. Ajaran yang selalu diingatnya yaitu bahwa manusia diciptakan Tuhan sehingga semuanya bergantung pada-Nya. “Tanpa-Nya kita tidak punya arti apa pun. Jadi kita harus percaya ikatan kita dengan yang maha kuasa dengan melaksanakan ibadah. Dan orang tua saya mendidik untuk rajin puasa, rajin salat, dan yang sepert itu membangkitkan semangat,” kata Rio di akhir pembicaraan, awal Juli 2008. n
BIODATA
Nama: Marsekal Madya TNI Dr. Rio Mendung Thalieb, M.Sc.
Lahir:
Agama: Islam
Istri: Hj. Eliza Diana Rosa
Anak:
– Saras
– Dinar
– Claire
Pendidikan:
– Akademi Angkatan Udara tahun 1975
– Pendidikan sekolah Penerbang (1977)
– Sekolah instruktur Penerbang (1982)
– Master Of Science OR NPS USA (1988)
– Seskoau (1991)
– Doktor filsafat UNSW Australia (1999)
– KRA Lemhanas (2000)
Jabatan dan Karier:
– Komandan Skuadron Taruna (Karbol) tingkat II (1989)
– Komandan Skuadron Udara I Lanud Abdulrahman Saleh, Malang (1992)
– Paban I/Renstrat Srenaau Mabesau (1999)
– Komandan Lanud Adisutjipto Yogyakarta (2000)
– Wakil Asisten Perencanaan Umum (Waasrenum) Panglima TNI
– Wakil Gubernur Lemhanas (sekarang)
Sumber:
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 351-354
Bagikan ke Teman & Pengikut:
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
- Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
- Klik untuk berbagi pada Reddit(Membuka di jendela yang baru) Reddit
- Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru) Tumblr
- Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) Pinterest
- Klik untuk berbagi via Pocket(Membuka di jendela yang baru) Pocket
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
- Klik untuk berbagi di Utas(Membuka di jendela yang baru) Utas
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
- Klik untuk membagikannya ke Mastodon(Membuka di jendela yang baru) Mastodon
- Klik untuk berbagi di Nextdoor(Membuka di jendela yang baru) Nextdoor
- Klik untuk berbagi di Bluesky(Membuka di jendela yang baru) Bluesky